Mohon tunggu...
Muhamad Saudi
Muhamad Saudi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kopi hitam

Penikmat kopi hitam

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Miskin Hati Didikan Pandemi

29 Mei 2020   09:22 Diperbarui: 29 Mei 2020   09:29 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tulisan ini saya buat pada tanggal 22 mei 2020 atau tepatnya dua hari sebelum hari raya iedul fitry 1441H. Dan hari ini saya baru sempat merampungkanya setelah selesai beranjangsana mengunjungi kakek nenek di Kota Rangkasbitung.

Pada hari itu, saya di demo oleh Ibu-Ibu di tanah kelahiran Bapak Moyang saya yakni: Syaikh Jaya Sakti Pakuluran Kampung Kadukalapa. Kampung yang selama ini saya angkat profilnya ke situs-situs berita agar dikenal di kancah nasional. Melalui artikel profil kampung, para leluhurnya, budaya dan tradisi, kekompakan pemudanya, dan terobosan-terobosan baru yang bermanfaat untuk lingkungan.

Apa pasal sehingga saya sampai di demo oleh kaum yang seharusnya menjadi orang tua saya? Karena saya membuka data penerima program bantuan dari pemerintah yang selama ini tidak tepat sasaran, Yang sudah lama menjadi perbincangan, Yang akhirnya sampai pada hari ini baru saya ketahui ternyata program itu memang tidak hanya terjadi di kampung saya. Tetapi di semua dusun di tiap desa.

Bukan tanpa dasar saya membuka tabir ini. Tabir yang selama ini menjadi keluhan masyarakat, yang membuat masyarakat miskin begitu susah untuk masuk ke dalamnya. Sementara yang mampu dari segi ekonominya asyik menikmatinya sampai bertahun lamanya.

Berawal dari curhatan dan pengaduan ibu-ibu yang notabene layak mendapatkan perhatian namun tidak mendapatkan lirikan  apapun dari pemerintah. Saya tampung lalu saya sampaikan di acara reses anggota dewan.
Bukan hasil dari khayalan pengaduan ini saya buat, sebab  saya menyertakan alasan yang valid  dalam lembaran surat edaran dari dinsos. Dan atas masukan dari para pengharap bantuan ini. Tentunya para ibu yang tahu seputar keseharian tetangganya.

Didalam lembar surat edaran itu saya catat sedetail-detailnya sebagaiman hasil reses dewan di kampung kami. Saya tulis kenapa si A yang aman taraf hidupnya malah mendapatkan bantuan yang jelas-jelas hak si miskin, sementara si B,C,D dan E yang benar-benar jumpalitan dalam memenuhi kebutuhanya hanya menjadi penonton dan tersakiti hatinya ketika melihat aksi yang mereka pertontonkan. Tak ayal pikiran si miskin hanya satu. Pemerintah tidak adil. Masa yang kaya dapat PKH bahkan sampai waktu yang lama. sementara kita yang miskin hanya gigit jari.

Selang 2 hari sejak laporan itu saya titipkan ke wakil rakyat. Pada malam harinya seusai saya mengadakan kegiatan donor darah massal di kampung badan saya drop, jadi sehabis sahur ba'da sholat Subuh saya tidur sampai melandau (kesiangan).

Pagi hari jam 09:30 saya dibangunkan oleh isteri katanya ada ibu-ibu yang Demo di depan rumah, saya ke ruang tamu sudah banyak ibu-ibu yang kesemuanya saya lihat ada di list penerima PKH. Tanpa muqoddimah, tak tahu siapa koordinator demonya dan saya juga diberi lupa menanyakan mana surat ijin demo nya, hehe.. mereka beramai-ramai langsung menghakimi saya. Ada yang bilang saya usil lah.. saya dibilang RT bukan RW bukan bikin macem-macem laporan lah.. memangnya merugikan sampeyan lah.. emangnya duit PKH dari kamu lah, menebar fitnah lah, mencemarkan nama baik dan segala macam tuduhan yang membuat saya bingung mau tertawa atau cekakan.

dengan kondisi badan kurang fit juga sedang puasa saya coba bersabar untuk mendengarkan keluhan mereka sampai selesai. Setelah agak tenang Baru saya jelaskan bahwa saya melakukan ini karena pengaduan masyarakat dan perihatin terhadap warga yang selama ini tidak mendapatkan. Tapi tidak berani dan tidak bisa berbuat apa-apa, Lagian data yang saya buat dari ke 35 orang penerima tidak saya bubuhi kata tidak layak semuanya. Jika memang layak menurut fakta di lapangan saya catat  layak. Yang tidak layak ya saya catat tidak layak. Saya catat apa adanya agar tidak ada lagi kecemburuan satu sama lain antar tetangga, juga  prasangka dari masyarakat bahwa pemerintah terkesan tidak adil dalam menentukan si penerima bantuan. Tujuan intinya agar yang belum dapat bisa dapat dan yang sudah dapat juga  layak dari persyaratanya saya memohon ke kantor dinsos agar tetap dipertahankan. Lalu dimana letak kesalahan yang ibu-ibu tuduhkan ke saya?

Tetapi ibu-ibu tidak mau mendengar penjelasan saya malah makin menyerang dengan berbagai argumen nya. ada yang lantang berbicara hallah.. sebelum ada pak haji kami 9 tahun aman-aman saja dapat PKH. Saya lihat Ibu ini memang masuk dalam list tidak layak karena dilapangan dia tidak memenuhi kriteria. Ya suddah saya pahami saja 

ini hanya perkara miskin nya hati saja. rugi kalau dibawa sampai ke hati
Begini saja bu. Sore ini saya panggil pak dewannya untuk meluruskan. (Di tengah kalimat pembicaraan saya keceklik tenggorokan, maklumlah lagi puasa baru bangun tidur pula hehe..)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun