Mohon tunggu...
Muhammad Arsad Dalimunte
Muhammad Arsad Dalimunte Mohon Tunggu... -

Aku hanya seorang hamba lemah yang sedang belajar menterjemahkan kesempatan hidup di kebijakan berpandangan & di kesantunan tindakan....www.arsadcorner.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pesan kepada Calon Presiden-Calon Wakil Presiden

24 Mei 2014   06:42 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:10 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

PESAN KAUM MISKIN PINGGIRAN

KEPADA CALON PRESIDEN-CALON WAKIL PRESIDEN


Hasil obrolan ringan tak bertema dengan sekolompok masyarakat di warung kopi pinggiran  suatu sore telah menjadi inspirasi tulisan ini.  Seperti biasanya, pembicaraan di warung kopi tak memiliki topik bahasan yang jelas sampai kemudian mengarah pada persoalan pilpres yang sebentar lagi di gelar di negeri ini. Pembicaraan lepas itu pun diwarnai dengan letupan-letupan spontan yang kemudian coba dikemas dalam tulisan singkat berikut ini:


Mereka menginginkan kedamaian dan kesejahteraan hadir dalam hidup mereka. Mereka ingin memilki keberanian dan percaya diri untuk merajut mimpi. Mereka pun ingin memiliki capaian yang layak untuk dikenang dan sekaligus membuat mereka merasa menjadi seorang yang berguna dan diharapkan. Hal ini bisa dimaklumi mengingat siapapun di dunia ini benci penderitaan dan tak mau berada dalam perasaan  tidak berguna disepanjang hidupnya.


Mereka bosan termanfaatkan. Mereka selalu merasa frustrasi tiap kali recehan yang mereka hasilkan dari keringat pagi sampai malam tak cukup membeli apa yang dinamakan hidup layak. Semua orang ingin punya kesempatan mewujudkan immpiannya. Mereka menginginkan sebuah keadaan yang mendorong mereka malu berdiri sebagai orang bodoh dan miskin. Mereka tidak memerlukan regulasi yang menjanjikan ketenangan dan ketentraman hidup kalau kemudian faktanya semua itu menjadi faktor penghambat  ketika mereka mulai beranjak berjuang mewujudkan cita-citanya.


Mereka ingin merasa damai dan tentram. Mereka pun bisa menyadari kalau kemiskinan adalah akibat dari sebuah kebodohan. Ironisnya, mereka hanya bisa berteriak dalam bathin saat keinginan  mencerdaskan diri tak kunjung menemukan kanalnya. Mereka harus menyudahi mimpi untuk memiliki ijazah karena tidak mampu menjangkau harga yang harus dibayar untuk bisa  berseragam dan melangkah gagah sebagaimana anak-anak lainnya.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun