Mohon tunggu...
Muhammad Bagus Agam Triambada
Muhammad Bagus Agam Triambada Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Literasi Kini dan Nanti Sebuah Renungan

27 April 2021   05:52 Diperbarui: 27 April 2021   06:03 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang berguna untuk memajukan suatu bangsa. Pendidikan juga menjadi pilar utama dalam membentuk kepribadian dan karakter manusia. Dengan mengikuti arus globalisasi serta perkembangan zaman, sebuah bangsa akan terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di negaranya. Salah satu hal guna untuk memajukan pendidikan ialah negara harus mengedukasi terhadap khalayak ramai tentang pentingnya budaya literasi. Literasi pada masa sekarang dapat dipahami sebagai kemampuan untuk memahami, melibatkan, menggunakan, menganalisis dan mengubah atau memodifikasi sebuah teks. Literasi memiliki banyak macam seperti, literasi media, literasi digital, literasi komputer, literasi sains, literasi sekolah, dan masih banyak lagi.

Di Indonesia sendiri budaya literasi masih kurang diminati atau bahkan dianggap remeh oleh kebanyakan masyarakat. Oleh sebab itu perlu adanya kebijakan dari pemerintah untuk membuat banyak program-program literasi disemua tingkatan pendidikan. Namun, perlu diakui bahwa masih banyak orang atau bahkan siswa sekalipun yang kurang memiliki minat untuk membaca. Hal tersebut dikarenakan mereka lebih memilih untuk melakukan kegiatan atau aktivitas lain daripada membaca. Sementara itu, di negara-negara lain program literasi telah lama dicanangkan dan memiliki tingkat literasi yang tinggi. Berbanding terbalik dengan masyarakat Indonesia yang menurut data dan fakta menyebutkan bahwa tingkat literasinya sangat minim.

Menurut data dari UNESCO menyebutkan bahwa Indonesia menempati urutan kedua dari bawah soal literasi dunia, yang berarti memiliki minat baca yang sangat rendah. UNESCO juga mencatat jika minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, yaitu hanya 0,001% dari 1.000 orang di Indonesia, hal tersebut berarti cuma ada satu orang yang rajin membaca. Riset lainnya berjudul World's Most Literature Nations Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut State University menyatakan, bahwa Indonesia menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara tentang minat baca, tepat berada dibawah Thailand(59) dan diatas Bostwana(61). Padahal jika dilihat dari segi penilaian infrastruktur untuk mendukung membaca Indonesia berada diatas negara-negara Eropa. Menilik dari Negara Finlandia, The World's Most Literate Nations(WMLN) merilis daftar 61 negara-negara dengan peringkat literasi di dunia. Hasil penelitian ini menegaskan bahwa Finlandia sebagai Negara paling literat atau terpelajar di dunia. Menempatkan Amerika Serikat pada posisi ke-7 dan Indonesia berada pada posisi kedua terendah, yaitu pada urutan ke-60.

Oleh karena itu, perlu adanya sebuah pendekatan atau metode yang tepat untuk menarik minat budaya literasi pada masyarakat Indonesia. Sebagai contoh literasi digital dapat dilakukan dengan berdiskusi mengenai informasi atau sebuah hal yang sedang hangat diperbincangkan. Cara tersebut bertujuan untuk mengajak generasi milenial Indonesia mengenal dan memahami literasi. Selain itu, literasi digital juga merupakan langkah awal untuk menyadarkan masyarakat terutama generasi muda akan pentingnya budaya literasi. Teknologi yang semakin berkembang khususnya penggunaan gadget membuat generasi muda enggan untuk belajar melalui buku, selain itu juga membuat minat baca dan tulis semakin pudar.

Dampak akibat minimnya budaya literasi akan menyebabkan beberapa hal seperti, kehilangan atau penurunan produktivitas, tingginya beban biaya kesehatan, kehilangan proses pendidikan baik pada individu maupun tingkat sosial dan terbatasnya hak advokasi akibat rendahnya partisipasi sosial dan politik.

Oleh karenanya, memperkenalkan budaya literasi digital pada masyarakat Indonesia adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan khusunya bagi generasi muda. Sebagai generasi muda kita harus selalu berkontribusi dalam perkembangan digital dan revolusi literasi yang semakin berkembang seiring perkembangan zaman. Sebagai generasi penerus bangsa harus mampu berkarya dengan kemampuan dan kompetensi yang dimiliki agar tidak tertinggal dengan negara-negara berkembang lainnya. Oleh karena itu jangan pernah berhenti berkarya dan selalu berkontribusi dalam segala macam bentuk literasi, agar budaya literasi tetap terjaga dan dapat diwariskan sebagai budaya generasi muda di Indonesia. Tentu saja hal tersebut tidak didapatkan dengan cara yang mudah, perlu proses yang sangat panjang untuk mencapainya. Beberapa upaya yang diharapkan mampu menjadikan literasi diminati oleh generasi muda di masa depan diantaranya, 1) Kerja sama antara pemerintah, penulis dan publisher untuk membuat buku bacaan yang menarik dan edukatif; 2) Bekerja sama dengan lembaga masyarakat untuk mensosialisasikan dalam meningkatkan literasi pada anak sejak dini; 3) Membuat program membaca bagi siswa sekolah yaitu dengan membagikan buku bacaan gratis kepada siswa; 4) Memanfaatkan teknologi untuk mengakses bahan bacaan melalui media digital/elektronik; 5) Membentuk forum dan komunitas literasi yang terdiri dari pelajar, mahasiswa, mapun pecinta buku. Dengan upaya tersebut diharapkan untuk masa kini dan masa yang akan datang literasi bukanlah hanya sebuah renungan belaka. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun