Mohon tunggu...
Muhammad Syahreza Samad
Muhammad Syahreza Samad Mohon Tunggu... Mahasiswa Magister Ilmu Hukum Universitas Pamulang

cogito ergo sum

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Ini Rahasia yang Disembunyikan Google dari Kita!

6 September 2025   14:21 Diperbarui: 6 September 2025   14:21 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita harus lebih kritis tidak hanya terhadap konten tetapi juga terhadap proses pencarian itu sendiri. Sebagai pembuat konten dan penulis , kita memiliki opsi : mengikuti aturan atau mengungkapkan kembali makna . Menulis tidak hanya untuk menjalani tren , tetapi juga sebagai bentuk arsip yang berarti . Menciptakan konten visual tidak hanya untuk mendapat "like", tetapi juga untuk meletakkan jejak dalam budaya . Di tengah banjir informasi , kita harus membangun ruang pencarian yang tidak hanya efektif , tetapi juga lembut . Karena pada akhirnya , apa yang kita carikan bukanlah sekadar jawaban , melainkan cara untuk tetap berfikir di tengah alur algoritma .Sayangnya semakin kita bergantung pada mesin pencari sehari-hari kita pun semakin kehilangan kebiasaan untuk bertanya secara mendalam pada diri sendiri dan orang lain di sekitar kita. Kita sudah terlalu terbiasakan dengan jawaban instan yang diberikan oleh teknologi ini tanpa menyadari bahwa pertanyaan yang benar-benar penting memerlukan waktu dan refleksi yang dalam. 

Meskipun algoritma dapat memberikan solusi secara cepat dan tepat berdasarkan polanya sendiri tapi ia tidak bisa merasakan keragu-raguan seperti manusia. Istilah-istilah perasaan seperti keresahan atau kebingungan tidak ada di kamus algoritma tersebut karena ia hanya mengerti logika dan polapola tertentu. Inilah akhirnya menjadi penyebab utama jarak emosional antara manusia dengan mesin semakin lebar dari waktu ke waktu."Setiap hari kita mengajukan pertanyaan kepada Google; mulai dari hal-hal sepele seperti "bagaimana cuaca hari ini" hingga pertanyaan eksistensial seperti "apa artinya hidup." Namun jarang sekali kita memikirkan bagaimana Google memberikan jawabannya bukan begitu?. Di balik layar sana terdapat algoritma yang tak henti-hentinya bekerja---mengatur ulang dan menyaring informasi yang kita terima itu semua . 

Mesin pencari ini jauh lebih dari sekadar alat bantu; ia telah menjadi panduan dalam cara berfikir kita . Sekarang bukan lagi mencari jawaban melainkan menerima apa yang ditampilkan padamu .Menurut Google sendiri penilaian kualitas kontennya didasarkan pada prinsip E-E-A-T yaitu Pengalaman (Experience), Keahlian (Expertise), Kewibawaan Penulis (Authoritativeness), dan Keandalan (Trustworthiness). Ini berarti kontennya yang ditulis oleh penulis yang dapat dipercaya dengan pengalaman dan insight baru akan lebih diutamakan oleh Google. Struktur tulisan yang terorganisir dengan baik dan paragraf singkat serta penggunaan subjudul juga akan membantu artikel tersebut agar lebih mudah diindeks oleh mesin pencari. Visual yang mendukung kontennya serta internal linking dan panggilan untuk interaksi juga merupakan hal penting untuk membuat kontennya tidak hanya dibaca tetapi juga diapresiasi secara lebih baik. Google bukan hanya sekadar mesin pencari; ia berfungsi sebagai penata makna juga. 

Dengan teknologi seperti RankBrain dan BERT yang dimilikinya, Google tidak hanya mencocokkan kata kunci semata, melainkan juga memahami situasi dan tujuan di balik setiap pencarian. RankBrain mempelajari kebiasaan pengguna sambil BERT merasakan aliran bahasa. Hasilnya terasa "pas" --- walau belum tentu benar. Konten yang paling banyak diklik dan dibagikan akan lebih mudah ditemukan di posisi atas, membentuk bias popularitas dalam prosedur pembelajaran Google. Halaman pertama hasil pencarian bukan selalu tempat bagi informasi yang paling akurat, melainkan untuk informasi yang paling sering dipandang oleh pengguna sebelumnya. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun