Mohon tunggu...
Andi MuhaiminDarwis
Andi MuhaiminDarwis Mohon Tunggu... Relawan - Menulislah. Sebelum kenangan indah terbuang sia-sia. Hargai hidupmu lebih dari siapapun itu.

Teknik Sipil 2015, Univ. Muhammadiyah Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menjaga Kesucian Politik di Bulan Ramadan

6 Mei 2019   05:56 Diperbarui: 6 Mei 2019   06:12 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Alhamdulillah, bulan Ramadan menghampiri lagi. Memberikan angin segar bagi setiap manusia, terkhususnya kaum muslimin. Selalu ada hal yang menarik dari bulan puasa ini, baik di Indonesia maupun di seluruh penjuru dunia. Dari tahun ke tahun, cerita menarik tentang bulan Ramadan tidak hentinya dikumandangkan. Seketika saja, ingar-bingar kendaraan menjadi indah terdengar; sederhananya air putih begitu menggugah dahaga; dan lantunan azan magrib yang tiap hari terdengar menjadi begitu istimewa mulai hari ini sampai 30 hari yang akan datang.

 Yang menjadi pembeda bulan Ramadan 1440 H ini dengan tahun-tahun sebelumnya adalah situasi politik Indonesia yang begitu membakar hati, menguras tenaga, dan kadang mengurangi amal diakibatkan fitnah dan isu hoaks yang dilontarkan masing-masing insan khalifah fil ardh.

Fitnah bertebaran di mana saja berita dapat terintegrasi, hate speech meluap di berbagai kalangan tanpa menjaga etika politik, dan klaim kemenangan yang tentu kesemuanya ini membuat rakyat kelas grassroot sampai elite menjadi kebingungan akan kebenaran hakiki. Masing-masing memiliki perspektif yang sudah pasti terlihat menampik kekalahan.

Tidak hanya sampai di situ, hasil dari pemilihan umum serentak di Indonesia rencananya akan dikabarkan selambat-lambatnya pada 22 Mei 2019 mendatang. Artinya, tensi tinggi semakin melambung sampai momen tersebut tiba. Dan bisa jadi, setelah waktu pengumumanpun rakyat justru semakin melonjak melihat hasil yang tidak sesuai ekspektasi. Ini sangat riil terjadi di sekitar kita.

Jika air putih dan lantunan azan magrib begitu indah pada hari-hari ke depan, maka semestinya Ramadan Effect juga menyusup pada konteks politik saat ini yang dapat dikatakan lumayan kacau.

Pembaca yang terhormat, sebagaimana konsensus bersama, puasa tidak hanya sebatas menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga menahan hawa nafsu. Apabila ditarik kepada konteks saat ini, mestinya puasa juga termaksudkan untuk menahan diri dari fitnah-fitnah, hoaks, singgungan, letupan amarah, dan cemoohan yang belakangan ini begitu keras bersinggungan dan terpatri dalam diri pendukung masing-masing calon. Sehingga, harus menjadi ketakutan bersama bahwa puasa yang kita harapkan mampu mendongkrak pahala dan keimanan, justru menarik kita kepada kesia-siaan dan membiarkan pahala menguap seiring kalimat-kalimat satire terucap. Menyisakan seorang yang haus, lapar, lagi satir(nafsu tak terkendali).

Agar objektif, mestinya pihak Komisi Pemilihan Umum (KPU) selaku pemegang kendali vital juga tidak melakukan dan membiarkan kecurangan-kecurangan terjadi pada bulan Ramadan yang mulia dan penuh berkah ini. Mobilitas KPU selaku penyelenggara Pemilu juga harus ditingkatkan melihat hal itu juga merupakan nilai tambah ditengah letihnya berpuasa.

Ramadan kali ini mestinya menjadi momentum spesial bagi seluruh pihak di Nusantara. Kondisi yang sedang gaduh ini seyogianya menjadi lahan basah kita untuk merenggut pahala sebanyak mungkin. Bukankah semakin besar cobaan, maka semakin besar pula pahala yang didapatkan? Kita sedang dihadapkan dengan perkara menahan dahaga, lapar, nafsu, dan tensi tinggi kontestasi. Apabila kita dapat melewati hambatan dan rintangan yang ada, maka kasus-kasus yang lain tentunya akan dapat kita lewati dengan bijak dan tenang.

Pembaca yang budiman, politik dan puasa itu penting dan sama-sama suci. Marilah kita menjaga kesucian keduanya dengan memastikan keduanya balance dan tetap berada pada koridor yang lurus.

Mari jaga lisan kita. Mari mengontrol diri dari segala bentuk kesia-siaan. Mari meraih manisnya Ramadan. Jika kita menjalaninya dengan baik, maka kebaikan bagi negeri merupakan sebuah keniscayaan yang tak terbantahkan.

Marhaban Yaa Ramadhan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun