Pada tahun 1983, di saat haul KH Munawir, pendiri Pondok Pesantren Al Munawir, Krapyak, Yogyakarta, menantu beliau, KH Ali Maksum memberikan sambutan yang menyemangati warga Nahdliyyin.
KH Ali Maksum mengatakan:"NU itu memiliki keistimewaan yang sulit ditandingi. NU yang di hari ini, memiliki para hafidzul/penghafal Quran terbanyak di Indonesia."
Saat itu, KH Ali Maksum adalah tokoh nasional yang dipercayai jabatan Rois Am PBNU sejak tahun 1982. Dan, tidak bisa dipungkiri, KH Ali Maksum adalah tokoh NU yang tidak kecil sumbangsihnya dalam membesarkan NU, untuk bisa menjadi jamiyah yang Rahmatan lil alamin/rahmat bagi semesta alam.
Dan tentu saja, perjuangan KH Ali Maksum dengan terlahirnya Khittah NU 1926, pada Muktamar NU tahun 1984 di Situbondo.
Melihat di Jakarta dengan bermacam suku asal daerahnya mengais hidup di ibu kota. Yang mana dalam kompetisi hidup sangat ketat, Sedang jumlah penghafal Al Quran bertebaran baik alumni Krapyak Yogyakarta atau alumni Pondok Pesantren yang lain. Agar huffadz/para penghafal ini tidak larut dalam hiruk pikuk kota Jakarta atau demi menjaga hafalan para penghafal Al Quran. Terbentuklah kegiatan Majelis Jumat Legi di duren sawit. Menurut Ning Tia Atabik istri Anas Urbaningrum yang juga cucu KH. Ali Maksum " Untuk nama MJL  (Majelis Jumat Legi) di ambil dr kegiatan pengajian Mbah Nyai Hasyimah (istri mbah KH. Ali Maksum) setiap Jum'at Legi. Bukan hanya mengaji Qur'an, tapi juga mengaji kitab-kitab ringan yang berisi tuntunan hidup. Pengajian ini di isi mbah KH Ali Maksum. Sedang jama'ahnya bukan dari pondok, tapi dari masyarakat sekitar dan binaan santri krapyak. Dinyatakan "Jum'at" hari yg paling baik  dan "Legi" artinya manis. Wallahu a'lam" ujar ning Tia Atabik. Maka melalui proses panjang dan berliku berjalanlah kegiatan rutin bulanan setiap jum'at Legi dengan sedikit demi sedikit diawali dari penghafal Al Quran alumni Krapyak dan kemudian berkembang pada para penghafal Al Quran alumni bermacam-macam Pondok Pesantren yang mukim di Jakarta
Tak terasa keluarga duren sawit ini dalam kegiatan "ngrumat/ngopeni" (bhs Jawa baca merawat/memelihara) para penghafal/huffadz Al Quran. sudah setahun berjalan. pada beberapa hari kemarin Milad peringati hari lahir MaJelis Jumat legi. Tokoh penggagas lain kegiatan simaan Majelis Jumat Legi di kota besar Jakarta Ustad Idris Romadhon (Ketua Majelis Jumat Legi Duren Sawit) menambahkan " jika manusia menciptakan mobil ada buku panduan pemakaian, diciptakan alat elektronik ada buku pedoman, begitupun terciptanya alam semesta ada acuan pegangan hidup itulah Al Quran"
Dalam suatu waktu ada pernyataan, kegiatan simaan Al Quran yang merupakan kegiatan ibadah agama yang tiada masalah khilafiyah di dalamnya semua madzhab ataupun ulama menyepakati akan keutamaan kegiatan simaan Al Quran, nasehat KH Atabik Ali disaat awal berjalannya Majelis Jumat Legi.
Semoga Kegiatan memakmurkan dan membumikan Al Quran dapat terus langgeng berjalan. Dan syiar akan Al Quran mengakar kuat di masyarakat baik di perkantoran, gedung-gedung pemerintah, bahkan kalau perlu di Istana sekalipun. Tiada hari terlewati, hari-hari berhiaskan Al Quran. Karena kegiatan ini semua ulama entah ulama dari syiah, Ahlus sunnah, Wahabiy tiada beda atau selisih faham semuanya sepakati keutamaannya.