Mohon tunggu...
Muhammad Ihya Tirta Raushan
Muhammad Ihya Tirta Raushan Mohon Tunggu... Mahasiswa UIN JOGJA/24107030063

Mahasiswa biasa suka makan nasi uduk penyetan dan pecinta wanita matcha

Selanjutnya

Tutup

Film

Layar Lebar Kita: Antara Optimisme, Tantangan Menjerat, dan Jejak Menuju Hollywoodnya Indonesia

31 Mei 2025   13:02 Diperbarui: 31 Mei 2025   13:02 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Industri perfilman Indonesia bak ombak di lautan: kadang pasang, kadang surut, namun tak pernah benar-benar mati. Dalam satu dekade terakhir, kita menyaksikan geliat yang luar biasa. Bioskop penuh sesak dengan film-film horor yang meraup jutaan penonton, genre drama yang menyentuh hati, hingga film aksi yang membanggakan. Optimisme merekah, seolah kita sedang melangkah menuju "Hollywood-nya Indonesia."

Namun, di balik gemerlap box office dan pujian kritikus, tersimpan dinamika kompleks dan tantangan berat yang harus dihadapi. Apakah momentum ini akan terus berlanjut, ataukah kita akan kembali ke masa suram? Mari kita bedah lebih dalam.

Dinamika Positif: Sebuah Kebangkitan yang Menjanjikan

Kebangkitan perfilman Indonesia pasca-reformasi memang patut diacungi jempol. Beberapa indikatornya jelas terlihat:

  • Lonjakan Penonton: Film-film lokal semakin digemari. Angka jutaan penonton bukan lagi mimpi, terutama untuk genre horor yang menjadi primadona. Ini menunjukkan kepercayaan masyarakat pada sinema nasional mulai tumbuh kembali.
  • Keberagaman Genre: Selain horor, genre lain seperti drama, komedi, laga, hingga dokumenter mulai menemukan pasarnya sendiri. Munculnya film-film biopik dan adaptasi buku populer juga memperkaya pilihan.
  • Pengakuan Internasional: Film-film Indonesia kian sering wara-wiri di festival film bergengsi dunia, membawa pulang penghargaan dan pujian. Ini membuktikan bahwa kualitas karya sineas kita mampu bersaing di kancah global.
  • Munculnya Talenta Baru: Banyak sutradara, aktor, penulis skenario, dan kru film muda berbakat bermunculan, membawa ide-ide segar dan energi baru yang sangat dibutuhkan industri.
  • Peran Platform Streaming: Kehadiran platform streaming seperti Netflix, Disney+ Hotstar, Prime Video, hingga layanan lokal seperti Vidio dan Vision+ menjadi angin segar. Film-film Indonesia mendapatkan jangkauan audiens yang lebih luas, bahkan membuka peluang produksi konten orisinal yang tidak hanya untuk bioskop.

Tantangan Menjerat: Kerikil di Jalan Menuju Puncak

Di tengah euforia, sejumlah tantangan masih menjadi ganjalan serius:

  • Dominasi Genre Horor yang Berlebihan: Meskipun sukses secara komersial, dominasi genre horor yang masif seringkali mengesankan "monoton" dan berisiko membuat penonton jenuh jika kualitasnya tidak konsisten. Ada kekhawatiran bahwa studio hanya berinvestasi pada genre yang "aman" tanpa mendorong inovasi cerita.
  • Masalah Distribusi dan Infrastruktur Bioskop: Distribusi film masih sangat terpusat di kota-kota besar. Daerah pelosok masih kesulitan mengakses bioskop atau mendapatkan jadwal tayang yang memadai, membatasi potensi pasar.
  • Kualitas Cerita dan Produksi yang Inkonstan: Meskipun ada banyak film bagus, tidak sedikit pula film yang terasa "dibuat terburu-buru" dengan kualitas cerita dan produksi yang minim. Ini bisa merusak kepercayaan penonton jangka panjang.
  • Pendanaan dan Investasi: Sineas independen atau film dengan genre non-komersial sering kesulitan mencari pendanaan. Investor masih cenderung memilih proyek dengan potensi box office besar, membatasi ruang kreativitas.
  • Pembajakan dan Edukasi Penonton: Pembajakan masih menjadi momok yang merugikan. Selain penegakan hukum, edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya mendukung industri melalui jalur legal masih perlu digencarkan.
  • Pendidikan dan Regenerasi SDM: Ketersediaan sekolah film dan pelatihan yang berkualitas masih terbatas, padahal kebutuhan akan SDM profesional di berbagai lini produksi film terus meningkat.

Pinterest.com
Pinterest.com

Masa Depan: Menuju Hollywood-nya Indonesia yang Mandiri dan Berkarakter

Untuk memastikan momentum kebangkitan ini berkelanjutan, industri perfilman Indonesia harus berbenah dan berani mengambil langkah strategis:

  1. Diversifikasi dan Inovasi Konten: Mendorong genre di luar horor, berani mengangkat isu-isu sosial yang relevan, serta mengeksplorasi cerita-cerita orisinal dan budaya lokal yang kaya.
  2. Penguatan Literasi Sinema: Edukasi penonton untuk lebih menghargai film sebagai sebuah karya seni, bukan sekadar hiburan semata. Program-program literasi film di sekolah atau komunitas bisa menjadi langkah awal.
  3. Pengembangan Infrastruktur dan Teknologi: Perluasan jaringan bioskop ke daerah-daerah terpencil, serta investasi pada teknologi produksi pascaproduksi yang canggih agar bisa bersaing di tingkat global.
  4. Kolaborasi dengan Platform Streaming: Memanfaatkan platform streaming sebagai mitra strategis untuk distribusi global dan pengembangan konten orisinal yang tidak hanya berorientasi bioskop.
  5. Regulasi dan Proteksi Industri: Pemerintah perlu mendukung dengan regulasi yang kondusif, insentif pajak bagi investor film, serta penegakan hukum yang tegas terhadap pembajakan.
  6. Pengembangan Ekosistem Industri: Membangun ekosistem yang kuat, mulai dari sekolah film, festival, forum diskusi, hingga asosiasi profesi yang solid untuk mendukung pertumbuhan talent dan kualitas produksi.

Penutup:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun