Mohon tunggu...
Muhammad Alfa
Muhammad Alfa Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya adalah seorang yang memiliki hobi berolahraga, bersepeda dan menulis berbagai hal yang berhubungan pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Berpikir Kritis dalam Menentukan Pilihan dan Menghindari Hoaks

14 Mei 2023   21:33 Diperbarui: 14 Mei 2023   21:45 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di era globalisasi saat ini yang dimana kita dengan mudah menerima informasi dengan sangat cepat perlu sekali untuk memiliki skill berpikir kritis agar kita tidak mudah terpengauh oleh berbagai berita hoax, budaya dan ideologi-ideologi lain yang menyimpang ideologi negara kita yaitu Pancasila. Oleh karena itu, skill berpikir kritis perlu diasah sejak sedini mungkin dengan memulai sederhana seperti dengan cara berusaha menyelesaikan berbagai persoalan di lingkungan kita sehari-hari.

Skill analytical thinking sangatlah penting bagi umat manusia dalam memecahkan setiap masalah yang dihadapinya. Selain dihadapkan untuk memecahkan setiap masalah, kita akan dihadapkan dengan segala narasi, isu-isu dan bahkan kemungkinan permasalahan yang bersifat abstrak. Keterampilan berpikir kritis merupakan salah satu keterampilan abad 21 yang harus dimiliki peserta didik sehingga peserta didik dapat mengambil suatu keputusan dengan penuh pertimbangan dan dilakukan secara mandiri dalam menghadapi suatu permasalahan terutama permasalahan dalam kehidupan nyata. 

Misalnya di lingkungan sekolah, kuliah dan tempat kerja kita pasti akan menemukan berbagai permasalahan dan pastinya kita harus benar-benar memikirkan bagaimana solusi untuk memecahkan tersebut dengan bjaksana dan penuh tanggung jawab. Selain itu, terkadang ada beberapa lingkungan yang tidak mendukung dalam meningkatkan skill berfikir kritis tersebut, misalnya ketika ada seseorang bertanya sekaligus mengkritisi tentang agama dan lingkungan tersebut yang menganggap bahwa buat apa kita mempertanyakan soal perintah-perintah yang ada di agama sedangkan sudah jelas bahwa di kitab suci ini melarang kita untuk berbuat sedemikian. 

Mereka menganggap bahwa dengan mendebatkan soal perintah-perintah agama maka mereka dianggap sebagai manusia yang tidak beriman atau tidak mengakui adanya keberadaan Tuhan Yang Maha Esa.

Lingkungan yang tidak mendukung untuk meningkatkan skill berfikir kritis tersebut, akhirnya mereka hanya sekedar patuh dan taat atas apa yang mereka diperintahkan. Dengan kejadian tersebut akhirnya kebanyakan orang tidak akan pernah mempertanyakan sehingga memiliki inherited opinion artinya kita mengetahui sesuatu hal itu hanya karena diberitahu oleh seseorang dan akhirnya mereka menyimpulkan sendiri tanpa tahu kebenarannya seperti apa. Ketika kita melakukan sesuatu itu harus jelas dan didasari oleh apa yang sekiranya tujuan atau rencana-rencana yang kita buat tercapai. 

Contohnya seperti itu tadi, ketika kita mengkritisi agama dengan menggali lebih dalam alasan-alasan setiap perintah dalam agama yang menyebutkan bahwa kita wajib melaksanakan sholat, dilarang berzina dan sebagainya. Kita akan lebih tau dan setiap perintah larangan yang disebutkan akan memperkuat keimanan dan ketaqwaan kita terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Berpikir kritis adalah proses pada setiap manusia dalam mengidentifikasi suatu masalah, meng-observasi, menganalisis, mengevaluasi, merefleksikan, menyimpulkan dan pengambilan keputusan atas pemikiran solusi kita tersebut. Lalu kenapa kita harus berpikir kritis? Menurut keterangan dari Kak Gita Safitri "yang pertama adalah kita harus mempunyai kebebasan dalam berpikir dan punya kepemilikan 100% atas keputusan yang telah kita ambil dengan bijak tersebut.

Karena dengan percaya atas keputusan yang kita ambil tersebut, kita akan lebih percaya diri dan tidak mudah tergoyahkan atas pemikiran-pemikiran orang lain yang berusaha sugesti pikiran kita. Kedua adalah percaya sepenuhnya terhadap opini dan pemikiran diri yang objektif karena kita sudah mencoba mereduksi bias yang kita miliki. Yang ketiga adalah menjadi lebih open minded karena kita lebih aware akan argumen atau ide lain yang bisa juga sama-sama valid. 

Menjadi open minded disini kita bukan hanya sekedar menyetujui segala hal mulai dari persepsi, pola pikir dan pendapat orang lain. Namun dari perbedaan tersebutlah yang akhirnya kita juga berusaha menolerir semua perbedaan tersebut dengan penuh kesadaran. Misalnya ketika kita saling berdiskusi atau mendebatkan persoalan agama islam dengan yang non muslim maka tidak akan menemukan kehebatan atau penyelesaian yang bersifat akurat. 

Namun dari situ kita bisa belajar bahwa dari kedua agama tersebut mereka saling mengajarkan untuk berbuat kebaikan namun berbeda dalam penyampaiannya. Kemudian yang keempat adalah kita akan lebih memahami nuance (meningkatkan functional literacy) dan yang terakhir adalah terhindar dari manipulasi media penipuan seperti Ponzi Scheme atau pyramid scheme, dan berita palsu."

Lalu bagaimana cara meningkatkan skill berfikir kritis? Caranya adalah (1). Dengan menganalisa faktor-faktor yang terlibat, (2). Mengidentifikasi argumen atau point-of-view lain berkaitan dengan isu tersebut, (3). Evaluasi argumen lagi untuk menentukan apakah valid atau tidak, (4). Memperhatikan efek dan implikasi dari argumen. Dengan mengetahui berbagai cara dalam meningkatkan skill berpikir kritis, dapat diharapkan seluruh para generasi muda bisa mengimplementasikannya dengan baik dan penuh tanggung jawab. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun