Mohon tunggu...
Hasan Izzurrahman
Hasan Izzurrahman Mohon Tunggu... Penulis - Diam Bersuara

Peneliti multidisiplin. Mengkhususkan diri dalam ilmu politik, hubungan internasional, kebijakan luar negeri, dan hak asasi manusia. Kontak saya di hasanizzul@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Dalam Dekapan Konflik Rusia-Ukraina, Israel Menggalau

5 Maret 2022   08:00 Diperbarui: 5 Maret 2022   21:24 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perdana Menteri Israel Naftali Bennett - Abir Sultan Pool/Pool via REUTERS

Ketika Ukraina meminta negara-negara di dunia untuk mendukungnya melawan invasi Rusia, Israel membuktikan bahwa beberapa kebiasaan adiktif tidak mungkin dihindari.

Selama dekade terakhir ini, Israel terus merayu Rusia, memupuk hubungan supaya lebih intim sambil mempertahankan aliansi strategisnya dengan 'kekasihnya', Amerika Serikat.

Namun, dalam krisis dunia saat ini, Israel menemukan dirinya terjepit di antara kepentingan dan sikap global yang kontradiktif. Israel bergejolak untuk membuat pilihan yang jelas.

Dalam upaya menghindari dua jurang, Israel telah mencoba menggambarkan dirinya sebagai perantara yang jujur antara Moskow dan Kyiev, mengklaim memiliki kepentingan khusus nan unik.

Perdana Menteri Israel Naftali Bennett, selama akhir pekan, telah menelpon mitranya masing-masing dari Ukraina maupun Rusia, Volodymyr Zelensky dan Vladimir Putin. 

Lucunya, mengutip dari Yossi Melman, jurnalis Timur Tengah, yang mana menurutnya semua itu hanya sandiwara.  Bennet tahu betul bahwa dirinya tidak perlu menjadi perantara, karena Putin tidak tertarik pada solusi untuk mengakhiri perang.

Bagi Putin, hanya penyerahan penuh Ukraina dengan segala isinya yang akan memuaskan dirinya. 

Tidak sedikit dari para diplomat dan otoritas Israel ketakutan kalau negaranya bergabung Amerika Serikat dengan sekutunya dalam mengutuk invasi Rusia dan mengikuti untuk menjatuhkan sanksi terhadap oligarki, perusahaan, dan bank Rusia.

Kenapa? karena mereka yakin bahwa hal itu akan menimbulkan kemarahan bagi Putin di Suriah dan sekitarnya.

Sejak Rusia melakukan intervensi di Suriah pada 2015 untuk menyelamatkan pemerintah Bashar al-Assad, Moskow telah memainkan permainan ganda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun