Referensi: pengalaman pribadi dan mentor penulis
Masih ingat dengan pembahasan sebelumnya, yakni seseorang yang ingin mempunyai karya tulis berupa buku yang baik, bisa dimulai dengan memahami kaidah menulis cerpen atau artikel yang baik.Â
Kali ini, fokus pembahasan yang akan dibahas adalah mengenai teknik menulis buku.
Apa sih yang dimaksud buku? Apa yang ciri khas buku dibandingkan dengan karya tulis lainnya? Kalau secara harfiah, buku sendiri diartikan sebagai kumpulan dari lembaran, yang mana lembaran itu berisi tulisan-tulisan.Â
Rangkaian alurnya seperti ini, mulai dari kata-kalimat-paragraf-tulisan-buku. Jadi, bisa juga dapat diambil informasi kalau dasar dari menulis buku adalah bagaimana caranya memilih kata yang baik.
Kita geser ke pembahasan perbukuan. Mentor saya dulu menjelaskan di awal dengan membedakan percetakan dan penerbitan. Mungkin dari sebagian dari kita sudah tahu, kalau antara percetak dengan penerbitan itu berbeda.Â
Percetakan hanya berfokus mencetak (membuat cetakan, bisa berupa koran, fotokopi buku, dkk). Kalau penerbitan itu ciri khasnya pada salah satu kode unik dari sebuah buku yang ada di sampul bagian belakang, yaitu ISBN (international standard book number).
Kalau dari perbedaannya saja, dapat diambil informasi bahwa percetakan itu tidak ikut bertanggung jawab atas isi dari buku yang dicetak. Tapi, beda cerita dengan penerbitan, yang mana ia ikut bertanggung jawab atas isi dari buku yang diterbitkan.Â
Untuk info sedikit, contoh kode ISBN adalah sebagai berikut; 978-602-04-8519-5, itu maksudnya 978 (kode pengenal, saya juga tidak paham maksudnya), 602 (kode negara Indonesia), 8519 (kode penerbit PT Elex Media Komputindo), 04 (kode judul, Mengenal Buah), 5 (kode verifikator).
Kalau melihat di toko buku, akan ada banyak jenis genre buku, mulai dari buku percintaan, buku pelajaran sekolah, biografi, dongeng, antologi karya tulis, dkk.Â
Kalau untuk ketentuan tebal halaman minimal 50 halaman A5. Yah kalau ditotal kata yang harus ditulis minimal 10.000 kata (1 halaman A5=200 kata).