Mohon tunggu...
Mufiatus Zahro
Mufiatus Zahro Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Money

Pengaruh Peluncuran Uang 75 ribu terhadap Inflasi

22 Oktober 2021   14:35 Diperbarui: 28 Oktober 2021   18:33 756
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber ilustrasi: detikNews

Bertepatan dengan hari kemerdekaan Indonesia yang ke-75, BI (Bank Indonesia) resmi menerbitkan peredaran uang baru yang berupa uang kertas pecahan Rp 75.000 di Jakarta. 

Bukan pertama kalinya Bank Indonesia menerbitkan uang baru dalam rangka memperingati kemerdekaan RI, terhitung sudah empat kali BI menerbitkannya yaitu ketika HUT RI ke-25 tahun 1970, ke-45 tahun 1990, ke-50 tahun 1995 dan yang terakhir yang ke-75 tahun 2020.

 Dalam peresmiannya, menteri keuangan Republik Indonesia Sri Mulyani Indrawati mengatakan, peluncuran UPK RI ke-75 ini bukanlah tambahan likuiditas untuk kebutuhan pendanaan atau pelaksanaan kegiatan ekonomi, tetapi dalam rangka peresmian. Peringatan peristiwa atau tujuan khusus, yaitu peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia ke-75 tahun.

Lalu apakah dengan terbitnya uang baru ini akan berdampak pada inflasi?

Dilansir dari CNN Indonesia, Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia yakni Akhmad Akbar Susamto mengatakan, terdapat tiga faktor yang membuat uang pecahan Rp 75.000 rupiah tidak membebani inflasi Indonesia.

Pertama, karena penerbitan uang baru ini hanya dicetak dengan jumlah yang sangat terbatas dan tidak akan ada penambahan cetak lagi yaitu sebesar 75 juta cetakan atau setara dengan Rp 5,62 triliun. 

Meskipun begitu ini tidak akan menimbulkan inflasi yang sangat besar, karena untuk mendapatkan uang ini masyarakat harus menukarnya uangnya dengan jumlah yang sama. Dengan begitu hal ini dapat mengurangi jumlah uang pecahan lain yang beredar di masyarakat.

Kedua yaitu meskipun uang tersebut bisa saja digunakan untuk bertransaksi, akan tetapi kebanyakan masyarakat ingin memiliki uang tersebut hanya untuk mengkoleksi saja, sehingga hal ini dapat mencegah beredarnya uang secara berlebihan. Contohnya pada saat beberapa hari menjelang lebaran, yang mana memberikan angpau atau uang baru kepada saudara terutama kepada anak kecil merupakan suatu tradisi di Indonesia. Dengan adanya tradisi ini banyak orang yang ingin menukarkan uangnya dengan uang baru 75.000 ribu.

Dilansir dari kompas.com, Marlison Hakim seorang Chief Executive Officer Departemen Pengelolaan Permodalan BI mengatakan, penukaran uang baru ini akan dibatasi, yang mana per KTP hanya boleh menukarkan uangnya sebanyak 100 lembar saja. Hal ini dikarenakan meningkatnya jumlah penukaran uang menjelang lebaran.

Yang terakhir, karena pada saat diresmikannya uang baru tersebut bersamaan dengan adanya kelemahan atau penurunan perekonomian di Indonesia yang disebabkan dengan covid 19. Dengan adanya jumlah permintaan agregat yang rendah pada saat ini, tingkat inflasi akan cenderung rendah.

Jadi, meskipun dengan diterbitkannya uang baru, hal ini tidak akan mempengaruhi terjadinya inflasi yang tinggi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun