Scabies atau kudis adalah penyakit menular pada kulit yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei. Parasit ini masuk ke permukaan kulit manusia dengan cara membuat terowongan di bawah kulit untuk tumbuh dan berkembang. Sarcoptes scabiei membuat terowongan di tempat yang lembab dan banyak lipatan tubuh seperti sela-sela jari, selangkangan, pantat, lipatan ketiak, dan bagian tubuh lainnya. Tungau akan mengeluarkan air liur, telur, dan kotoran yang menimbulkan rasa gatal pada kulit terlebih pada waktu malam hari saat tungau sedang aktif.
Siklus perkembangan parasit scabies dimulai dari tungau betina masuk ke kulit manusia dan membuat lubang terowongan sebagai tempat tinggal. Selanjutnya, tungau jantan akan memasuki sarang untuk berkembang biak dengan tungau betina menghasilkan telur yang akan menetas 3-4 hari setelahnya. Tungau muda akan tinggal di sarang dan terus tumbuh menjadi tungau dewasa kurang lebih 1-2 minggu.
Â
Semua orang dapat tertular penyakit ini. Namun, ada beberapa kelompok rentan yang memiliki risiko tinggi tertular, yaitu lingkungan pondok pesantren, penjara, asrama, petugas medis yang khusus menangani scabies, dan orang yang memiliki daya tahan tubuh lemah.
Pondok pesantren adalah salah satu tempat rentan penularan infeksi scabies karena kondisi lingkungan dan perilaku hidup santri kurang bersih. Perlu diketahui seseorang dapat terinfeksi scabies lebih dari satu kali sehingga pencegahan adalah kunci memutuskan rantai penularan. Beberapa caranya adalah tidak menggunakan alat-alat pribadi bersamaan dan sering membersihkan tempat tidur sebelum digunakan. Apabila ada indikasi seseorang terinfeksi scabies, segera cuci pakaian, handuk, dan kain yang digunakan dengan air panas. Barang yang tidak dapat dicuci seperti bantal, guling dapat dibungkus dengan plastik selama 3 hari dan diletakkan jauh dari jangkauan. Seseorang yang sedang terinfeksi scabies sebaiknya di isolasi, diberikan pengobatan optimal, dan menjaga jarak dari orang yang sehat.Â
Cara-cara pencegahan diatas terdengar mudah untuk dilakukan, tapi nyatanya masih banyak santri menderita penyakit kulit ini yang menandakan program pencegahan belum semuanya dilaksanakan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI