Mohon tunggu...
Nur Halim
Nur Halim Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Sakti dengan Nyantri

19 Oktober 2017   00:22 Diperbarui: 19 Oktober 2017   00:46 606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Santri ialah identitas yang melekat pada diri sejak menginjakkan kaki di tanah suci pondok pesantren sampai Sang Illahi Rabii memanggil nanti. Sarung dan kopyah seperti style wajib ketika jalan -- jalan menghibur duka ketika kiriman belum datang dari ibunda tercinta.Inilah santri ,dengan nyantri mengajarkan tentang rasa kekeluargaan,arti sesungguhnya berbagi, saling menasehati,dan bagaimana menyelesaikan banyak masalah sendiri, mengapa karena di sebuah pesantren sang santri di godok untuk menjadi seorang pemimpin masa depan yang bebasis ketakwaan dan moralitas.

Pesantren bagaikan kawah chondrodimhko untuk memperbaiki dan menggembleng  manusia- manausia agar bisa menjadi lebih baik dari sebelumnya.Dan harapan setiap orang tua untuk anaknya yang sedang nyantri ,acap kali ingin anaknya itu menjadi manfaat bagi masyarakat nya di kampung -- kampung  mereka sendiri kelak nanti.

Senjata paling ampuh yang menjadi andalan seorang santri itu adalah barokah .Barokah atau berkah oleh para ulama yang mula-mula menyebarkan Islam di Indonesia disimbolkan dengan "berkat" atau oleh-oleh yang dibawa dari acara hajatan atau tasyakuran. Di kalangan pesantren, barokah didefinisikan secara singkat dengan kata majemuk "Azziyadatul khoir" atau sesuatu yang dapat menambah  peningkatan kebaikan dalam berbagai aspek.Inilah produk dari Tawasul yang kaum santri istiqomahkan setiap hari.

Bagi santri baru,bagaimana tidak, seseorang yang biasa mendekap ayah -- ibu setiap hari, makan dengan tertib tiap waktu, bebas kemana-mana sesuai ingin, tiba-tiba harus melalui kehidupan penuh aturan dengan kebutuhan yang serba terbatas tanpa kedua orangtua (di pesantren), harus dilalui mendadak saat ia dinyatakan menjadi santri di sana. 

Meski akhirnya semua perasaan melelahkan, membosankan, dan segala hal yang membuat tidak betah, akhirnya dilupakan dan ditolak mentah-mentah saat santri tersebut telah mampu melalui hari-hari barunya. Siapa yang tak merasa bahagia dan bangga, jika ia pernah merasakan manis pahit hidup di dunia pesantren? dalam dirinya akan lahir kenangan, pengalaman, dan kesan paling menyentuh pada kehidupan masa depan.

 Kepercayaan pada dunia pesantren selalu memberi warna indah pada diri dan kehidupan yang dirasa lebih baik dan cemerlang.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun