Mohon tunggu...
muhammad fauzannoor
muhammad fauzannoor Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

Hamba Allah yang fakir

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Depresi Pembelajaran Daring

26 Desember 2020   19:57 Diperbarui: 26 Desember 2020   20:01 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

 Pandemik virus corona selama sekitar sembilan bulan ini telah memaksa dunia pendidikan untuk menjalani pembelajaran daring. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim, menilai pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau belajar secara daring menimbulkan dampak negatif pada anak.

"Semakin lama tidak terjadi pembelajaran tatap muka, semakin besar dampak pada anak," kata Nadiem dalam Rakornas Pembukaan Sekolah pada Masa Pandemi COVID-19 KPAI secara daring, Senin (30/11/2020).

Salah satu dampak negatif pembelajaran daring pada siswa adalah meningkatnya gangguan kesehatan mental yang berkaitan dengan kondisi kejiwaan,yang kita kenal dengan depresi.

Depresi adalah gangguan kesehatan mental yang berkaitan dengan kondisi kejiwaan. Depresi dapat dialami oleh siapa saja, baik perempuan atau pun pria, di usia muda atau pun lansia.Badan Kesehatan Dunia (WHO) secara khusus mendefinisikan depresi sebagai gangguan serius pada suasana hati yang ditandai dengan munculnya gejala penurunan suasana hati (mood), seperti: kehilangan minat terhadap sesuatu, memiliki perasaan bersalah berlebih, gangguan tidur, gangguan nafsu makan (bisa menjadi hilang nafsu makan atau justru semakin meningkat), kehilangan energi, dan penurunan konsentrasi.

Seseorang yang mengalami depresi, dapat mengalami masalah dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Bahkan tak jarang mereka merasa bahwa hidup sudah tidak ada gunanya lagi. Meski demikian, seseorang yang mengalami depresi bukan berarti sosok yang lemah. Sebab depresi merupakan suatu penyakit yang dapat disembuhkan.

Jika dibiarkan, depresi dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Misalnya gangguan kecemasan, gangguan panik atau fobia sosial. Orang yang menderita depresi cenderung terkucil secara sosial sehingga timbul keinginan untuk bunuh diri. Selain itu, mereka juga rentan menyakiti tubuhnya sendiri. Misalnya memotong anggota tubuh tertentu.

Depresi dapat bertambah buruk bila tidak diobati. Depresi yang tidak diobati dapat mengakibatkan masalah emosional, perilaku, dan masalah kesehatan yang dapat memengaruhi setiap segi kehidupan Anda, bahkan berujung pada kematian.

Tindakan-tindakan negatif pun dapat dilakukan oleh seseorang yang depresi, salah satunya bunuh diri.                                                                                     Dilansir dari KOMPAS.com- Diduga lantaran beban tugas daring dari sekolahnya, seorang siswi SMA di Gowa, Sulawesi Selatan berinisial MI (16) nekat bunuh diri dengan meminum racun, Sabtu (17/10/2020). "Koban bunuh diri akibat depresi dengan banyaknya tugas-tugas daring dari sekolahnya," tutur Kasat Reskrim Polres Gowa AKP Jufri Natsir Jufri menyebut, korban kerap bercerita pada teman-temannya perihal sulitnya akses internet di kampung. "Di mana korban sering mengeluh kepada rekan-rekan sekolahnya atas sulitnya akses internet di kediamannya yang menyebabkan tugas-tugas daringnya menumpuk," kata Kasat Reskrim.

Kita beralih ke Kalimantan,seorang siswa di salah satu SMP di Tarakan, Kalimantan Utara ditemukan tewas gantung diri di kamar mandi tempat tinggalnya di Kelurahan Sebengkok, Selasa sekitar 17.00 WITA.                                                                                            "Berdasarkan keterangan beberapa saksi, korban ini orangnya pendiam tapi pernah mengeluh karena banyak tugas dari sekolah," kata Kasat Reserse dan Kriminal (Reskrim) Polres Tarakan Iptu Muhammad Aldi di Tarakan, Selasa (27/10/2020).

Selain dampak negatif pembelajaran daring yang berpegaruh langsung pada mental dan kejiwaan anak,orang tua pun kadang juga terkena imbas nya. Dilansir  dari KOMPAS.com - Orangtua yang membunuh anak kandungnya di Larangan, Kota Tangerang, sempat mengaku bahwa anaknya hilang kepada para tetangga. Padahal, pasangan suami istri itu sudah menguburkan jasad anaknya yang berusia 8 tahun di Lebak Banten. Hal itu disampaikan Kepala Bidang Pemberdayaan dan Perlindungan Perempuan dan Anak (PPPA) Dinas Permberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Tangerang Irna Rudiana.                                                           "Jadi tanggal 28 Agustus, dia (pelaku) bilang anaknya hilang sampai tetangga ikut mencari sampai ke orang pintar," ujar Irna saat dihubungi Kompas.com, Rabu (16/9/2020). Alasan nya karna Anak Susah Belajar Online.

Dilansir dari SERAMBINEWS.COM - Seorang ibu berinisial LH (26) menganiaya anaknya sendiri yang berusia 8 tahun hingga tewas.                         Dikutip TribunJakarta.com dari Kompas.com, LH tega membunuh darah dagingnya lantaran korban sulit diajari belajar online.
"Dia merasa kesal, merasa anaknya ini susah diajarkan, susah dikasih tahu, sehingga kesal dan gelap mata," kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Lebak AKP David Adhi Kusuma, pada Senin (14/9/2020).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun