Mohon tunggu...
Muhammad Amrullah
Muhammad Amrullah Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Al Azhar University Of Egypt

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Puasa Ramadhan adalah Ibadah Sosial

26 Juli 2011   16:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:21 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Bisa dikatakan, puasa Ramadhan adalah ibadah sosial. Sebab ternyata, tujuan disyariatkanya puasa Ramadhan adalah terhindarnya korupsi dan terwujudnya keadilan, kejujuran, kesejahteraan dan bentuk solidaritas lainya. Dengan demikian, puasa Ramadhan kali ini sangat memiliki relevansi dengan hiruk-pikuk kondisi Bangsa Indonesia saat ini.

Dalam tulisan ini--agar tidak terkesan basi--saya berusaha mengaitkan antara puasa Ramadhan dengan sosial melalui pendekatanyang mungkin sedikit berbeda dengan perpektif yang telah ada sebelumnya. Walaupun kesimpulanya tetap sama bahwa Puasa Ramadhan bukanlah sebatas hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhan, bahkan memiliki hubungan horizontal antara manusia dengan sosial

Menurut saya, keadilan dan bentuk solidaritas sosial lainya adalah pesan yang hendak disampaikan Tuhan melalui momentum puasa Ramadhan. Karena jika ditelisik lebih rinci, keadilan sebenarnya merupakan tujuan dari disyariatkanya puasa Ramadhan. Jika boleh saya katakan, puasa Ramadhan adalah ibadah yang mengungkapkan tujuan universal Tuhan yang diantaranya adalah; larangan berkorupsi, keadilan sosial, kejujuran dan kesejahteraan umat manusia.

Pesan-pesan sosial yang hendak Tuhan sampaikan melalui memontum puasa Ramadhan setidaknya dapat kita fhamai melalui ayat yang menerangkan diwajibkanya berpuasa beserta tujuanya. Sehingga, pada berikutnya akan dapat difahami bahwa puasa Ramadhan bukan untuk Tuhan bahkan untuk kesejahteraan umat manusia. Firman Allah yang artinya:

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa" (QS. Al Baqarah:183)

Dalam ayat tersebut secara eksplisit Tuhan mengatakan bahwa tujuan diwajibkanya berpuasa adalah "agar kamu bertaqwa". Dengan kata lain—menurut saya—takwa adalah pesan inti Tuhan melalui puasa. Lalu bagaimana hubunganya dengan sosial. Silahkan simak uraian berikut.

Puasa dan Keadilan

Hubungan antara puasa dan keadilan adalah bahwa, tujuan disyariatkanya puasa adalah keadilan itu sendiri. Penjelasanya kira-kira seperti ini: Takwa--sebagaimana menurut ulama--adalah mentaati perintah Tuhan dan menjauhi larangan-Nya. Dan berbuat adil adalah salah satu yang diperintahkan Tuhan. Sebagaimana firman-Nya:

"Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran." (QS. An-Nahl:90)

Premisnya seperti ini: Adil adalah perintah Tuhan, berbuat adil adalah mentaati perintah Tuhan, mentaati perintah Tuhan adalah ketakwaan, ketakwaan adalah tujuan disyariatkanya puasa. Kesimpulanya: tujuan disyariatkanya puasa adalah keadilan itu sendiri.

Jika demikian maka, dengan mengkomparasikan QS. al Baqarah ayat:183 dan QS. An Nahl, ayat:90 diatas seolah Tuhan hendak mengatakan:

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar" (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan menjauhi perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan."

Sampai disini jelaslah bahwa tujuan Tuhan melaui puasa adalah agar umat manusia berlaku adil dengan sesamanya. Hal tersebut semakin menegaskan bahwa puasa bukan untuk Tuhan; dan bukan hanya bersifat teosentris, bahkan antroposentris.

Puasa Dan Korupsi

Sebagaimana disebutka diatas bahwa takwa adalah mentaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Termasuk larangan-Nya adalah korupsi. Korupsi adalah sebentuk kejahatan dengan modus memakan harta orang lain dengan batil. Sehinggga, korupsi merupakan tindakan keji yang secara eksplisit dilarang oleh Tuhan. Sebagaimana yang dikatakan Tuhan dalam surat Al-Baqarah yang artinya:

"Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui." (QS Al-Baqarah:188)

Premisnya seperti ini: korupsi adalah larangan Tuhan, menjauhi korupsi adalah menjauhi larangan Tuhan, menjauhi larangan Tuhan adalah ketakwaan, ketakwaan adalah tujuan diwajibkan puasa Ramadhan. Kesimpulanya: tujuan diwajibkanya puasa Ramadhan adalah menjahuhi tindakan keji berupa korupsi. Jika demikian maka, dengan mengkomparasikan QS. al Baqarah ayat:183 dan QS. Al Baqarah ayat:188 diatas seolah Tuhan hendak mengatakan:

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu tidak memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan cara yang batil yaitu korupsi."

Puasa dan Pengentasan Kemiskinan

Puasa sangat berhubungan dengan segala bentuk kesejahteraan manusia yang diantaranya adalah mengentaskan mereka dari beban kemiskinan. Karena pengentasan kemiskinan termasuk inti dari peasn Tuhan melalui puasa Ramadhan. Karena sebagaimana yang telah saya katakan diatas bahwa, inti dari puasa adalah takwa, sedang mengsejahterakan manusia adalah bagian dari takwa.

Bukan hanya itu!. Jika kita tengok literatur fikih, seseorang yang merusakan puasanya dengan bermaking love di siang hari maka dia terkena kewajiban yang diantaranya adalah memerdekakan hamba sahaya ataupun memberi makan 60 orang fakir-miskin. Pertanyaanya, kenapa harus memerdekakan hamba sahaya ataupun memberi makam fakir-miskin?. Menurut saya, sebab pesan Tuhan melalui puasa sebenarnya adalah agar mengsejahterakan manusia yang diantaranya dengan memerdekakan hamba sahaya dan membantu fakir miskin.

Nah,,,,!!! Sehingga wajar ketika ada seseorang merusak puasanya maka hukumanya juga memerdekakan hamba sahaya ataupun memberi makan fakir miskin. Karena itulah yang sebenarnya dipesankan oleh Tuhan melalui puasa yang dirusaknya. Seolah Tuhan berkata

"Yang saya inginkan melalui puasa adalah agar kalian meng-sejahterakan manusia. Sehingga, ketika kalian tidak berpuasa ataupun merusaknya, maka kalian pun tetap harus mengsejahterakan manusia."

Tuhan juga berfirman,

"Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin... Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui" (QS. Al-Baqarah:114)

Terlepas dari pro-kontra ulama dalam memahami ayat tersebut saya ingin mengatakan bahwa secara tegas inti ayat tersebut adalah mewajibkan kita agar mengsejahterakan umat manusia. Lalu mengapa dikatakan "dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui"? Karena--menurut saya--berpusa cakupanya lebih universal daripada sekedar mangsejahterakan manusia. Itupun "jika kamu mengetahui."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun