Mohon tunggu...
Muhammad Nashruloh
Muhammad Nashruloh Mohon Tunggu... Lainnya - aku tidak memiliki cukup banyak pengalaman yang menyenangkan. jalan cerita hidupku dan dunia ini tidak sesuai keinginanku. aku sedang menunggu teknologi yang bisa membuatku immortal.

Pernah belajar filsafat di Fakultas Filsafat UGM

Selanjutnya

Tutup

Film

Review Portrait Of a Lady On Fire (2019): Sampai Sekarang Pun Selangkangan Masih Disumbat

9 Maret 2021   21:24 Diperbarui: 9 Maret 2021   21:47 1074
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sefinsizetavsiyesi.com

Selamat datang didunia Celine Sciamma. Sebuah dunia dimana kesetaraan dipandang sebagai suatu hal yang menyenangkan, persis sama dengan yang dikatakan Heloise kepada Marianne. 

Portrait Of a Lady On Fire (2019) adalah film kesekian dari sang sutradara Celine Sciamma yang mengangkat bagaimana kehidupan manusia berjalan diatas sistem yang patriarkal dari sudut pandang gender perempuan -- meskipun kali ini konfrontasi Celine terhadapnya tidak dipertontonkan secara gamblang. Celine menyelipkan konfrontasinya melalui pandangan dua tokoh utama yang diutarakan lewat dialog implisit dan beberapa adegan.

Film dibuka dengan scene dimana Marianne sedang meminta murid-muridnya -- yang semuanya perempuan -- untuk melukis potret dirinya. Lalu fokus Marianne beralih ke sebuah lukisan yang berada terpajang di belakang murid-muridnya. Sontak Marianne bertanya, "siapa gerangan yang memajangnya disitu, seharusnya lukisan itu ada digudang". Salah satu muridnya mengaku dan dengan sedikit raut wajah takut ia ajukan pertanyaan kepada Marianne, "siapa yang melukisnya?". "Aku sendiri" jawab Marianne. "Apa judulnya?" tanya si murid. "Portrait of a Lady On Fire". Flashback.

Film yang berlatar waktu akhir abad 18 (mendekati waktu meledaknya Revolusi Perancis) ini berkisah tentang seorang pelukis perempuan bernama Marianne yang perankan oleh Nomie Merlant. Suatu waktu, Marianne mendapat job untuk melukis potret seorang perempuan dari kalangan bangsawan yang tinggal di pulau Brittany. Heloise namanya diperankan oleh Adle Haenel. Ibundanya memintanya menikah dengan seseorang dari kalangan bangsawan Milan. Heloise hanyalah pengganti dari saudarinya yang menurut ibunda Heloise lebih memilih mati dibandingkan menikah. Latar belakang cerita yang tragis sedari awal, namun sayang kurang mengena dalam penyampaiannya mungkin karena bukan fokus utama dari film ini.

Marianne dan Heloise pergi ke sebuah festival desa setempat untuk menemani Sophie (pembantu keluarga Heloise yg tengah hamil dan tidak diceritakan siapa pasangannya). Festival yang ramai dengan api unggun menyala ditengah. Marianne dan Heloise berseberangan. Cahaya dari api unggun membantu keduanya bertatapan satu sama lain. Pengunjung festival bernyanyi diiringi alunan tangan yang ditepuk-tepuk, "fugere non possum...". Lirik dalam bahasa latin yang berarti "saya tidak bisa melarikan diri". Gestur mata yang semakin berbeda. Heloise sampai tidak sadar gaun yang dikenakannya terbakar bagian bawahnya. Ia masih tetap menatap Marianne begitupun sebaliknya. Scene berikutnya pada suatu siang Marianne dan Heloise menuruni tebing pinggir pantai. Sesampainya dibawah Marianne mendekati Heloise. Keduanya saling menatap mata lalu turun ke bibir. Mereka berciuman untuk pertama kalinya. Mereka tidak bisa lari dari perasaan. Kisah cinta yang tidak disajikan secara dramatis juga tidak sentimentil. Mengalir mengikuti apa yang dirasakan.

Menariknya, Celine Sciamma selaku penulis dan sutradara tidak memaksakan secara ideologis bagaimana kelanjutan hubungan Marianne dan Heloise. Celine seperti ingin berkata, "biarkan Marianne dan Heloise menikmati cerita cintanya". Karena pada akhirnya seperti kisah Orpheus dan Eurydice yang berpisah begitupun Marianne dan Heloise harus berakhir. Bedanya Orpheus pernah memiliki kesempatan untuk membawa kembali Eurydice. Juga Orpheus dan Eurydice merupakan pasangan heteroseksual. Sedangkan, Marianne dan Heloise merupakan pasangan homoseksual. Celine Sciamma "menerima" kenyataan bahwa Marianne dan Heloise meski dalam film tetap tidak bisa bersama karena begitulah dunia berjalan pada masa itu. Peran dan tatanan sosial yang berlaku belum memberi ruang kepada perbedaan orientasi seksual. Ini yang patut dipuji untuk Celine Sciamma.

Bagaimana peran laki-laki? Praktis, laki-laki adalah sistem yang mengekang kebebasan Marianne dan Heloise itu sendiri. Dengan menikah maka Heloise harus menerima struktur yang hirarkis dalam rumahnya. Ada beberapa momen misalnya saat Heloise menanyakan kepada Marianne apakah dirinya pernah melukis laki-laki telanjang. Marianne menjawab bahwa pelukis perempuan dilarang mempelajari anatomi laki-laki tapi tidak sebaliknya. Padahal mempelajarinya menjadi pondasi dalam melukis laki-laki telanjang. Ketakutan yang bersembunyi dalam kedok kepantasan. Sistem patriarkal memang sistem yang hipokrit. Celine dalam film ini menggunakan laki-laki hanya sebagai figuran yang lalu-lalang. Bahkan di dalam keluarga Heloise dan Marianne ayah hanya dijadikan sebagai sosok.

Portrait Of Lady On Fire adalah film yang meski bergenre drama romantis disajikan dengan dialog yang tidak cerewet. Lalu, tidak ada scoring soundtrack sepanjang film dan juga menggunakan latar tempat dan aktor yang tidak banyak. Gerak kamera dan sudut pandangnya sangat membantu penonton untuk menikmati film dan membaca alur cerita. Celine Sciamma memasukkan unsur simbolik lukisan dan lagu dengan sangat apik. Lagu fugere non possum menyadarkan Marianne dan Heloise. Dan Lukisan adalah wadah merekam wujud manusia pada momen-momen tertentu. Film yang sangat elegan. Dan tentunya, masih banyak yang bisa didiskusikan dan dituliskan dari Portrait Of Lady On Fire (2019). Tapi yang jelas akan selalu menjadi pertanyaan apakah memandang sama dan Memaklumi perbedaan itu selalu sulit bagi manusia?

Mercy and so long Marianne-Heloise

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun