Mohon tunggu...
Muhammad Rafif
Muhammad Rafif Mohon Tunggu... Novelis - Mahasiswa

Selama belum masuk ke liang lahat, selama itu pula kewajiban menulis harus ditunaikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tak Semua Tontonan yang Viral Itu, Baik Untuk Dikonsumsi!

4 Maret 2023   17:05 Diperbarui: 4 Maret 2023   17:49 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: PIxabay via Canva

Akhir pekan pun tiba. Dan seperti biasanya, Dinda adik dari Rifqy yang masih berusia 17 tahun diperbolehkan untuk bermain gadget. Ia memang hanya diizinkan oleh orang tua nya untuk menggunakan gadget yang super canggih itu pada hari sabtu dan minggu saja. Di hari sekolah, ia 'diharamkan' untuk menyentuh gadget itu. 

Kembali ke inti cerita, pada hari libur, Dinda yang sudah canggih sejak usia dini memaksimalkan waktu bermain gadget nya untuk men-scroll kontek tiktok yang sedang FYP. Selain itu, ia juga aktif untuk mengupload kontennya ke tiktok; entah itu video ketika ia sedang bermain game ataupun mengupload konten ketika ia sedang 'menari' dengan diiringi oleh backsound yang memang sedang booming.

Saking terbebasnya ia bermain gadget di waktu libur nya itu, ia sampai lupa akan segala hal. Jangankan beribadah, makan pun seringkali terlambat. Demi kontennya viral dan ditonton banyak orang, ia rela menghabiskan waktunya untuk membuat konten, terutama konten 'menari' nya itu. Di dalam impiannya, tentunya ia sangat kepengen sekali, suatu waktu kontennya bisa ditonton oleh puluhan ribu orang. Menjadi Viral. Dinda pun sebenarnya tau, agar menjadi viral di Tiktok, ia harus mengupload sesuatu yang kebanyakan orang pasti menontonnya. Dan hal itulah yang terus di upload oleh Dinda ke dalam konten tiktok nya. 

Viralitas, sebuah fenomena yang ingin dimiliki dan diikuti oleh sebagian besar manusia. Rasa-rasanya ketika kita melihat kondisi pada hari ini, tentu viral menjadi barang yang selalu direbut oleh sebagian besar dari kita. Seolah-olah, ketika kita tidak viral, kita tidak eksis sebagai manusia. Pada hari ini, sebagian besar dari kita rela menghabiskan waktu, mengikuti dan membuat konten seperti konten yang sedang viral, agar kita ikutan viral juga. Agar, orang-orang banyak yang melihat video yang kita upload. Tak peduli isi konten itu membawa kebaikan dan kebermanfaatan untuk orang lain atau tidak. Sebab, untuk menjadi viral itu tidak mengenal baik dan buruk.

Ketika kita melihat isi media sosial hari ini, tentu yang menempati konten yang viral itu bukan konten soal menambah pengetahuan kita; tetapi konten yang malah makin memperburuk kualitas kehidupan kita. Hal ini fakta dan benar adanya. Dan, hal ini tentu sangat menyedihkan. Ketika kita bandingkan antara akun yang menampilkan konten joget dengan konten yang edukatif, jelas sekali konten jogetlah yang lebih banyak penontonnya.

Begitulah peradaban tontonan kita sekarang. Kita lebih tertarik untuk menjadi bagian yang viral itu, walaupun yang viral itu merupakan hal yang tidak baik. Dan terkadang, waktu senggang kita yang setidaknya bisa kita manfaatkan untuk menonton hal yang menambah wawasan kita, malah kita lebih tertarik untuk menonton hal-hal yang tiada gunanya bagi diri kita. Padahal, kalau kita pikirkan, konten yang kebanyakan viral itu, lebih banyak mengacaukan pikiran kita; daripada menyehatkan pikiran.

Pada kenyataannya, kita telah tertipu oleh sesuatu yang viral itu. Konten yang viral sekarang, kebanyakan adalah konten hiburan dan video gosip yang membuat kita menjadi terlena. Sebenarnya konten-konten semacam itu tak sepantasnya dikonsumsi oleh kita, apalagi secara berlebihan. Tetapi ada yang menolerir, tidak apa-apa ketika dikonsumsi sedikit saja. Namun pada realitanya, ketika kita sudah memutar video di Instagram ataupun tiktok, sering kali kita suka kebablasan. Pada awalnya, kita bilang ke diri sendiri, "istirahatin pikiran dulu ahh, sambil buka medsos 15 menit, habis itu kita balik lagi untuk ngerjain skripsi". Nyata-nyata nya, kita tidak menepati apa yang kita ucapkan tadi. Ketika kita sudah memegang HP, sering kali kita langsung terhipnotis dalam waktu berjam-jam untuk menonton hal-hal yang viral. Dan kebanyakan dari kita masih saja tidak sadar, bahwa tak selamanya yang viral itu baik untuk kita konsumsi

Kita sering melihat berita yang sedang viral di media sosial; dan perlu ditekankan disini, berita yang kita tonton belum tentu benar. Malah, terkadang berita hoaks itu ternyata lebih cepat viralnya. Bahkan, ada juga bentuk berita yang sengaja diviralkan untuk membenturkan antar masyarakat. Disinilah, kita perlu mempertajam pikiran kita dengan literasi-literasi yang kita baca, agar kita bisa membedakan mana berita yang benar-benar fakta, dan mana yang berita hoaks. Pada zaman sekarang, begitulah gambaran yang terjadi, apa yang lagi viral sekarang, langsung diikuti dan dipercaya oleh sebagian besar dari kita. Bahkan, terkadang kita pun turut ikut membagikan berita viral itu tanpa mengecek apakah berita itu hoaks atau tidak.

Begitulah keadaan hari ini, yang viral di tiktok dan di Instagram adalah hal-hal remeh temeh yang kebanyakan tidak ada manfaatnya. Kita pun juga sudah lihat, televisi kita hari ini lebih sering menampilkan tontonan yang banyak menimbulkan sensasi daripada prestasi. Ketika kita bertanya pada anak kecil, siapa selebgram ini; siapa youtuber ini; siapa penyanyi ini, kebanyakan anak kecil pasti mengetahuinya. Tetapi, ketika kita bertanya pada anak kecil, siapa nama pahlawan ini; siapa nama pengarang lagu nasional itu, sedikit dari mereka yang mengetahuinya.

Kualitas kehidupan kita sedikit banyaknya ditentukan oleh kualitas tontonan kita; atau bisa juga dilihat dari isi beranda tiktok dan Instagram kita. Ketika kehidupan kita ingin menjadi berkualitas, kita tentunya harus menonton video yang berefek baik untuk diri kita. Ketika kita menonton video seseorang yang memberikan ilmu pengetahuan, tentunya hal itu akan menyehatkan pikiran kita. Berbanding terbalik, ketika yang kita tonton adalah konten joget atau berita gosip terus-terusan, tentu tak khayal, pikiran kita akan terkontaminasi dengan hal itu. Maka dari itu, kita perlu hati-hati dalam memilih tontonan, sebab dari tontonan lah perilaku dan karakter kita akan terbentuk.

Pada akhirnya, kitalah yang tau diri kita. Kitalah yang bisa mengontrol diri kita dari tontonan yang tersebar tak terbatas di media sosial, sehingga kita bisa tau mana tontonan yang bisa menjadi asupan nutrisi untuk akal kita. Kita tak perlu menjadi bagian dari yang viral. Karena ketika kita melihat konten atau video yang ada di media sosial hari ini, kebanyakan yang viral adalah konten yang tak bisa kita ambil manfaatnya. Bisa dibilang fenomena itu sebagai kuantitas yang mengorbankan kualitas. Banyak yang mengikuti, namun belum tentu isinya berkualitas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun