Tak ada yang usai dalam serial kehidupan ini, ia hanya berevolusi sesuai apa yang didoakan dalam bentuk upaya berkelanjutan, termasuk setelah hari ini, ya hari esok yang entah kemana dan bagaimana, namun secercah harap yang kita panjatkan, semoga menjadi tempat pulang ternyaman dimasa depan.
Dalam beberapa kesempatan kubertanya pada teman-teman, 'akan kemanakah setelah ini?' beberapa menjawab akan melanjutkan ke kampus ternama, ada yang akan melanjutkan usaha keluarga, ada yang akan mengajar disebuah lembaga, ada yang ingin mengadu nasib di ibukota, ada yang akan melangsungkan pertunangan dengan si dia, dan ada pula yang tengah bersiap menuju akad pernikahan dg pasangan yang diidamkan. Tersenyum diri ini, bahagia mendengar rencana baik teman-teman semua, semoga terkabul apa yang menjadi harapan dalam dada.
Tapi tunggu, semenit saja kubertanya pada diri, diri yang selama ini menemani, dari lelah hingga semangatku, dari alpa hingga sarjana, dari abata hingga zahaya, sebuah tanya yang mengusik pikiranku, 'bagaimana denganku? Apa yang telah direncanakan, apa yang telah didoakan dan diikhtiarkan, apa? Apa? Apa? Tanya ini menggumpal, dengan cepatnya berubah menjadi bola bintang yang besar dikepalaku, mengisi ruang-ruang kosong alam mikro yang ada di kepala dan tiba-tiba suara parau adzan di mesjid terdengar, waktunya solat subuh didirikan juga sebagai sebuah peringatan bahwa diri terlalu berlebihan memandang dunia dan seisinya sehingga lupa, lupa kalau 2 rakaat sunnah fajr lebih baik darinya.