Mohon tunggu...
Admin
Admin Mohon Tunggu... Jurnalis - Read To Write

Menulislah

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Gali Spirit Kepemimpinan Sukarno untuk Nyatakan "Indonesia Punya Mau!"

11 Oktober 2021   23:46 Diperbarui: 12 Oktober 2021   00:02 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Muhamad Tonis Dzikrullah (Kader GMNI)

"Indonesia merdeka bukan dibawah sinar bulan purnama, melainkan di bawah genderang perang", kata Bung Karno.

Bung Karno merupakan sosok yang sangat jeli melihat perpolitikan dunia. Sampai-sampai kemerdekaan Indonesia pun di lihat dalam lanskap global. Ia bisa menyaksikan betul bagaimana suatu gerak kapital membawa dua kekuatan, yang mana jika kekuatan tersebut tidak dikendalikan akan berpotensi menjadikan kita kuli diantara bangsa-bangsa.

Mengapa Bung Karno bisa menyaksikan demikian? Banyak pendapat soal ini. Salah satunya, yakni pada tinjauan Sosiologis yang menyebut 'Sukarno hidup di zamannya'. Maksudnya, hidup di alam pergerakan yang sebelumnya sudah dimotori oleh Cokroaminoto. Diskursus-diskursus yang ada kala itu membuat Sukarno bertanya-tanya tentang apa yang membuat sehingga Belanda sangat betah di Nusantara? 

Dari tilikan tersebut, kemudian Bung Karno menyimpulkan bahwa jawaban atas semua itu adalah urusan mencari Rizki. Kala itu Sukarno langsung merespon, menentukan posisi sekaligus menunjuk diri sebagai anak zamannya. Entah, apa yang membuat Cokroaminoto bisa-bisanya menggagas gerakan yang kemudian sangat menginspirasi Bung Karno.

Sementara pendapat dari filsafat sejarah, dikemukakan bahwa manusia mulai menyejarah ketika ia mulai menemukan kekuatan-kekuatan yang bisa ia kendalikan. Pada bung Karno misalnya, ia bisa menggunakan kekuatan penalarannya untuk melihat sekaligus menggagas kita (indonesia) hendak mau seperti apa kedepannya. 

Selain itu Bung Karno merupakan tipe orang yang tidak mau kalah kalau soal Indonesia. Ketika kawan-kawan Eropanya mulai membahas bangsa, ia merespon dengan memikirkan mengenai apa kira-kira dasar negara Indonesia. Beruntung, kekuatan penalaran Sukarno akhirnya menyimpulkan Pancasila lah yang pas, yang cocok dalam pergaulan hidup kita nantinya. 

Pancasila kemudian menjadikan bangsa Indonesia yang disebut-sebut kala itu sebatas bangsa, teoritis rasional, kini menjadi ilmiah. Bisa dikaji secara keilmuan berikut dengan ide-ide yang bisa evaluatif dalam upaya mencapai tujuan. Singkatnya, karena Bung Karno itu kritis orangnya.

Dengan andai sekarang ini ada pemimpin seperti bung Karno, atas provokasi Prancis baru-baru ini, mungkin sudah mengambil langkah yang kita anggap tidak biasa. Misalnya, mengerahkan TNI di beberapa titik di Samudera Hindia, untuk show force, buat menyatakan kalau Indonesia juga punya mau.

Oleh; Muhammad Tonis Dzikrullah

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun