Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Ketika Kesuksesan Mendatangkan Bencana

26 Januari 2021   08:44 Diperbarui: 27 Januari 2021   00:16 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesuksesan bisa menjadi langkah pertama menuju bencana | Ilustrasi oleh Free-Photos via Pixabay

Industri media sering menyuguhkan berita pada kita perihal para selebriti yang "membongkar" isi rumahnya, mobilnya, bahkan dirinya. Kita menyaksikan hal-hal itu dengan seksama, tak sadar itu juga membawa bencana. Rasa iri; bagaimana menghindarinya?

Hal yang sungguh disayangkan, adalah ketika berita-berita semacam itu muncul sebagian. Maksud saya, mereka tidak menayangkan bagaimana beratnya langkah untuk bisa mencapai ke sana. Seakan-akan kita diperlihatkan kesuksesan yang instan, sesuatu yang tiba-tiba jatuh dari langit.

Kita semua ingin sukses. Bayangan kita tentangnya adalah kebahagiaan. Namun, kesuksesan sering kali merupakan langkah pertama menuju bencana. Ia juga menciptakan varian baru dari masalah-masalah yang mungkin tak pernah kita duga.

Seorang teman telah sukses berbisnis di usia muda. Saya tidak tahu pasti, barangkali umurnya sekitar 18 tahun. Ia juga merupakan seorang selebgram. Parasnya banyak dipuji, sampai-sampai kesabarannya harus diuji menghadapi para buaya yang sedikit keji.

Baginya, ketenaran bukan lagi hal sulit untuk didapatkan, dan bahkan uang sudah tidak lagi meresahkan.

Ia berada di depan layar ponsel sepanjang waktu terjaga, karena dari situlah datangnya kesuksesan. Saya pikir kehidupannya cukup bahagia. Apalagi di kala seorang pengemis lewat depan rumahnya, seketika saya bisa membandingkan kebahagiaan di antara keduanya.

Suatu ketika, ia menghubungi saya untuk berkunjung ke rumahnya. Saya bilang "tidak", ia saja yang mendatangi saya. Dan ia benar-benar datang; saya merasa seperti menjadi manajernya.

Baru saja tiba dan duduk, ia bercerita banyak tentang masalahnya. Kesuksesan malah menjadi kesengsaraan, katanya. Ataukah ini datang terlalu cepat? Saya menggelengkan kepala. Saya berkata dengan yakin, semua orang sukses merasakan masalah ini.

Realitas telah menamparnya dengan masalah-masalah baru! Ada tekanan dan rasa sakit yang tak pernah dibayangkannya. Pikiran selalu terbayang-bayang kejahatan. Karakter orang-orang di sekitar telah berubah. Hati bersikukuh ingin diperlakukan spesial, bahkan kritik sosial menusuk dari segala arah.

Teman saya itu telah mencapai apa yang diidam-idamkan banyak orang di usia 18 tahun. Dan itu juga yang menghancurkannya!

Rasa sakit, penderitaan, atau frustasi hanyalah bagian dari kehidupan. Kita percaya bahwa kesuksesan bisa mendatangkan kebahagiaan. Dan itu benar, tapi sangat rapuh dan singkat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun