Dulu, sewaktu Kiai Chudlori masih mondok di Tambakberas, beliau menjadi ketua keamanan pondok dengan Kiai Sholeh. Suatu ketika, keduanya menangani kasus santri yang melanggar aturan pondok. Karena santri tersebut sangat bandel, akhirnya santri tersebut dikaplok. Ternyata kasus tersebut berbntut panjang, sebab santri tersebut anak dari seorang angkatan, akhirnya kasus ini diperkarakan.
 Walhasil Kiai Chudlori menjadi tameng keamanan pondok dan ditahan polisi atas aduan kasus tersebut. Walaupun akhirnya kurang dari lima belas hari, Kiai Chudlori di kantor polisi, sampai akhirnya dibebaskan oleh pihak pondok. Namun, pengalaman ditahan di kantor polisi tersebut membuat Kiai Chudlori menyimpan trauma. Gus Dur yang cerdik dan agak usil suatu saat memanfaatkan rasa trauma Kiai Chudlori kepada polisi tersebut. Suatu ketika pada saat senggang, para santri Bahrul Ulum bareng-bareng memasak nasi. Saat masakan (nasi, sambel & lauk) sudah siap untuk dihidangkan dan diletakkan di nampan, dan para santri mulai berkerumun. Kiai Chudlori juga sudah siap-siap ikut menyantap, tiba-tiba dari kamar pondok, Gus Dur berteriak dengan keras, "Polisi.... Refleks traumatiknya waktu itu masih ada. Akhirnya, makanan hasil masakannya disantap Gus Dur dan teman-temannya. Tentu Kiai Chudlori setelah sadar diperdaya oleh Gus Dur, hanya bisa tersenyum kecut karena tidak jadi menyantap nasi hasil masakannya.