Pendahuluan
Di Desa Kradenan Selatan, banyak warga yang punya usaha kecil menengah (UMKM), mulai dari warung makan, toko kelontong, sampai kerajinan tangan. Usaha-usaha ini sebenarnya punya potensi besar untuk berkembang, tapi sering terbentur masalah: pembayaran yang masih serba tunai, pelanggan kesulitan mencari lokasi usaha, dan promosi yang hanya dari mulut ke mulut.
Padahal sekarang, masyarakat sudah terbiasa menggunakan pembayaran digital, misalnya lewat QRIS, dan mencari tempat usaha lewat aplikasi peta digital seperti Google Maps. Kalau UMKM di Kradenan Selatan tidak ikut memanfaatkan hal ini, mereka bisa tertinggal dari pesaing lain.
QRIS membuat transaksi lebih praktis, cepat, dan aman. Sedangkan Maps membantu pelanggan lebih mudah menemukan lokasi usaha, bahkan menarik orang dari luar desa. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa UMKM yang memakai QRIS dan terdaftar di Maps lebih mudah mendapatkan pelanggan baru dan menjaga hubungan dengan pelanggan lama (ResearchGate, 2023).
Karena itu, topik ini penting untuk dibahas. Artikel ini akan menjelaskan bagaimana kondisi UMKM di Desa Kradenan Selatan dalam memanfaatkan QRIS dan Maps, apa manfaat serta kendalanya, dan apa langkah yang bisa dilakukan agar digitalisasi benar-benar membantu ekonomi desa.
Metode
Untuk menyusun artikel ini, digunakan metode campuran antara data angka (kuantitatif) dan cerita langsung dari pelaku usaha (kualitatif).
Survei sederhana dilakukan pada pelaku UMKM di Kradenan Selatan untuk melihat siapa saja yang sudah memakai QRIS dan siapa yang sudah mendaftarkan usahanya di Maps.
Wawancara langsung dilakukan pada beberapa pemilik usaha untuk tahu pengalaman mereka: apakah merasa terbantu, apa saja kendalanya, dan apa harapannya.
Observasi lapangan juga dilakukan, misalnya melihat warung atau toko yang sudah memakai QRIS dan yang belum, serta membandingkan usaha yang sudah ada di Maps dan yang belum.
Metode ini dipilih supaya gambaran yang didapat tidak hanya angka, tapi juga cerita nyata dari pelaku UMKM. Dengan begitu, hasilnya lebih dekat dengan kondisi sebenarnya di Kradenan Selatan.
Hasil
Dari pengumpulan data di lapangan, diperoleh beberapa temuan utama:
Sekitar 40--50% UMKM di Kradenan Selatan sudah memakai QRIS, terutama warung makan dan toko di pinggir jalan utama.
Baru sekitar 30% usaha yang sudah muncul di Google Maps, dan sebagian belum mengisi data dengan lengkap (foto, jam buka, nomor kontak).
Transaksi non-tunai mulai tumbuh: rata-rata 5 - 10 transaksi QRIS per hari di warung atau toko yang sudah menggunakannya.
Beberapa pelaku usaha merasa omzet naik sekitar 10 -20% setelah memakai QRIS dan mendaftarkan usaha di Maps, karena pelanggan lebih mudah menemukan dan bertransaksi.
Kendala utama: jaringan internet yang kadang tidak stabil, belum semua pelaku paham cara menggunakan aplikasi digital, serta masih ada yang ragu karena takut ribet atau takut ada potongan biaya.
Hasil tadi menunjukkan bahwa UMKM di Kradenan Selatan sudah mulai masuk ke dunia digital. QRIS dan Maps terbukti memberi manfaat nyata: transaksi lebih lancar, usaha lebih mudah dicari, dan ada peluang pelanggan bertambah.
Namun, manfaat ini belum merata. UMKM di lokasi yang strategis lebih cepat merasakan dampaknya, sedangkan usaha yang letaknya agak jauh masih sulit. Ini artinya, perlu ada dukungan khusus supaya semua usaha bisa merasakan manfaat yang sama.
Hambatan seperti kurangnya pengetahuan digital, keterbatasan internet, dan rasa ragu adalah hal yang wajar. Banyak desa di Indonesia menghadapi hal yang sama (Jurnal USI, 2023). Karena itu, perlu ada pendampingan, pelatihan, dan dukungan dari pemerintah desa maupun komunitas pemuda agar pelaku usaha lebih percaya diri menggunakan QRIS dan mendaftarkan usahanya di Maps.