Mohon tunggu...
Muhamad muktimaulana
Muhamad muktimaulana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Masih mencoba untuk menjadi penulis yang baik

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pendidikan yang Melupakan Dirinya

18 Juni 2021   13:46 Diperbarui: 18 Juni 2021   14:07 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Sekolah  merupakan tempat bermain dan juga belajar bagi para pengenyam bangku sekolah, jika berbicara sekolah memang negara Indonesia masih dalam keadaan tertinggal dari negara lain bahkan dari negara tetangganya sendiri. Dalam survei kualitas pendidikan yang keluarkan oleh PISA (Programme for International Student Assessment), Indonesia menempati peringkat ke-72 dari 77 negara, artinya negara Indonesia berada diposisi enam terbawah. Pendidikan yang dibanggakan pemerintah kini tidak dipandang oleh pemerintah, sebab itu pendidikan Indonesia menjadi buruk. Pendidikan di Indonesia layakanya seperti pribahasa "Apa yang ditanam itulah yang tumbuh" kejahatan akan mendapat balasan kejahatan sedangkan kebaikan akan mendapat balasan kebaikan pula.

Asep Sapa'at  pemerhati pendidikan, menilik masalah terbesar pendidikan Indonesia terkait kualitas dan akses. Menurutnya, data memang menyebutkan anak-anak Indonesia yang bersekolah sudah diatas 90 persen dan angka putus sekolah sudah lebih rendah. Namun pertanyaannya apakah anak-anak Indonesia sudah benar-benar belajar.  Dibandingkan 50 tahun lalu katakanlah awal kemerdekaan, tingkat pendidikan rata-rata penduduk Indonesia saat ini jauh lebih baik. Di awal kemerdekaan tamatan  perguruan tinggi masih bisa dihitung dengan jari tetapi sekarang jumlah sarjana sudah mencapai jutaan. Dapat dipastikan mereka yang memegang jabatan penting di pemerintahan, DPR/DPRD dan  aparat hukum, adanya pergeseran moral karakter dalam pendidikan jaman dahulu dengan jaman sekarang banyak berita yang beredar mengenai kasus korupsi di pemerintahan misalnya saja Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Mohammad Akil Mochtar tertangkap tangan penyuapan sengketa pilkada dan menjadi tahanan KPK, lalu Luthfi Hasan Ishaaq sebagai mantan partai PKS juga ditetapkan tersangka oleh KPK karena dugaan korupsi impor daging sapi. Harian Kompas 10 Februari 2013 memuat pernyataan menteri dalam negri, Gamawan Fauzi, sebanyak 1.091 pejabat bermasalah secara hukum berdasarkan laporan yang masuk ke kementerian. Itulah sedikit dari banyak kasus yang menggambarkan keterbelahan dan ketidakutuhan diri. Pengalaman pendidikan yang kaya, bahkan tingkat pengetahuan religious yang tinggi tidak menyatu dalam tindakan. Ada apa dengan orang-orang pintar kita? Orang-orang pilihan dan para pemimpin? Kaum berdasi yang dilabel intelek menjadi kelakuan seperti setan.   

                                                                                                     

Kita telah terjebak dalam ruang dan waktu tanpa kompas, justru ketika kebanyakan orang sudah mengenyam pendidikan, dan sebagai terseleksi menjadi tokoh dengan keunggulan-keunggulan kecerdasan untuk menjadi pemandu. Namun, mereka menunjukan kontradiksi dalam bangunan karakter yang rapuh. Inilah  ironi, Apa yang terjadi dengan pendidikan kita, yang seharusnya memberi fondasi utama pembentukan kecerdasan sekaligus membangun karakter? Mengapa kecerdasan dihasilkan tanpa diikuti karakter yang kokoh. Pendidikan tidak lagi dipahami sebagai wadah tunggal, melainkan diperluas menjadi pembelajaran untuk membuka ruang bagi orang-orang  yang bermental pembelajar, meskipun mereka tidak terdidik.

Pendidikan karakter telah menjadi kebutuhan mendesak. Dunia pendidikan formal, pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan dan sejenisnya telah menunjukan kerja keras untuk pembentukan ahlak dan karakter lewat kurikulum dan proses pendidikan. Para pemerhati karakter dan pendidikan anak juga telah berupaya untuk memperbaiki keadaan keterpurukan moral dan karakter anak-anak bangsa. Bila setiap pembelajar menyadari dan peduli terhadap karakternya, maka pembelajaarn merupakan materi dasar pembentukannya. Karakter adalah proses penemuan diri dan proses itu harus merupakan tindakan sadar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun