Mohon tunggu...
Muhammad Nauval
Muhammad Nauval Mohon Tunggu... Perawat - Perawat | Aceh Tulen

Pecinta Kopi Hitam Tanpa Gula

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hari Raya Idul Adha: Antara Cinta, Kepercayaan, dan Pengorbanan

25 Juli 2020   12:47 Diperbarui: 25 Juli 2020   12:51 774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Idul Adha untuk tahun ini jatuh pada 31 Juli 2020. Hal ini ditetapkan Pemerintah setelah menggelar sidang isbat pada Selasa ( 21/7/2020 ). Hari Raya Idul Adha juga dikenal dengan sebutan Hari Raya Haji. Sebab, Idul Adha bertepatan dengan momen umat muslim melaksanakan rukun islam yang kelima yaitu melaksanakan ibadah haji.

Hari Raya Idul Adha juga dikenal sebagai  hari raya kurban. Selain melaksanakan ibadah haji, umat muslim juga dianjurkan untuk melakukan kurban. Dalam istilah KBBI, kurban diartikan sebagai persembahan kepada Allah ( seperti biri-biri, sapi, unta yang disembelih pada hari Lebaran Haji ) sebagai wujud ketaatan muslim kepada-Nya.

Perintah kurban ini ditujukan untuk semua umat islam yang sudah mampu. Bagi yang belum mampu secara ekonomi, maka belum diwajibkan, namun jika mereka tetap melakukan justru akan lebih baik. Karena pada hakikatnya, hewan-hewan yang di kurbankan  di dunia ini nantinya akan menjadi kendaraan di akhirat. Jika dipikir, siapa yang tidak ingin mendapat kendaraan di akhirat kelak ? mengingat begitu banyak cobaan yang akan menimpa kita saat akhirat kelak, dengan memiliki kendaraan setidaknya akan membuat langkah kita menjadi lebih mudah. Kemudian sebaliknya, ini akan menjadi bumerang bagi orang  yang secara ekonomi sudah mampu namun tidak melaksanakan perintah kurban. Bukan hanya mendapat dosa besar, hal ini juga akan mendatangkan murka Allah SWT.

Hewan yang dikurbankan juga tidak boleh sembarangan. Ada syarat-syarat yang harus dipenuhi, misalnya tentang ketentuan umurnya, cacat atau tidak, intinya adalah hewan yang dikurbankan harus sempurna. Proses menyembelihnya juga harus mengikuti ketentuan-ketentuan yang dianjurkan islam, tidak hanya asal potong.  Karena setiap proses penyembelihannya itu mempunyai makna tersendiri dalam ajaran islam.

Bicara Kurban, tentu kita tidak lupa tentang sejarah. Tentang bagaimana pengorbanan Nabi Ibrahim dalam melaksanakan perintah Allah SWT. Beliau mendapat perintah untuk menunaikan janjinya kepada Allah SWT  bahwa akan mengorbankan anak semata wayangnya Nabi Ismail dengan cara menyembelihnya. Meski jika dipikir, orangtua mana yang akan rela menyembelih anaknya, namun Nabi Ibrahim dengan segenap keyakinannya tetap melaksanan perintah Allah SWT, karena bagi beliau perintah Allah SWT adalah mutlak, begitu besar ketakwaan beliau dalam melaksanakan perintah-Nya.

Begitu pula dengan Nabi Ismail dan Siti Hajar istri Nabi Ibrahim. Begitu besar kecintaan mereka  dan betapa tulusnya mereka dalam menjalankan perintah dari Allah SWT. Dengan mantapnya mereka  langsung setuju melaksanakan perintah jika itu datangnya dari Allah SWT. Meski dihasut oleh Iblis untuk tidak membiarkan Nabi Ibrahim menyembelih Nabi Ismail, namun keteguhan hati dan kecintaan Siti Hajar pada Allah SWT ternyata jauh lebih besar. Begitu juga dengan Nabi Ismail, meski nyawanya akan direnggut, selama perintah itu datangnya dari Allah SWT, beliau tetap akan menyanggupinya.

Singkat cerita, Allah SWT kemudian menggantikan seekor hewan kurban di tempat penyembelihan Nabi Ismail. Akhirnya, untuk mengenang pengorbanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, seluruh umat islam di perintahkan untuk menyembelih hewan kurban pada 10 Zulhijah setiap tahunnya.

Dalam kisah ini kita bisa melihat, Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail adalah sosok panutan. Beliau adalah sosok manusia yang benar-benar tunduk dan memasrahkan diri kepada Allah SWT semata. Tidak ada bantahan jika itu perintah Alllah SWT. Begitu juga dengan Siti Hajar, beliau adalah sosok istri, ibu dan juga seorang hamba yang sangat patuh. Kita bisa lihat, begitu kuat keyakinannya kepada Allah SWT dan begitu besar kepercayaannya kepada suaminya, Nabi Ibrahim. Hingga membuat iblis tidak bisa berkutik saat menggodanya.

Maka, sudah sepantasnya jika pada momen Idul Adha seperti ini kita kembali mengenang dan merenungi prosesi kurban secara mendalam. Meski belum mampu untuk berkurban, setidaknya kita dapat merenungi betapa Allah mengharapkan kita untuk berkurban atas apa yang kita cintai demi apa yang diperintahkan Allah. Karena sesunggunya, perintah Allah SWT adalah yang utama, dan selalu akan menjadi yang utama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun