Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Sekolah Impianku yang Nyeleneh!

8 Maret 2021   08:06 Diperbarui: 8 Maret 2021   08:15 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sekolah rintisanku tidak akan menjanjikan ijazah atau gelar | Ilustrasi oleh Mijung Park via Pixabay

Ya, kamu benar, kami belajar dari orang-orang yang tanpa gelar. Mereka bahkan bukan seorang guru yang serba tahu tentang cara memberikan pembelajaran. Mereka tak punya kurikulum atau aturan yang mengikat kami. Mereka tak mengadakan ulangan atau ujian seperti yang lazim dilakukan.

Tapi itulah keunikan dari eksistensi sekolah ini. Kami akan belajar dari para sukarelawan. Karenanya mereka mengajarkan dengan hati, tanpa menuntut gaji. Mereka memberi kami peluang tanpa berharap datangnya uang.

Mereka akan menjadi pahlawan tanpa topeng. Mereka tampil sebagaimana mereka adanya, tanpa melebih-lebihkan apa pun. Mereka tidak berusaha untuk tampak menjadi seperti seorang ahli, mereka hanya tampil apa adanya. Mereka tidak menggurui, mereka berdiskusi. Dan yang terpenting, mereka bukan sekadar mentransfer ilmu, tapi juga menerapkan adab.

Sekolah rintisanku ini akan menjadikan semesta sebagai ruang belajar. Mungkin jika ada seorang dermawan yang kaya raya hendak meminjamkan ruangan kelas, kami ingin meminjam sedikit ruangan itu untuk berlindung dari keringat matahari.

Tapi aku ragu, jadi kami sudah berencana untuk berteduh di sebuah pohon tabebuya yang rindang. Betapa baiknya alam sudah menyiapkan itu untuk kami dengan sukarela.

Murid-murid di sekolahku ini bisa belajar kapan saja mereka mau. Kamu tahu mengapa? Sebab bagi para pelajar sejati, waktu luang adalah waktu untuk belajar. Dan hanya oleh merekalah sekolah ini akan menampilkan identitasnya.

Mudah untuk dimaklumi kalau sekolah ini tidak akan dikenal banyak orang. Jika kamu ingin berkunjung ke sekolah ini menggunakan taksi, sopir taksi itu akan spontan bertanya tanpa ragu, "Di mana tempat yang Anda maksud, Tuan?"

Itu karena kami tak (akan) punya lokasi yang pasti. Sekolahku yang nyeleneh ini akan sangat sulit untuk dimengerti oleh banyak orang. Mereka akan menganggap kami seperti butiran debu di udara lepas; tak tampak di mata, padahal kami ada di sekitar mereka.

Sekolah ini tak punya gedung, bukan karena tak mampu beli atau sewa gedung, tapi terutama karena memang tak terlalu butuh punya gedung. Dan jika kami mencari kucuran dana dari sponsor atau orang-orang berkoper, mereka hanya akan menertawakan kami, mungkin beriringan dengan sebuah tamparan konyol.

Tapi, sekolah inilah yang murid-muridnya boleh dan bisa belajar kapan dan di mana saja, serta menerima murid pada usia berapa saja. Dengan falsafah "punya ilmu dan amalkan", orang-orang akan sulit untuk memahami sekolah kami karena sangat berbeda dengan apa yang mereka pikirkan.

Kami bahkan tak punya upacara-upacara yang bisa dipersembahkan. Namun, begitulah kami adanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun