Mohon tunggu...
Tari Abdullah
Tari Abdullah Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Nama lengkap Mudjilestari tapi lebih sering disapa dengan Tari Abdullah profesi sebagai penulis, conten creator, dan motivator. Ibu dari 4 anak berstatus sebagai single parent. Berdarah campuran sunda - jawa.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Roy Wijaya Usai Lebaran Akan Fokus untuk Menguatkan Karakter Anak Muda agar Lebih Kreatif

4 Mei 2021   13:59 Diperbarui: 4 Mei 2021   14:11 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi/roy/photo:doc.pri

 Jakarta - Untuk mencapai Visi, Misi, maksud dan tujuan Sehaty Entertainment, saat ini lebih memfokuskan pada berbagai program dan kegiatan secara kesatuan (terintegrasi). Salah satu fokus kegiatan adalah pencapaian kognitif para peserta didik dengan cara menimbulkan minat serta pengembangan potensi bakat peserta didik untuk mempelajari dirinya sendiri.
 
Ketua Pusat Edukasi & Kreativitas Sehaty Entertainment, Roy Wijaya mengatakan, bahwa saat ini dirinya lebih banyak bergaul dengan anak muda, karena ingin menciptakan sebuah kebahagiaan dengan profesi-profesi baru. Seperti pemain film, penyanyi indie, social media buzzer, blogger, youtuber dan banyak lagi.
 
"Bagi saya ini sangat penting, bagaimana menciptakan Anak-anak muda yang hidup bukan dari ijazah yang mereka sandang, tapi dari karya yang mereka hasilkan. Mereka mendobrak norma zaman kreatif sekaligus mengenalkan norma baru yang berlaku di zaman kreatif," ungkap Roy kepada wartawan di Jakarta, Selasa 4 Mei 2021.

Menurut Sutradara Film ini, anak-anak muda itu adalah mereka yang hidup dari bakatnya. Bakat bukan potensi yang dibawa anak sejak lahir, sebagaimana diyakini banyak orang. Bakat adalah aktivitas dan karya seseorang yang bermanfaat buat masyarakat. Bakat bukan sesuatu yang berada dalam diri anak, tapi apa yang dihasilkan anak. Karena itu, bakat bukan sesuatu yang ditemukan, tapi sesuatu dikembangkan.

"Meski sudah ada banyak contoh tapi hingga sekarang, arti penting bakat seringkali dikecilkan sebatas aktivitas hobi atau ekstra kurikuler di sekolah. Padahal di zaman kreatif ini, bakat semakin besar peranannya. Untuk sukses, seseorang tidak cukup bermodalkan ijazah yang didapat dari sekolah atau kuliahnya. Ia harus mampu berkarya yang dihargai oleh masyarakatnya. Apapun profesinya, karya yang berdampak positif akan membuat seseorang diakui," bebernya.

Upaya menyiapkan anak berkarier cemerlang di zaman kreatif, kata Roy, tidak cukup dengan menyediakan uang agar anak bisa bersekolah di sekolah yang unggul. Sekolah hingga hari ini masih belum memberi porsi yang memadai untuk pengembangan bakat anak. Orang tua dituntut berperan lebih dalam mengembangkan bakat anaknya dan anak berkembang melalui serangkaian fase yang disebut sebagai siklus perkembangan bakat.
 
"Contoh Fase eksplorasi. Fase ini sebenarnya terjadi sepanjang hidup tapi proses optimalnya terjadi pada anak usia 0 -- 7 tahun. Pada fase ini, anak melakukan ekslorasi berbagai benda, aktivitas dan kesukaan. Ada tiga peran orang tua yaitu menstimulasi, mengenali dan merefleksikan kecerdasan majemuk anak. Anak dinilai berhasil pada fase ini bila anak menyadari kecerdasan majemuknya yang menonjol berdasarkan pengalamannya mencoba beragam aktivitas," jelasnya.

Selanjutnya, fase belajar mendalam. Fase ini terjadi pada anak usia 7 -- 13 tahun atau sepanjang anak menjalani sekolah dasar. Anak berkesempatan mempelajari suatu kegemaran hingga mencapai tingkatan ahli yang membutuhkan waktu kurang lebih 10 ribu jam belajar. Ada empat peran orang tua pada fase ini yaitu mendampingi anak menemukan fokus belajar, mengembangkan kegemaran belajar, merawat ketekunan belajar dan mendampingi anak belajar mendalam.
 
"Anak dinilai berhasil pada fase ini bila anak mampu menunjukkan sebuah karya yang membanggakan buatnya," kata Roy.

Bila telah berhasil pada tiga fase sebelumnya, anak akan melangkah dengan percaya diri pada fase ini. Ia sudah mempunyai kejelasan karier yang akan ditekuninya. Ketika ia memilih kuliah, jurusan kuliahnya sudah menjadi bagian dari arah kariernya, bukan sekedar coba-coba seperti kebanyakan mahasiswa saat ini.

"Pamahaman terhadap siklus perkembangan bakat ini penting bagi orang tua yang ingin mendampingi anak berkarier cemerlang di zaman kreatif. Karena dengan pemahaman tersebut, orang tua dapat menjadi mitra bagi sekolah dalam mendidik anak. Apa yang belum dipenuhi oleh sekolah, dapat dipenuhi orang tua melalui jalur-jalur pendidikan yang lainn," pungkasnya. (****)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun