TB2
NAMA: Muhamad Rasyid Ridho
NIM: 44523010085
Dosen: Prof.Dr.Apollo , Ak, M. SI.
Pada tahun 1892, tepatnya pada tanggal 20 Mei tahun yang sama, lahirlah seorang anak yang merupakan anak ke-55 dari Sultan Sri Sultan Hamengku Buwono VII yang berkuasa di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Ibunya bernama BRA (Bendara Raden Ayu) Retnomandoyo, putri Patih Danurejo VI yang kelak dipanggil Pangeran Cakraningrat. Oleh karena itu, BRM Kudiarmadji mengawali kehidupannya di keraton sebagai salah satu anak Sri Sultan yang kemudian dikaruniai 79 orang putra dan putri.
 Seperti saudara-saudaranya yang lain, Bendara belajar bersama Raden Mas Kudiarmadji  di Sekolah Srimanganti di  lingkungan istana. Tingkat pendidikan di sekolah ini kurang lebih sama dengan sekolah dasar saat ini. Setelah Srimangant, kursus Klein Ambtenaar dilanjutkan dengan  bahasa Belanda, Inggris dan Arab. Setelah menyelesaikan kursus tersebut, ia bekerja di kantor gubernur selama lebih dari 2 tahun. Kegemaran BRM Kudiarmadj adalah membaca dan belajar, khususnya tentang sejarah, filsafat, psikologi dan agama. Pendidikan agama Islam dan hafalan Al-Qur'an diperoleh K.H. Achmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah.  Ketika berusia 18 tahun, Bendara Raden Mas Kudiarmadji  menjadi pangeran bergelar Bendara Pangeran Harya Suryomentaram. Selama bertahun-tahun, pensil kehidupan mulai menulis ceritanya sendiri. Sedikit demi sedikit Pangeran Suryomentaram mulai merasakan ada sesuatu yang hilang dari hatinya. Setiap kali dia bertemu hanya  yang dipuja, yang diperintah, yang ditegur, yang ditanya. tidak pernah bertemu siapa pun. Ia merasa tertindas dan kecewa padahal ia  seorang pangeran yang kaya dan berkuasa.
Konsep manajemen Ki Ageng Suryomentaram dilaksanakan di bawah kepemimpinan kepala sekolah di kota semarang. Hal ini disebabkan oleh praktik-praktik yang merugikan, kegiatan menyimpang, ketidakmampuan, profesionalisme, dan buruknya kinerja kepala sekolah. Khususnya di Jawa, kepemimpinan dan moralitas masyarakat Jawa telah kehilangan karakter dan identitasnya akibat modernisasi, kapitalisme, dan pola pikir Barat yang merasuki tatanan Jawa. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif yang dilakukan dengan pendekatan historis, antropologis, dan hermeneutik. Teknik dokumenter, wawancara mendalam dan observasi partisipan digunakan untuk pengumpulan data. Teknik keabsahan data dengan triangulasi metode, sumber data dan teori. Teknik analisis data meliputi analisis isi dan teknik perbandingan induktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep Kawruh Jiwa Suryomentaram dapat diterapkan dalam manajemen kepala sekolah karena bersifat universal. Pengetahuan spiritual membantu mewujudkan kepribadian sehat yang berfokus pada pertanyaan (interaksi) berdasarkan proses reflektif pribadi (introspeksi) yang digunakan untuk mengatasi konflik internal dan interpersonal kepala sekolah. Kualitas kemanusiaan tanpa lautan dalam dimensi keempat: suatu budaya yang tidak terikat oleh identitas eksklusif yang ketat, namun oleh rasa kesetaraan, kebebasan dan kegembiraan. Raosaami merupakan ciri humanisme yang prinsipnya dengan memahami diri sendiri maka mempengaruhi perasaan orang lain. Kepribadian manusia yang tidak terikat mampu mewujudkan setiap pemikirannya melalui amalan mawas diri seperti sikap hai raos leres. Teknik reribed Ngudar merupakan bagian dari cara menyampaikan perasaan melalui kandha tako dalam junggringan yang bertujuan untuk menyampaikan pendapat dari pengalaman utuh sehingga menimbulkan raos heh yang berperan penting dalam hubungan.
 Selain itu, gaya kepemimpinan yang mendorong komunikasi terbuka dan kolaborasi dapat memperkuat hubungan antara pemimpin dan anggota tim, serta antar anggota tim. Dengan komunikasi yang efektif, saling pengertian dan kerjasama yang baik, tim dapat bekerja secara sinergis dan mencapai hasil yang lebih baik. Gaya kepemimpinan kolaboratif juga dapat menciptakan lingkungan kerja yang inklusif di mana anggota tim merasa dihargai dan diakui sebagai pemberi pengaruh yang penting. Namun pengaruh gaya kepemimpinan tidak selalu bersifat positif. Gaya manajemen yang otoriter atau suka memerintah dapat menyebabkan ketidakpuasan, kurangnya motivasi dan kurangnya partisipasi di antara anggota tim. Manajer yang mengontrol pemimpin dan mengabaikan pendapat dan ide anggota tim dapat menghambat kreativitas dan inovasi. Gaya manajemen yang terlalu fokus pada pengawasan dan pengendalian juga dapat menghambat otonomi dan pengembangan diri anggota tim.
 Selain itu, gaya kepemimpinan yang tidak konsisten atau tidak tepat dapat menimbulkan ketidakpastian dan kebingungan di antara anggota tim. Kehadiran pemimpin yang tidak jelas atau tidak konsisten mengenai tujuan, harapan, dan prosedur organisasi dapat mengganggu koordinasi dan kesinambungan kerja tim. Secara keseluruhan, gaya kepemimpinanÂ
 Sebelum masuk ke dalam pemikiran Ki Ageng Suryomentaram, terlebih dahulu kita harus memahami konsep "Enam Saa";
Â
 Sa yang artinya disini:
Â
 Sa-butuhe (yang artinya) artinya apa yang kita inginkan harus sesuai takaran. Oleh karena itu, hal ini mengajarkan kita untuk mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan nyata.
 Sa-perlune (jika perlu) yang artinya kita harus hidup sesuai dengan kebutuhan kita yang sebenarnya dan sesuai dengan kebutuhan kita. Bahwa kita harus bisa memisahkan antara kebutuhan dan keinginan dasar dengan kebutuhan yang benar-benar penting. Sa-piisav (cukup) yang berarti cukup batasan dalam hidup. Tingkatkan kesadaran agar kita tidak terjerumus ke dalam perangkap keserakahan dan konsumsi berlebihan. Karena dengan hidup sederhana dan bijaksana, Anda juga bisa mencapai titik kebahagiaan dalam hidup. Sa-benere (ja) yang artinya hidup harus seimbang dengan keadaan nyata (realitas). Sa-mestine (harus), artinya ajaran hidup harus sesuai dengan nilai dan etika yang benar. Konsep ini menekankan pentingnya menjalani kehidupan yang jujur, berintegritas, dan bertanggung jawab. Karena dengan menjalani hidup sesuai prinsip moral yang benar, kita bisa mencapai kedamaian dan kebahagiaan sejati. Sa-penake (sesuai keinginan) artinya mengajarkan untuk hidup senyaman yang diinginkan. Ia mengajak masyarakat untuk menerima dan mengapresiasi keadaan yang ada tanpa terjerumus ke dalam perangkap nafsu berlebihan. Karena perasaan bugar dan puas memudahkan seseorang dalam mencapai dan menemukan kebahagiaan dalam hidupnya
[7:41 PM, 11/12/2023] R: Kemudian keenam hal tersebut dapat direduksi menjadi satu pola dan tujuan yang sama, yaitu untuk mengetahui dan menyadari tingkatan, ukuran dan dimensi diri kita masing-masing, yang kemudian mempengaruhi kebahagiaan (Kawruh Bedjo). Dalam konsep tersebut juga Ki Ageng Suryomentaram mengajarkan pentingnya menciptakan kehidupan yang seimbang untuk mencapai kebahagiaan. Kebahagiaan ini tidak mendatangkan kebahagiaan dalam kelimpahan materi atau status tinggi. Namun kebahagiaan adalah kebahagiaan yang merupakan penemuan diri dan pemahaman yang mendalam.
Â
 Teori Ki Ageng Suryomentaram
 Setelah memahami konsep "Enam Saa" tadi, Ki Ageng selanjutnya membahas teori Suryomentaram:
Â
 1. Kawruh jwa
Â
 Saat itu Ki Ageng Suryomentaram sedang gelisah, bingung dan mencari jawaban orang seperti apa dia, sehingga akhirnya dia sadar bahwa dia adalah manusia. Berkat introspeksi, lahirlah teori bernama "Kawruh Jiwa". Ketika seseorang memahami dirinya dengan jujur, maka ia juga memahami orang lain dan juga lingkungannya. Sehingga bisa membuat seseorang bahagia. Kembali lagi ke konsep "Enam Cara"; sebelum itu kita harus tahu berapa banyak yang kita perlukan dalam hidup kita, berapa yang cukup, seberapa cocok atau nyamannya. Kalau tidak tahu, Anda tidak akan bisa mencapainya, sehingga bukannya bahagia, Anda malah merasakan kekecewaan.
Â
 Hakikat ajaran Kawruh Jiwa adalah cara memahami diri sendiri secara akurat, jujur, dan jujur. Sebab ketika seseorang telah memahami dirinya sendiri maka ia dapat memahami dan juga memahami orang lain dengan lingkungannya, sehingga ia merasakan kebahagiaan yang hakiki. Kebahagiaan sejati adalah kebahagiaan tanpa memandang tempat, waktu dan keadaan (tidak peduli kapal, waktu dan keadaan). Semakin Anda mengenal diri sendiri, semakin besar kemungkinan Anda bahagia, tetapi semakin Anda mengenal diri sendiri, semakin jauh Anda dari kebahagiaan.
 2. Komitmen pribadi
 Selain ilmu jiwa, teori Ki Ageng Suryomentaram dikenal dengan teori "Pangawikan Pribadi". Pelajaran pribadi ini adalah tentang mengenal diri batiniah Anda. Menurut Ki Ageng Suryomentaram, teori ini dapat disamakan dengan kajian tentang manusia dan kemanusiaan. Bagi Ki Ageng Suryomentaram, seseorang menceritakan perasaannya kepada orang lain. Oleh karena itu, studi tentang rasa berarti studi tentang manusia. Dengan kata lain, Ki Ageng Suryomentaram memang membela kemanusiaan (humanisme), namun tidak membela nilai-nilai humanis.
 Dalam kepemimpinan pribadi, kita harus memulainya sekarang, di sini, dan dengan berani menghadapi semua yang ada di hadapan kita apa adanya (saiki, ing kene, lan ngene).
Â
 Sekarang (saiki) artinya seseorang harus memikirkan keadaan saat ini dan tidak membiarkan dirinya tergores oleh keadaan masa lalu;
 Here (ing kene) artinya tinggal di sini, artinya menikmati hidup di mana pun berada;
 Menghadapi segala sesuatu dalam hidup kita (jatuh) berarti kita harus menerima segala keadaan dalam diri kita apa adanya. Pada dasarnya, pangawikan pribadi mengacu pada realisasi diri.
Gaya kepemimpinan Ki Ageng Suryomentaram adalah demokratis, humanistik dan rasional. Gaya kepemimpinan ini didasarkan pada pengalaman dan pemikiran Ki Ageng Suryomentaram, seorang tokoh filosofis dan spiritual Jawa. Ia dilahirkan pada tahun 1892 sebagai putra ke-55 dari pasangan Bendoro Rade Ayu Retnomandojo, putri Sri Sultan Hamengku Buwono VII dan Patih Danurejo VI. Ia mempunyai nama bangsawan Bendoro Raden Mas Kudiarmadji dan kemudian berganti nama menjadi Bendoro Pangeran Haryo Suryomentaram.