Oleh: Mh. Ramadhan
 Seandainya seorang anak manusia, dilahirkan di tengah-tengah hutan dan di sekelilingnya tidak ada manusia selain dirinya, maka jika anak tersebut hidup dan besar pastilah dia akan mencari eksistensi siapa dirinya dan siapa Tuhannya.
Begitu pentingnya manusia mengenali Tuhannya hingga Rosulullah menegaskan dalam sabdanya, "Awwaluddin makrifatullah." Awal mula beragama yakni mengenal Tuhannya.Â
Dalam sebuah karyanya Ulama besar, semoga Allah selalu mencintainya, Imam Abul Hasan Al-Asya'ry mengatakan, Â "Makrifatul ma'bud qoblal ibadah wadalika hakikat makna syahadaat." Mengetahui kepada Dzat yang akan disembah sebelum melakukan penyembahan, itulah hakikat makna daripada Syahadatain.
Oleh karena itu maka persiapkanlah dirimu untuk satu perjalanan panjang yang tak berujung, ibarat sebuah pelayaran ilmu adalah sarana yang akan mengantarkanmu hingga ketujuan. Sempurnakan ikhtiarmu untuk keluarga yang akan ditinggalkan, pendakianmu butuh waktu yang cukup lama, jangan sampai engkau kehabisan bekal di tengah perjalanan apalagi hingga keluargamu kelaparan.
Wahai jiwa-jiwa yang gelisah, berangkatlah kepada Allah dengan tenang dan damai sebagaimana Dia dalam kalamnya "Wahai jiwa-jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu...".
********
Jika pelayaranmu telah sampai di dermaga dan sampanmu telah merapat di pelabuhan tempat muara seluruh kapal, di sana  engkau labuhkan jangkar dan berhentilah sejenak untuk mentafakuri tentang kekuasaan Allah, kehebatan Allah dan bersyukurlah kepada Allah dalam wujud nyatamu, pujilah Dia dengan segenap kerendahan hati. Karena sesungguhnya engkau adalah hamba-hamba yang Allah beri petunjuk.
Sampaikan sholawat dan salammu untuk kanjeng Nabi Muhammad Saw, keluarga dan para sahabatnya agar engkau senantiasa mendapat curahan syafaat.
Ikatkan hatimu seerat mungkin kepada  para Ulama, para sholihin, para auliya, para shiddiqin, sambungkanlah hatimu kepada sambungan-sambungan yang menyambung kepada rantai-rantainya kanjeng Nabi dengan Mahabbah setulus ngabdi, niat yang suci dan berpasrah diri.
Bersihkan hatimu setiap hari tinggalkan tingkah-tingkah yang dapat merusak pendakianmu.
Dendangkan dengan lidah rahasiamu Allah
luruskan dan hentakkan hingga hilang
kesombongan, pengakuan, keakuan, keserakahan.
Belah langitmu ratakan bumimu
hanyutkan seisi duniamu dalam derasnya dzikirmu
hingga engkau merasakan Muutu qoblal mautt  (Matilah sebelum engkau mati).