Saya sangat senang melihat Surabaya berbenah mempercantik diri dengan 'tampilan luarnya'. Taman-taman mulai bertebaran, ruang terbuka yang dihijaukan juga mulai banyak, pedestrian dibangun, kali kecil dijadikan jalan dengan menutupnya dengan box culvert de el el. Pokoknya hebat deh.
Bila dicermati pembangunan yang terus melaju ini tidak berimbang dengan kebijakan yang dibuat. Satu contoh perbandingan lebar dan panjang jalan dengan jumlah kendaraan bermotor, pohon yang ditanam apa sudah diriset pohon yang paling baik memberikan kualitas oksigen dalam jumlah yang banyak, tahan terhadap polusi, kuat, tidak merusak trotoar de el es be.
Secara pribadi saya sangat banyak berharap pada ibu walikota yang baru untuk membenahi transportasi publik. Apalagi dalam dua hari terakhir ini sudah mulai banyak yang antri di SPBU. Rakyat sudah banyak mengeluarkan dana untuk membeli kendaraan bermotor, terutama roda dua karena tidak nyamannya transportasi publik dengan segala atributnya terutama molor alias jam karet. Dengan semakin baiknya transportasi publik tentu kebijakan hemat energi akan terasa linier bila publiknya juga sadar.
Kembali ke judul yang saya tulis. Pembangunan mempercantik kota ini bila tidak diikuti oleh perilaku manusianya akan sia-sia. Mengapa begitu ? Iseng-iseng saya mengintip 'got' yang baru dibangun di daerah Gubeng. Airnya bau, tidak mengalir dan banyak serasah dedaunan pohon serta sampah plastik. Mungkin pembaca yang mampir akan bilang 'kurang kerjaan' pada saya, tetapi ini saya lakukan karena kecintaan saya pada lingkungan. Sehingga saya meminjam istilah 'human behind the gun' menjadi 'human behind the got'. Sebagus dan sesempurna apapun fasilitas publik dibangun bila tidak diikuti oleh perilaku masyarakatnya yang mencerminkan masyarakat 'terdidik' maka semuanya akan sia-sia. Gak percaya ? Cek aja sendiri heheheheh