Baik, sastra yang merupakan suatu kata (Serapan) dari bahasa Sansekerta/Sastra, yang berarti teks yang mengandung instruksi atau suatu pedoman. Sastra ini adalah suatu bentuk karya seni dengan menggunakan Bahasa untuk suatu media dalam penyampaiannya.
Bahasa disini dimaksud Penghubung yang menghubungkan sastrawan dengan khalayak. Melalui Sastra penulis dapat mengeksplorasi bagaimana potensi-potensi Bahasa untuk bertujuan menyampaikan gagasan untuk hal tertentu. Bahasa dapat digunakan untuk mencapai tujuan Politik.Â
Politikus menemukan bagaimana cara-cara agar bisa memengaruhi masyarakat (Sering kali digunakan dalam aspek retorika dari bahasa untuk tujuannya). Ini bukan hanya antara bahasa dan sastra ataupun politik saja, akan tetapi ketiganya juga memiliki keterkaitan dalam Interaksi.
Lalu sastra pun masuk dalam hubungan ideologi yang untuk pertama kalinya di perkenalkan oleh Destutt de Tracy (1755-1836). Yaitu, seorang filsuf aristokrat perancis. Ideologi menjelajahi di Era kekinian, nilai-nilai dan konsep ideal mengenai pemahaman cara kerja dunia serta bagaimana manusia merespon orang lain dan lingkungannya.
Sastra harus dipahami secara terintegrasi yakni, karya sastra itu sendiri termasuk didalamnya, semesta, pembaca dan penulis. Sedangkan ideologi mengacu pada cara berfikir orang dan kelompok tertentu.Â
Baik seorang sastrawan yang mengeksplorasikan semestanya dalam karya sastra, maka yang di tuangkan adalah Teks yaitu, sesuatu perasaan yang ingin di utarakan, katakan, termasuk Ideologi yang dia/penulis anut dan dengan sendirinya karya sastra itu sendiri sudah berideologi, setidaknya ideologi pengarang itu sendiri.Â
Namun demikian tidak berarti sastrawan menulis karena tujuan Propaganda Ideologi karena jika itu terjadi maka pada saat itu juga Esensi sastra menjadi hilang. Karena, sastra harus bersifat poli Valens ini secara politik, sehingga sastra tidak direduksi menjadi propaganda.Â