Pernyataan : Ngapain takut sama Corona, Corona ini kan makhluk Tuhan. Jadi kita doa bersama dan perbanyak ibadah di masjid aja biar Tuhan mengangkat corona di muka bumi. Mari kita misalkan kalau virus ini adalah anjing galak dan Tuhan adalah pemiliknya. Jika anjing galak ini sedang berada di dekat kita, apa yang harus dilakukan? Pastinya kita harus bilang ke pemiliknya untuk menjauhkannya dari kita. Maka yang harus kita lakukan adalah bilang ke Tuhan melalui doa dan ibadah untuk mengangkat virus tersebut dari dunia. (sumber : Syahrul Ma'mun saat di ILC pada tanggal 28 April 2020 https://www.youtube.com/watch?v=UT2-TnhY00E ).
Bantahanku :
Bila disederhanakan, penalaran yang anda buat itu seperti ini;
Hewan ganas akan tunduk pada majikannya
Corona adalah makhluk (Tuhan) yang ganas
Maka, Corona pula akan tunduk pada majikannya(Tuhan).
Sehingga hukum yang berlaku pada hewan ganas akan berlaku juga pada corona.
Si pembuat pernyataan menggunakan analogi sebagai pembenaran atas sikapnya, pertanyaannya adalah apakah analogi tersebut sudah benar?
Dalam ilmu logika yang telah aku pelajari, analogi merupakan bagian dari penalaran induktif, lalu sifat penalaran induktif itu hasilnya nilainya bukan tentang benar dan salah, melainkan tentang tinggi atau rendahnya derajat kebenaran tersebut. Menurutku, analogi yang dibuatnya jauh dari kebenaran, karena :
1.Kesamaan sifat dari argumen tersebut terlalu sedikit. Bila kita bandingkan anjing serta majikan dengan corona dan Tuhan kesamaannya hanyalah sama-sama makhluk yang diatur oleh Tuhan. Lalu perbedaan antara kedua premis tersebut lebih banyak daripada kesamaannya, mulai dari sifat, ukuran, tingkah laku, cara reproduksi, dan cara hidup (bahkan bisa dibilang virus itu antara hidup dan ga hidup). Sehingga aku nyatakan analogi ini kurang mendekati kebenaran.
2.Si pembuat pernyataan mengabaikan sesuatu hal yang penting perihal virus itu terbuat dari materi, yang gerak atau sifatnya dipengaruhi oleh hukum alam, bukan oleh hukum agama, apalagi oleh hukum yang dibuat oleh kepala RT. Virus ini adalah materi, mereka tersusun atas protein, lipid, dan asam nukleat. Untuk menghilangkannya, kita perlu menggunakan pendekatan hukum alam seperti ilmu kimia dan biologi. Salah satu cara untuk menghancurkan bahan penyusunnya adalah dengan mencuci tangan dengan sabun. Sabun ini dapat menghancurkan dinding virus yang mengandung lipid, sehingga isi dari virus tercerai berai alias mati. Kita juga dapat memusnahkan virus dengan menggunakan vaksin, sebagai simulasi kepada tubuh untuk membentuk antibodi, sehingga nantinya saat tubuh orang tersebut melawan virus yang asli, tubuhnya akan mengenali virus tersebut dan akan memusnahkannya.
Lalu virus Corona ini dapat menyebar melalui droplet, kontak fisik, atau benda yang telah terkontaminasi. Sehingga untuk mencegah hal tersebut, diperlukan pembatasan kontak antar manusia atau mencegah kerumunan manusia, sehingga kita dihimbau untuk melakukan segala kegiatan termasuk ibadah di rumah. Kalau aku boleh bertanya, emangnya beribadah di rumah itu dosa ya? sehingga ente begitu ngotot untuk beribadah di masjid yang belum tentu aman.
Bukankah ibadah di rumah aja lebih baik ya karena menjaga keluarga kita dari corona?
Jadi, pernyataan tentang dekati Tuhan untuk menghilangkan wabah itu sangat kurang tepat, karena analoginya lemah serta dia mengabaikan hukum alam dari virus. Memang Tuhan yang menciptakan alam semesta ini, tapi bukan berarti semua solusi bisa didapatkan dengan pendekatan teologis. Virus ini merupakan bagian dari alam, maka pendekatan yang tepat untuk memahaminya tentu dengan ilmu-ilmu alam seperti ilmu kimia, biologi, dan kesehatan. Begitu juga untuk menghilangkannya diperlukan ilmu sains, yaitu dengan mencuci tangan, menghindari kerumunan, dan menggunakan vaksin.
Bukankah Tuhan telah menurunkan ilmunya ke Bumi?
Bukankah agama dan ahli agama juga udah mengatur perihal wabah ini ya?
#Hati-hatikamumulaiberpikir