Mohon tunggu...
Muhammad David
Muhammad David Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Antropologi Universitas Airlangga

Saya merupakan pribadi yang suka mencoba hal baru

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Budaya Fanatisme Sepak Bola: Keterlibatan terhadap Keberlangsungan Hidup

29 November 2022   22:33 Diperbarui: 29 November 2022   22:38 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sepak bola sendiri sudah lama sekali masuk di kalangan masyarakat Indonesia. Sepak bola merupakan olahraga populer yang hampir digemari oleh seluruh lapisan masyarakat, baik dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga lansia. 

Tidak mengherankan atas kejadian tersebut karena sepak bola sendiri menghadirkan berbagai ajang kejuaraan, salah satunya World Cup yang diselenggarakan tiap 4 tahun sekali dan melibatkan hampir seluruh negara yang menjadi kontestan ajang tersebut dan membuat masyarakat berantusias terhadap ajang kejuaraan satu ini karena pada dasarnya sepak bola termasuk olahraga tontonan yang terkait erta dengan olahraga populer yang melibatkan sekelompok manusia dalam jumlah besar.

 Selain itu, olahraga sepak bola juga menghadirkan serangkaian keindahan dalam permainan sepak bola, tidak hanya permainan dasar, seperti dribble, heading, shooting, passing, melainkan dilengkapi dengan berbagai unsur gerakan yang menghadirkan apresiasi dari penonton, seperti gerakan putaran roullete yang memutarkan badan sembari membawa bola. Hal ini tidak mengherankan apabila pemain sepak bola kerap disebut seniman lapangan karena gerakan-gerakannya yang telah disebutkan di atas.

Olahraga sepak bola tidak akan pernah terlepas dari yang namanya supporter atau pendukung. Supporter sendiri memiliki peran yang cukup besar dalam keberlangsungan pertandingan sepak bola, tidak hanya menghadirkan unsur kemeriahan, melainkan juga menghadirkan suasana yang kompetitif, menghasilkan uji kreativitas dengan menggunakan berbagai koreografi melalui alat, seperti flare, banner, nyanyian atau chant, dsb. 

Kehadiran supporter juga sering dianggap sebagai pemain keduableas karena keberadaannya yang amat dibutuhkan oleh suatu klub untuk meningkatkan semangat dan menambah penghasilan klub dengan penjualan berbagai macam jenis barang, seperti tiket pertandingan, merchandise, jersey, dsb. Keberadaanya juga diperlukan sebagai pilar penting yang wajib ada agar suatu pertandingan sepak bola tidak terasa hambar dan kaya akan makna. 

Di negara-negara Eropa, supporter sepakbola sering dikaitkan dari kalangan menengah ke bawah dan sering kali dekat dengan unsur kebrutalan, seperti hooligan inggris dan tifosi di Italia. King (1997) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa media juga berperan membentuk citra supporter seperti itu.

Namun, dalam seiring perkembangannya, masalah yang sering dijumpai dalam supporter, yaitu unsur fanatisme dan antusiasme yang berlebihan dalam mendukung tim sepak bola. Fanatisme adalah dukungan tanpa kompromi. dan seringkali ekstrim dari sebuah kelompok, grup, atau partai yang bisa berawal dari sebuah ide atau opini (Vaneigem, 1978-1980, dalam Derbaix  dkk.,2014). . Kebiasaan perilaku fanatisme supporter tersebut akan menghasilkan tindakan-tindakan yang tidak menyenangkan serta rasa tidak nyaman terhadap para pemain sepak bola, pelatih, serta jajaran staff tim klub sepak bola. 

Lebih lanjut, tindakan fanatisme yang berlebihan ini makin diperparah jika klub kesayangannya yang didukung mengalami kekalahan, mereka akan melakukan hal-hal diluar batas, seperti merusak berbagai fasilitas stadion sepak bola yang berujung ricuh dan anarkis, menyampaikan pesan yang bersifat flaming, yaitu berupa pesan yang disampaikan di ruang siber dengan menggunakan bahasa kasar dan dapat memancing keributan dengan pengguna lain, bahkan bisa terjadi pertikaian antar kedua belah supporter jika ada salah satu hal yang bersinggungan dan berujung kepada kerusuhan.

Fenomena budaya fanatisme dalam olahraga sepak bola terhadap keseharian hidup masyarakat jika ditelitik lebih jauh bisa dianalisis menggunakan teori difusi budaya. Teori difusi budaya sendiri merupakan kebudayaan manusia yang berpangkal atau bersumber dari satu tempat tertentu yang pada waktu makhluk manusia baru saja muncul di permukaan bumi. Kemudian dari satu tempat tertentu tersebut muncul kebudayaan induk yang berkembang, menyebar, dan pecah ke dalam banyak kebudayaan baru karena pengaruh kondisi lingkungan dan waktu. 

Dari definisi tersebut jika dikaitkan dengan fenomena di atas dapat menghasilkan keterhubungan, yaitu permainan olahraga sepak bola yang bersumber dari negara Inggris sebagai negara induk sepak bola kemudian menyebar dan berpencar ke berbagai belahan hingga penjuru dunia. 

Dengan permainan yang dihadirkan sepak bola secara menarik dan mengunggah sportivitas pemainnya, olahraga tersebut secara cepat menyebar ke daerah Eropa Tengah hingga Amerika Selatan. Orang-orang Inggris yang banyak berpergian ke berbagai dunia dengan tujuan berdagang, seperti melakukan ekspor tembaga Chili, pupuk dari Peru, wol dari Argentina, dan lain sebagainya. Dari sana banyak Orang Inggris yang merantau dan sebagian besar berada di Amerika Selatan dan Argentina. Tujuan mereka merantau untuk berbisnis dan mereka mengeksploitasi sumber daya yang ada dan memberikan permainan sepak bola sebagai gantinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun