Mohon tunggu...
Muhamad Satria
Muhamad Satria Mohon Tunggu... Politisi - Future Leader

One step on the footing means more than a thousand steps thought

Selanjutnya

Tutup

Money

Skenario Manajemen Konflik

8 Juni 2020   12:15 Diperbarui: 8 Juni 2020   12:37 1800
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Menurutnya Eduard Berstein seorang pakar teori politik dan politikus demokrasi sosial Jerman konflik merupakan suatu pertentangan atau perbedaan yang tidak dapat dicegah, konflik ini mempunyai potensi yang memberikan pengaruh positif dan negatif dalam interaksi manusia.
Konflik selalu menjadi bagian hidup manusia yang bersosial dan berpolitik serta menja dipendorong dalam dinamika dan perubahan sosial-politik karena pertentangan adalah hukum pertama bagi kemajuan.

Banyak tokoh politik memulai karirnya dengan menciptakan konflik untuk menciptakan perubahan. Kemudian, mereka memanajemeni konflik dengan baik dan mengerakkan para pengikutnya untuk menghancurkan rezim yang berkuasa dan mengantinya dengan rezim yang baru. Sebagai contoh, Mahatma Gandhi, Adolf Hitler, Jenderal Franco, dan Muammar Khadafi memulai kepemimpinannya dengan menciptakan konflik dengan penguasa sebelum mereka. Demikian juga, sebelum dan sesudah menjadi presiden, Bung Karno menghadapi banyak konflik. Soeharto sebelum memimpin orde baru menciptakan konflik dengan rezim pemerintahan sebelumnya yang disebutnya sebagai Orde Lama. Akan tetapi pada akhirnya, ia lengser kaprabon karena tidak berhasil memanajemen konflik yang terjadi pada awal Reformasi tahun 1998.
     
Perkembangan konflik pun semakin meningkat secar akualitas ataupun kuantitas yang melibatkan banyak banyak kalangan mulai dari Konflik masalah ekonomi atau penghidupan oleh masyarakat. Konflik terjadi antara petani dan perusahaan perkebunan atau departemen kehutanan dan lembaga pemerintah.

Serikat pekerja yang mengangap Obnimus Law tidak berpihak pada kaum buruh Nilai pesangon bagi pekerja yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) turun karena pemerintah menganggap aturan yang lama tidak implementatif. Sebelumnya aturan mengenai pesangon ada di UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Mahasiswa yang menyatakan diri sebagai bagian dari rakyat mengangap Kenaikan Harga listrik naik dengan signifikan yang dirasa memberatkan rakyat dan juga biaya kuliah pada kondisi pandemic seperti ini tetap dilakukan kenaikan ditengah wabah corona saat ini .

Konflik dapat dipicu oleh banyak hal mulai dari emosional, Agresi, Wistle Blowers hingga beda persepsi, yang jelas konflik ini perlu di manage dengan baik agar menghasilkan output yang positif .Konflik dapat berdampak positif maupun negative tergantung pada pendekatan manajemen konflik yang dilakukan. Agar konflik dapat berdampak positif dan fungsional maka perlu dikembangkan model manajemen konflik. Pengembangan tersebut, merupakan suatu langkah strategis dalam bidang manajemen untuk memformulasikan konflik dari situasi yang berpotensi memunculkan dampak negatif menuju situasi yang lebih menjurus pada dampak positif. Hal tersebut diatas dipandang penting, sebab upaya transformasi merupakan titik kunci yang sangat fundamental sebagai suatu isyarat bahwa peran manajemen dalam konflik berjalan sebagaimana tugas dan kewajibannya, yakni mengelola konflik untuk memberikan kontribusi yang sehat dan positif sehingga pada gilirannya dapat memberikan nilai tambah bagi organisasi ataupun komunitas dimana konflik tersebut terjadi.

Adapun model-model manajemen konflik adalah sebagai berikut:
1. Model Integratif Manajemen Konflik
Agar konflik tetap fungsional, produktif, dan dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi terhadap kelangsungan organisasi, dan sekaligus menjadikan organisasi tersebut menjadi kompetitif, maka perlu dibuat model manajemen konflik. Pengembangan model pengelolaan konflik merupakan hasil interpretasi dan rekonstruksi berdasarkan kajian yang empirik serta kajian teoritis. Hal tersebut penting sebab peristiwa konflik sebagai satu kejadian yang alamiah seiring dan searah dengan dinamika dan perkembangan organisasi. Keberadaan konflik tentunya tidak dapat dihindari dan selalu terjadi dalam setiap interaksi antar individu maupun antar kelompok.

Organisasi yang dinamis membutuhkan konflik pada tingkatan yang optimal guna meningkatkan pemahaman terhadap masalah-masalah yang muncul dalam setiap aktifitas pekerjaan.

Dalam model integratif manajemen konflik, dipahami bahwa konflik terjadi disebabkan oleh berbagai faktor baik dari dalam organisasi maupun faktor dari luar organisasi. sumber-sumber konflik perlu diidentifikasi sebagai dasar penerapan manajemen konflik. Penyebab konflik yang bersumber dari dalam organisasi adalah,
(1) keterbatasan sumberdaya organisasi,
(2) kegagalan komunikasi,
(3) perbedaan sifat, nilai-nilai, dan persepsi,
(4) saling ketergantungan tugas,
(5) sistem pengajian.

Model integratif manajemen konflik adalah upaya untuk mewujudkan proses penyelesaian yang terpadu, sehingga proses ini lebih menghemat waktu, tenaga, anggaran, maupun sumberdaya, yang diperkirakan dibutuhkan dalam proses penyelesaian konflik tersebut. Dengan adanya model ini proses penyelesaian konflik menjadi lebih efektif dan efisien. keefektifan dan keefisienan dari proses resolusi konflik ini merupakan indikator keberhasilan dalam memanejemeni konflik yang terjadi.

B. Model Stimulasi Konflik
Konflik tidak selalu nampak di permukaan, dan bahkan seringkali konflik tidak muncul dalam aktivitas organisasi, maka pada saat itu konflik pada tingkatan yang sangat rendah. Intensitas konflik pada taraf rendah biasanya dicirikan oleh motivasi kerja, muncul sikap apatis, hasil tidak maksimal, kegiatan yang dilaksanakan hanya sekedar melaksanakan tugas, target tidak tercapai, dan bahkan masingmasing anggota saling bertoleransi terhadap kesalahan yang terjadi. 

Menyikapi hal yang seperti ini, diperlukan tindakan untuk membangkitkan inisiatif dan kreatifitas anggota. Maka pilihan pendekatan manajemen konflik yang sesuai adalah model stimulasi konflik organisasi. Penyebab terjadinya konflik pada setiap organisasi berbeda-beda tergantung pada tujuan yang hendak dicapai, sumberdaya yang terlibat dan kompleksitas desain organisasi yang ditetapkan. Namun demikian, secara garis besar konflik disebabkan oleh faktor internal dan eksternal organisasi. yang bersumber dari internal organisasi antara lain: keterbatasan sumberdaya, perbedaan sifat, nilai, dan persepsi individu, saling ketergantungan tugas, lemahnya system evaluasi, perubahan sistem penggajian, dan kesalahan komunikasi.

Sedangkan yang berasal dari eksternal organisasi ialah: adanya perkembangan iptek, peningkatan kebutuhan masyarakat, regulasi dan kebijakn pemerintah, persaingan yang semakin ketat, keadaan politik, dan keamanan serta keadaan ekonomi masyarakat. Konflik yang terjadi dapat berakibat fungsional dan disfungsional. Konflik fungsional dijelaskan oleh Gibson, et al. adalah perbedaan, pertentangan, dan/atau perselisihan antar individu/kelompok dalam metode untuk mencapai tujuan yang dianggap dapat menguntungkan organisasi. Akibat-akibat fungsional
dari konflik mengarah pada perilaku positif sesuai dengan tujuan organisasi, sehingga pimpinan berperan mengarahkan konflik agar tetap fungsional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun