Mohon tunggu...
Muhammad Ali
Muhammad Ali Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya merupakan mahasiswa Universitas Airlangga program studi D4 Teknologi Radiologi Pencitraan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pemeriksaan Radiografi Genu AP pada Kasus Patella Fissure

3 Juli 2025   19:44 Diperbarui: 3 Juli 2025   19:42 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Fissure adalah celah atau retakan halus yang terjadi pada tulang tanpa menyebabkan pergeseran fragmen atau patahan total. Kondisi ini sering kali terjadi akibat tekanan berlebih atau trauma ringan yang menimbulkan stres pada struktur tulang, namun tidak sampai memisahkan bagian tulang sepenuhnya. Meskipun lebih ringan dibandingkan fraktur lengkap, fissure tetap perlu penanganan yang tepat karena bisa berkembang menjadi cedera yang lebih serius apabila tidak didiagnosis dan ditangani sejak awal (Bontrager & Lampignano, 2020).

Salah satu tulang yang rentan mengalami fissure adalah patella, yakni tulang kecil berbentuk segitiga yang berada di bagian depan sendi lutut. Patella memiliki fungsi penting dalam mekanisme gerak tungkai, terutama dalam memperbesar gaya dari otot paha saat meluruskan lutut. Fissure pada patella bisa disebabkan oleh benturan langsung seperti terjatuh dengan posisi lutut membentur permukaan keras, atau karena aktivitas berulang yang memberikan tekanan berlebih pada lutut, misalnya saat olahraga intensif. Gejalanya dapat meliputi nyeri ringan hingga sedang, bengkak, atau rasa tidak nyaman saat menggerakkan kaki. Untuk memastikan kondisi ini, pemeriksaan radiografi menjadi metode utama yang digunakan.

Pemeriksaan radiografi proyeksi Genu Anteroposterior (AP) merupakan salah satu teknik dasar dalam evaluasi struktur lutut, termasuk mendeteksi adanya fissure pada patella. Pemeriksaan ini bertujuan memperoleh gambaran menyeluruh terhadap tulang-tulang penyusun sendi lutut, terutama pada permukaan anterior, lateral, dan medial patella, serta hubungan dengan femur dan tibia (Ballinger et al., 2005). Pemeriksaan radiografi membantu dokter dalam melihat garis fissure, perubahan densitas tulang, serta respons jaringan di sekitarnya terhadap cedera tersebut..

Dalam artikel ini akan dibahas mengenai prosedur pemeriksaan radiografi genu AP dengan indikasi adanya fissure akibat benturan saat terjatuh. Prosedur yang dibahas meliputi prosedur sebelum dilakukan pemeriksaan, saat pemeriksaan, dan sesudah pemeriksaan, termasuk aspek proteksi radiasi maupun radiofotografi. Sebelum pemeriksaan dilakukan, penting untuk mempersiapkan alat dan ruangan secara menyeluruh. Radiografer harus memastikan bahwa sistem Computed Radiography (CR), termasuk CR Reader dan Imaging Plate (IP), dalam keadaan siap digunakan. Ukuran IP yang biasa digunakan untuk pemeriksaan lutut adalah 24 x 30 cm. Ruangan radiografi sebaiknya dijaga pada suhu di bawah 25C untuk menjaga kinerja alat dan kualitas citra. Data pasien seperti nama, tanggal lahir, dan jenis kelamin harus dimasukkan dengan benar ke dalam sistem untuk menghindari kesalahan identifikasi.

Saat pemeriksaan, lakukan pemosisian pasien, pengaturan faktor eksposi, serta pemosisian objek yang dimana hal ini sangat diperlukan untuk memperoleh hasil citra dengan detail yang jelas. Pasien diminta berbaring telentang (Supine) di atas meja pemeriksaan dengan kaki dalam posisi lurus (ekstensi penuh), dan lutut tidak boleh mengalami rotasi. Posisi tabung sinar-X diatur tegak lurus terhadap Image Receptor (IR), dengan Central Ray (CR) diarahkan ke bagian tengah lutut atau tepat di bawah patella. SID diatur pada 100 cm. Kolimasi harus mencakup seluruh struktur lutut serta jaringan lunak sekitarnya untuk menghasilkan citra yang menyeluruh tanpa overexposure (Bontrager & Lampignano, 2020). Faktor eksposi yang digunakan dalam pemeriksaan ini disesuaikan dengan ukuran tubuh pasien atau jenis CR yang digunakan untuk memberikan kualitas citra yang optimal.  Faktor eksposi yang kami gunakan yaitu 68 kVp, 320 mA, dan 5 mAs, yang umumnya cukup untuk menghasilkan citra yang kontras dan tajam. Citra yang baik harus dapat menunjukkan kontur patella, permukaan sendi, serta kemungkinan adanya garis fissure yang tipis pada struktur tulang (Bushong, 2017).

Setelah proses eksposi selesai, sebelum memproses citra, langkah pertama adalah memasukkan data identitas pasien ke dalam CR Workstation. Informasi yang perlu diinput meliputi nama pasien, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, dan jenis pemeriksaan. Setelah identitas pasien dimasukkan, Imaging Plate (IP) dimasukkan ke dalam CR Reader. CR Reader akan memindai IP (Imaging Plate) menggunakan sinar laser untuk membaca citra laten yang tersimpan. Proses ini mengubah energi yang tersimpan dalam IP menjadi cahaya, yang kemudian dikonversi menjadi sinyal digital untuk menghasilkan citra digital. Setelah pemindaian selesai, citra digital akan muncul pada layar CR Workstation. Radiografer dapat meninjau citra tersebut untuk memastikan kualitas dan kejelasan gambar. Jika diperlukan, radiografer dapat melakukan penyesuaian seperti melakukan cropping pada bagian citra untuk fokus pada area yang diperiksa, lalu dapat melakukan penyesuaian kontras dan kecerahan agar mendapat hasil citra yang baik, dan dapat menambahkan anotasi atau penanda untuk hasil citra. Setelah semua penyesuaian selesai, lalu klik tombol "Complete" pada CR Workstation untuk menyelesaikan proses. CR Reader akan secara otomatis menghapus citra dari IP dan mengembalikannya ke kondisi semula dan siap untuk digunakan kembali. Kemudian, keluarkan IP dari CR Reader.

Setelah citra digital berhasil diperoleh, tahap penting selanjutnya adalah melakukan evaluasi hasil citra. Evaluasi citra mencakup pemeriksaan terhadap kontras, densitas, ketajaman gambar, dan adanya artefak yang dapat mengganggu interpretasi. Pada proyeksi Genu AP, struktur anatomi yang harus tampak jelas antara lain tulang femur distal, patella, celah sendi lutut, tibia proksimal, serta jaringan lunak sekitarnya. Patella harus tampak berada di tengah-tengah femur tanpa adanya rotasi, dan celah sendi harus tampak terbuka. Apabila garis fissure memang ada, maka akan tampak sebagai garis radiolusen tipis yang melintang atau memanjang pada tubuh patella. Evaluasi ini juga membantu radiografer dalam menentukan apakah perlu dilakukan proyeksi tambahan seperti lateral atau skyline view, terutama bila hasil proyeksi AP tidak cukup informatif (Bontrager & Lampignano, 2020).

Aspek proteksi radiasi merupakan bagian penting yang tidak boleh diabaikan dalam setiap prosedur radiografi, termasuk pemeriksaan Genu AP. Meskipun dosis radiasi pada pemeriksaan ekstremitas relatif rendah, penerapan prinsip proteksi tetap harus dilakukan secara maksimal untuk melindungi pasien dan petugas. Prinsip dasar yang digunakan adalah ALARA (As Low As Reasonably Achievable), yaitu memastikan paparan radiasi serendah mungkin tanpa mengurangi kualitas diagnostik citra (Bushong, 2017). Beberapa langkah yang dapat diterapkan meliputi penggunaan pelindung radiasi seperti apron timbal pada area tubuh yang tidak diperiksa, terutama untuk melindungi organ sensitif seperti gonad dan tiroid, meskipun area ini tidak langsung terkena sinar utama. Selain itu, kolimasi harus disesuaikan hanya pada area lutut yang diperiksa untuk menghindari penyinaran area yang tidak perlu. Penggunaan faktor eksposi yang sesuai berdasarkan ukuran tubuh pasien juga berperan dalam menekan dosis radiasi yang diterima. Bagi pasien anak-anak dan wanita usia subur, perhatian ekstra perlu diberikan karena mereka termasuk kelompok yang lebih sensitif terhadap radiasi. Petugas radiografi juga harus memastikan berada di balik pelindung atau menggunakan dosimeter pribadi saat melakukan eksposi untuk memantau paparan kumulatif yang diterima selama bekerja (Bontrager & Lampignano, 2020).

Dengan penerapan teknik yang tepat dan evaluasi yang cermat, pemeriksaan radiografi Genu AP dapat menjadi alat yang sangat berguna dalam mendeteksi dan memantau fissure pada patella. Pemeriksaan ini memberikan gambaran visual yang membantu tenaga medis dalam menentukan diagnosis dan rencana penanganan, seperti istirahat total, penggunaan alat bantu jalan, atau tindakan ortopedi bila diperlukan.

Referensi:

Ballinger, P. W., Frank, E. D., & Merrill, A. C. (2005). Merrill's Atlas of Radiographic Positioning and Procedures (10th ed.). Mosby.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun