Mohon tunggu...
Muhammad Harkim Novridho
Muhammad Harkim Novridho Mohon Tunggu... Mahasiswa - -

Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang didalam masyarakat dan sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menuntut Generasi Emas di Balik Kesengsaraan Seorang Guru

14 Januari 2023   10:44 Diperbarui: 14 Januari 2023   12:52 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dunia pendidikan Indonesia saat ini sedang gencar-gencarnya menggaungkan sebuah impian yakni menyongsong generasi emas 2024.  Generasi emas yang dimaksud adalah generasi yang memiliki kecerdasan yang komperhensif, yakni produktif dan inovatif. Namun pertanyaannya apakah generasi emas yang diimpikan tersebut akan muncul atau dapat dicetak melalui pendidikan formal di negeri ini? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, mari kita lihat realita nya.  Dalam sebuah tatanan pendidikan formal sosok guru menjadi pilar utama perihal mencetak generasi emas yang diimpi-impikan tersebut, untuk itu dalam mencapainya, hal yang paling fundamental untuk dilakukan adalah meningkatkan kualitas tenaga pendidik, kemudian untuk mencapai kualitas tenaga pendidik yang baik haruslah dimulai dengan mensejahterakan sosok tenaga pendidik tersebut, mengapa demikian?

Saat ini, guru yang seyogyanya merupakan asset yang sangat berharga, justru banyak dari mereka yang hidupnya jauh dari kata sejahtera. Khususnya bagi guru honorer yang jika hanya mengandalkan gaji yang didapatnya ketika mengajar tentu kehidupan mereka jauh dari kata cukup. Oleh karena itu menggaungkan impian menyongsong generasi emas dibalik kesengsaraan seorang guru yang untuk masalah perut saja mereka tidak tercukupi, tentu akan menjadi hal konyol dan akhirnya menjadi impian semu belaka.

Jika melihat realita di lapangan bukan menjadi rahasia umum, ketika seorang guru honorer dalam mencukupi kehidupannya harus mencari sampingan diluar profesi mereka sebagai seorang guru. Contohnya dalam sebuah fakta lapangan yang ditemui terdapat sosok guru honorer yang mengajar disalah satu sekolah yang berada di Bengkulu mengeluhkan bahwa gaji yang didapatnya hanya Rp300.000,00 padahal jika dibandingkan dengan guru-guru yang sudah PNS tugas dan jam kerja yang diemban oleh guru honorer ini tidak ada bedanya. Sehingga untuk mencukupi kehidupannya guru honorer ini harus bekerja di sawah setelah tugasnya sebagai seorang guru rampung. Ketika melihat fakta yang terjadi dilapangan, apakah kita masih diharuskan untuk tetap optimis dalam menyongsong generasi emas 2024? ketika perihal kesejahteraan hidup sosok yang berjuang untuk membangun masa depan bangsa itu masih harus dipertanyakan.

Selanjutnya mari kita lihat gaji guru di negara lain, Jepang misalnya yang rata-rata gaji guru disana sebesar Rp38 juta/bulan dan untuk guru yang baru diangkat sekitar Rp17 juta/bulan tentu angka ini sangat jauh jika ingin dibandingkan dengan negara kita. Namun mungkin saja kita berpikir bahwa perbandingan ini kurang sesuai, mengingat Jepang dipandang sebagai negara maju. Untuk itu tidak perlu jauh-jauh jika kita ingin membandingkan, negara tetangga kita saja misalnya Malaysia yang gaji pokok maksimal guru disana berkisar Rm 6.982 atau setara dengan Rp22,46 Juta untuk guru-guru yang sudah mendapatkan sertifikasi, sedangkan di Indonesia hanya berkisar 7 jutaan saja. Melihat perbandingan tersebut tentu kita bertanya-tanya dimana letak penghargaan bagi seorang tenaga pendidik di negeri ini?

Kesejahteraan seorang guru menjadi hal terpenting yang harus diperoleh jika ingin meningkatkan mutu pendidikan di negeri ini, guru yang hidupnya sejahtera tentunya akan terbentuk dalam dirinya sebuah motivasi dan semangat kerja serta fokus mereka sebagai tenaga pendidik pun tidak terbagi oleh pekerjaan sampingan yang banyak biasa dilakukan untuk mencukupi kehidupan sehari-harinya. Dalam memenuhi kebutuhan fisik dan mental seorang guru beserta keluarganya, kesejahteraan haruslah segera diperoleh. Setidaknya terdapat tiga tujuan dari pemberian kesejahteraan tersebut antara lain, pertama sebagai bentuk kemanusiaan dan keadilan sosial, kedua perihal pengendaalian sosial, dan yang terakhir sebagai bentuk pembangunan ekonomi.

Pemerintah sejatinya memiliki peranan untuk menjulurkan tangannya dan menarik sosok guru yang sudah lama terperangkap dalam jurang kesengsaraan untuk dapat bangkit dan disejahterakan. Sehingga akhirnya tidak ada lagi kita dapati guru-guru yang harus menahan lapar dalam mengajar, harus dipaksa makan hati dalam menempah dan menyiapkan calon-calon generasi yang nantinya dapat berprestasi untuk negeri, harus puas dengan jawaban “kalian harus tulus dalam mengabdi” sehingga mereka dipaksa ikhlas dengan gaji yang untuk mendapatkan sesuap nasi saja tak terpenuhi. Guru yang dikenal sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, pantaskah jika hidup mereka pontang panting dibalik respon kita yang terkadang merasa tak berdosa, ketika kesuksesan yang diperoleh banyak orang tak dapat terlepaskan dari sosok yang harusnya dipandang mulia?

Belum saatnya bagi kita untuk dapat bermimpi menyongsong generasi emas jika kualitas dan kesejahteraan seorang guru belum terpenuhi. Gaungan-gaungan yang bernada optimis ini akan hanya menjadi omong kosong jika kualitas dan kesejahteraan mereka belum dapat teratasi. Apa yang diharapkan dari pendidikan ini? Ketika generasi yang harusnya dapat menyerap sebuah ilmu dengan baik sebagai bekal mereka dalam mewujudkan hal yang dicita-citakan tersebut, tidak dapat mereka dapati dari pendidikan formal karena kualitas gurunya yang tidak mampu mencapai taraf tersebut? Kemudian mereka mau tidak mau dipaksa untuk dapat mencari wadah menempah diri mereka di luar pendidikan formal yang tak dapat diharapkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun