Mohon tunggu...
Muhamad Baiul Hak
Muhamad Baiul Hak Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mataram

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mahasiswa Apatis? Emang Gue Pikirin

6 Agustus 2016   12:19 Diperbarui: 6 Agustus 2016   12:37 605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Aktivis mahasiswa memang selalu memberi warna segar dalam jejak demokrasi bangsa ini. Tidaklah begitu sulit menemukan bukti peranan mahasiswa dalam melahirkan demokrasi sekarang ini. Sejarah tahun 1998 menjadi bukti otentik bahwa mahasiswa memegang peran yang cukup penting dalam memajukan negeri pertiwi. Tahun 1998  mahasiswa benar-benar menjelma menjadi “agent of change”. Mengambil peran strategis mengingatkan para elit untuk mengambil jalan yang baik. 

Tidak perduli harus berjibaku dengan aparat keamanan, rela tidak kuliah menggapai IP baik, berjalan dan berlari ramai di jalanan terik, menahan sakitnya pukulan dan semprotan gas air mata. Semua demi perjuangan idealisme anak bangsa, perjuangan untuk menjadikan bangsa Indonesia menjadi tempat yang aman bagi semua rakyat, rakyat memiliki kedudukan yang sama, dan berhak memperoleh kehidupan yang lebih sejahtera. 

Kisah mahasiswa yang kita kenal dengan Mahasiswa angkatan ’98. Sebuah kisah sejarah perjuangan mahasiswa yang begitu mengharukan. Nyawa beberapa mahasiswa dalam tragedy Trisakti menjadi salah satu bukti kecintaan mahasiswa dengan bangsa besar yang wajib kita jaga bersama.

***

Aktivis Mahasiswa Sekarang?

Menjadi mahasiswa di era digital sekarang ini memang tidak seberat pada era ’98. Mahasiswa tidak dihadapkan dengan otoriter pemerintah yang menekan gerakan mahasiswa. Pada zaman yang serba mudah, mahasiswa seperti di-ninabobok-kan dengan segala kecanggihan dan fasilitas yang ada. Apatisme mahasiswa menjadi penyakit kronis menular yang begitu tumbuh subur di setiap Kampus Indonesia. Sebagian besar mahasiswa hanya memikirkan masa depan pribadi tanpa peduli bagaimana bangsa ini begitu membutuhkan peran nyata mereka.

Kesan mahasiswa di mata masyarakat masih terlindungi dengan segelintir aktivis mahasiswa. Sekumpulan mahasiswa minoritas yang selalu menjadikan idealisme sebagai pelindung dalam setiap gerakan. Aktivitas mahasiswa baik yang aktif di organisasi internal kampus maupun yang sudah menjajaki organisasi eksternal tetap mengutamakan kepentingan rakyat. Mereka sering kali mengorbankan waktu kuliah, mengorbankan liburan, kebersamaan dengan keluarga demi sebuah kegiatan yang kontributif terhadap mahasiswa lainnya ataupun masyarakat.

 Mereka mengorbankan tenaga, pikiran bahkan uang saku untuk kegiatan seminar, lomba, debat publik, aksi solidaritas kemanusiaan, aksi turun menolak kebijakan yang dianggap tidak berpihak kepada rakyat, dan lain sebagainya. Dan hal itu sering kali dianggap pekerjaan sia-sia oleh mahasiswa apatis dan masyarakat yang belum paham.

Idealisme mahasiswa terus berkembang sesuai dengan situasi-kondisi wadah tempat di mana mahasiswa tersebut berkecimpung. Terkadang idealisme mahasiswa bercampur aduk dengan kepentingan pemilik dana ataupun pemegang otoritas. Mahasiswa dijadikan alat untuk tujuan tertentu, tidak jarang tujuan tersebut berbau politik. Maka tidak heran, banyak organisasi mahasiswa yang ditunggangi oleh kepentingan tertentu.

Terlepas dari sifat idealisme mahasiswa yang masih abu-abu, namun ada hal yang begitu menarik untuk kita cermati; Model Gerakan Mahasiswa. Gerakan mahasiswa cenderung sebagai pihak oposisi terhadap otoritas yang ada. Gerakan yang menggunakan pendekatan negatif, yaitu sebuah pendekatan yang melihat segala sesuatu dari sudut pandang terbalik. Jika kita relevansikan dengan kebijakan atau keputusan otoritas, maka sisi negatif dari kebijakan tersebut memiliki prioritas pertama untuk dianalisis. Dengan sedikit memasukkan niatan baik dari kebijakan tersebut. Sehingga pada akhirnya, timbul persepsi negatif terhadap pembuat kebijakan yang berujung pada penolakan. Fenomena yang lazim dilakukan oleh aktivis idealis masa kini. Apakah itu salah??

Sepenuhnya kita tidak bisa menyalahkan mahasiswa ataupun pembuat kebijakan. Sesekali mahasiswa harus menggunakan pendekatan positif terhadap pembuat kebijakan sehingga menumbuhkan rasa kepercayaan akan maksud dan tujuan yang baik dari kebijakan tersebut dan begitu juga kepada pembuat kebijakan seharusnya lebih memberikan tempat bagi para aktivis agar mengkomunikasikan satu kebijakan. Saya yakin sifat rasional mahasiswa akan mampu menerima argumentasi dari otoritas tersebut.

Mahasiswa dan otoritas sudah tidak zaman lagi untuk tidak saling percaya. Mahasiswa dan otoritas harus menjadi mitra yang professional. Mitra yang saling percaya dan bekerja sesuai garis koridornya. Mitra yang yang berbaur tetapi tidak tercampur. Mitra yang berkontribusi nyata untuk kemajuan kampus dan tentunya kemajuan Bangsa Indonesia. Inilah pola sinergitas mutualisme yang harus dibangun oleh aktivis dan otoritas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun