Mohon tunggu...
Muhammad Rafi Rizqullah
Muhammad Rafi Rizqullah Mohon Tunggu... Lainnya - educated human

Saya Muhammad Rafi Rizqullah mahasiswa pendidikan Sosiologi UNJ 2020. Blog ini saya buat guna membagikan pengetahuan dan sekaligus sebagai wadah untuk memenuhi nilai suatu mata kuliah. Terima Kasih

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pembelajaran Satu Arah yang Monoton Menjadi Masalah Pendidikan Saat Pembelajaran Jarak Jauh dalam Prespektif Paulo Freire

20 Desember 2022   12:32 Diperbarui: 20 Desember 2022   12:33 1242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendahuluan

Pendidikan merupakan ujung tombak suatu negara. Semakin maju pendidikan suatu negara akan menjadikan negara tersebut semakin maju. Untuk itu sudah seharusnya seorang pendidik bias melakukan inovasi dalam pendidikan. Salah satunya dengan cara memilih metode pembelajaran yang tepat untuk para peserta didik agar proses pembelajaran bisa berlangsung efektif dan memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan, dalam memilih metode yang cocok untuk diterapkan kepada peserta didik kita juga perlu mengetahui karakter peserta didik yang kita akan ajar. Salah satu model pembelajaran yang sering kita jumpai di Pembelajaran Jarak Jauh ini adalah Pembelajaran satu arah.

Pembelajaran satu arah juga bisa disebut dengan pembelajaran konvensional. Menurut (Sumiati & Asra, 2008) pengertian dari pembelajaran satu arah adalah proses pembelajaran dimana guru lebih berperan aktif dalam menyampaikan materi pelajaran. Model pembelajaran satu arah juga dianggap sebagai pembelajaran yang abstrak dan teoritis sehingga menyebabkan sebagian peserta didik tidak mampu untuk menghubungkan materi yang telah dipelajari dengan bagaimana materi atau pengetahuan tersebut dimanfaatkan di kehidupan. Pada pembelajaran satu arah ini membuat proses pembelajaran hanya berpusat pada guru dan peserta didik cenderung menjadi pasif. Hal tersebut juga dapat membuat kesempatan peserta didik dalam mengeksplor materi pembelajaran dan berdiskusi diruang menjadi berkurang.

 Disituasi apapun guru harus dapat beradaptasi dengan kondisi yang ada, disituasi pandemi ini guru harus dapat beradaptasi dengan situasi pandemi yang serba terbatas mobilitasnya, baik mobilitas yang dilakukan guru ataupun muridnya. Hal tersebut dilakukan demi menghasilkan anak didik berkualitas yang akan menjadi penerus bangsa Indonesia mengingat banyaknya tantangan pembelajaran yang dihadapi.

Di dalam proses pembelajaran Jarak jauh sering terjadi pembelajaran satu arah yang dimana pembelajaranya hanya berpusat kepada guru (teacher center), proses pembelajaran yang seperti ini cenderung monoton dan kaku. Apalagi terkadang dalam aktivitas belajar mengajar guru kurang memvariasikannya dengan model pembelajaran lain. Akibat pembelajaran yang terlalu kaku tersebut, beberapa siswa cenderung bosan dan susah untuk menerima pelajaran yang diberikan, sehingga beberapa siswa cenderung untuk membenci pelajaran tersebut. Apalagi dalam pembelajaran PJJ yang serba terbatas ini kita tidak dapat memantau kondisi murid kita saat pembelajaran berlangsung, akibatnya murid kerap menyepelekan proses pembelajaran.

Mengenai Pembelajaran satu arah dalam Pembelajaran Jarak Jauh ini menggambarkan salah satu pemikiran dari Paulo Freire mengenai pendidikan gaya Bank, Karena posisi guru yang mengajar layaknya seperti nasabah yang menabung uang ke bank dimana peserta didik menjadi pihak bank yang menerima tabungan ilmu dari sang guru. Uang dimasukkan ke bank dan menghasilkan bunga. Guru mengajar, murid belajar, guru menerangkan dan murid mendengarkan. Guru bertanya dan murid menjawab. Konsep tersebut tidak manusiawi (Paulo Freire:1972). Dalam tulisan ini saya mencoba membahas terkait konsep pendidikan gaya bank Paulo Freire dan permasalahan siswa mengenai pembelajaran satu arah yang monoton pada Pembelajaran Jarak Jauh.

ISI

Proses pembelajaran Jarak Jauh yang monoton ini dipertegas dengan apa yang disampaikan Kemdikbud yang menyebut bahwa "rata-rata siswa tidak bisa memahami pelajaran dalam kondisi kegiatan belajar jarak jauh. Siswa juga tidak berkonsentrasi secara penuh jika belajar di rumah". Dengan adanya permasalahan tersebut dapat disebabkan karena kurangnya inovasi guru dalam mengajar, guru kerap hanya menyampaikannya dengan metode ceramah yang menyebabkan proses pembelajarannya menjadi satu arah. Jika guru dapat mampu mengemas Pembelajaran Jarak Jauh menjadi lebih menarik dengan melibatkan aktif siswa, maka bukan tidak mungkin siswa dapat menerima pembelajaran yang diberikan oleh guru.

Dalam pelaksanaannya, peserta didik hanya aktif untuk mencatat materi yang disampaikan. Proses pembelajaran satu arah yang diberikan guru jika diterapkan secara terus membuat pembelajaran menjadi monoton dan membuat murid cepat bosan sehingga murid sulit menerima pembelajaran yang diberikan oleh guru. Pendekatan pembelajaran yang hanya berpusat pada guru sebagai satu-satunya yang pihak yang memberikan materi pembelajaran. Akibatnya dalam menerima pengetahuan atau ilmu yang didapatkan peserta didik cenderung lebih cepat terlupakan. Selain itu juga menyebabkan peserta didik menjadi pasif, karena peserta didik tidak dijadikan subjek dalam proses pembelajaran dan juga tidak mendapat kesempatan untuk menyampaikan pendapat pribadinya.

Hal ini sesuai dengan pemikiran Paulo Freire mengenai Pendidikan gaya bank yang dimana proses belajar mengajar yang berlangsung hanyalah proses transfer ilmu dari seorang guru, sedangkan murid hanya duduk, menyimak, menulis dan menghafal materi-materi yang dijelaskan oleh guru. Akibatnya pendidikan seperti ini tidak dapat menimbulkan atau menumbuhkan kesadaran kritis bagi murid-muridnya dan hanya menjadikan murid sebagai robot-robot yang tidak mengerti akan realitas sosial yang dihadapinya.

Sehingga yang dihasilkan dari pembelajaran gaya bank ini adalah hilangnya potensi yang dimiliki oleh murid karena kesempatan untuk mengembangkan potensi, berbicara atau mengeluarkan pendapat dibatasi oleh guru. Guru terlalu menguasai ruang kelas tanpa memberikan kesempatan murid untuk berpendapat dan berdiskusi. Tidak adanya komunikasi timbal-balik dan tidak diberikannya ruang atau wadah untuk siswa berdemokrasi, berfikir atau berpendapat kritis, terlihat jelas bahwa pendidikan adalah alat kekuasaan guru yang dominatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun