Gangguan stress juga menimbulkan gangguan stress pascatraumatik (PTSD). Hal itu disampaikan oleh professor epidemiologi psikiatrik di Harvard TH Chan School of Public Health, Karestan Koenen, Ph. D.. Menurut Koenen, gangguan tersebut memicu serangan traumatis akibat ketakutan sehingga kita tidak mampu mengatasinya.
Bertambahnya angka positif Corona dari puluhan hingga ribuan orang membuat kita semakin takut. Terlepas dari konspirasi yang ada, meningkatnya angka tersebut membuat kita berfikir ulang untuk keluar rumah atau tetap di rumah aja. Ketakutan ini juga bersamaan dengan kabar gembira dengan diadakannya New Normal. Tentu timbul pemikiran antara memenuhi kebutuhan pokok dengan menjaga kesehatan dari dampak penularan.
Kondisi Tubuh Saat Stress
Kondisi stress yang ditimbulkan memicu tubuh untuk bereaksi terhadap ancaman. Hal itu dipicu oleh respon sarap simpatik yang otomatis masuk ke mode mempertahankan diri (self defence). Hal itu dikontrol bagian otak pengontrol emosi bernama amigdala.
Ketika stress muncul, amigdala mengirimkan sinyal marabahaya ke kelenjar hipotalamus di dasar otak. Lantas, bagian itu memberikan kode pada kelenjar adrenal untuk melepaskan hormon stress kortisol dan adrenalin.
Begitu hormon tersebut terlepas, otot di dalam tubuh otomatis menjadi tegang. Secara teori, ketegangan otot tersebut berfungsi melindungi diri dari cedera. Selain otot, jantung pun berdetak lebih kencang untuk memompa darah ke otot dan meningkatkan asupan oksigen.
Proses pernapasan pun jadi cepat atau sesak dan jantung berdebar-debar saat seseorang mengalami stress. Akibatnya, dalam kondisi terancam, tubuh melepaskan lebih banyak glukosa dan lemak ke aliran darah untuk menyediakan bahan bakar tambahan agar seseorang jadi lebih waspada.
Pengaruh Stress pada Fisik Manusia
Respon tubuh akibat stress tersebut umumnya normal dan tidak menimbulkan masalah kesehatan. Namun, apabila sisitem saraf otonom itu terus menerus diaktifkan, akibatnya bisa memengaruhi kesehatan. Apalagi, di saat pandemi seperti saat ini.
Jangka pendek akibat stress bisa memicu gangguan sistem daya tahan tubuh sampai sistem pencernaan. Bahkan, jangka panjang akibat stress ini bisa menyebabkan migrain, penyakit jantung atau stroke, diabetes, tekanan darah tinggi, depresi, dan gangguan kecemasan.
Menurut Koenan, situasi pandemi ini bisa memicu stress ekstrim yang berdampak pada gangguan kesehatan dan pikiran kita. Maka, wajar banyak yang mengeluh karena pandemi corona yang menggempur segala aktivitas kita.