Mohon tunggu...
M Saekan Muchith
M Saekan Muchith Mohon Tunggu... Ilmuwan - Dosen UIN Walisongo Semarang dan Peneliti Pada Yayasan Tasamuh Indonesia Mengabdi

Pemerhati Masalah Pendidikan, Sosial Agama dan Politik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Profil Kepemimpinan Kiai di Kudus, Jawa Tengah

4 Juni 2018   16:53 Diperbarui: 4 Juni 2018   17:24 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Profil secara umum diartikan cara fikir atau visi pemikiran, sikap, perilaku atau aspek aspek yang dominan melekat dalam diri seseorang sehingga masyarakat mudah untuk mengenalinya. Menurut Kamus besar bahasa Indonesia, Profil diartikan sketsa atau kerangka umum terhadap sesuatu.

Profil Kepemimpinan Kiai Kudus dalam tulisan ini dimaksudkan cara fikir, sikap atau hal hal yang dilakukan seorang Kiai dalam mengelola dan mengembangkan pondok pesantrennya. maka profil ini dilihat dari aspek gaya atau pola dalam mengelola atau memimpin pondok pesantren. 

Berdasaarkan hasil penelitian Lembaga Swa daya masyarakat (LSM) bernama Cermin (Penulis juga ikut sebagai TIM peneliti tahun 2005) menghasilkan 7 (tujuh) profil Kiai Kudus dalam mengelola pondok pesantren sebagai berikut:

Pertama, kiai dengan profil kepemimpinan masyarakat (community leader), yaitu seorang kiai yang dikenal kebesarannya. Baik kebesaran kepribadian pribadinya maupun pesantrennya, disebabkan karena seorang kiai itu memiliki posisi atau jabatan dalam organisasi sosial keagamaan, organisasi politik, atau memiliki jabatan dalam kekuasaan tertentu. 

Memang tidak dapat dipungkiri keberhasilan kiai dalam menduduki posisi atau jabatan publik juga disebabkan karena kiai itu memiliki nama besar pesantrennya. Dalam perkembangan berikutnya jika kiai itu sudah memilki posisi dalam organisasi kemasyarakatan atau jabatan publik, masyarakat melihat kebesaran namanya tidak lagi didasarkan atas pengelolaan pesantrennya tapi lebih kepada sosok pejabat publik. 

Dengan demikian, ketenaran atau nama besarnya di mata masyarakat bukan lantaran tokoh pesantrennya melainkan dikenal sebagai tokoh masyarakat karena memiliki jabatan atau posisi yang bersifat publik.

Kedua, kiai berprofil kepemimpinan keilmuan (intelektual leader), yaitu seorang kiai yang memiliki kebesaran pribadi dan pesantrennya disebabkan karena sang kiai dianggap memiliki keahlian bidang ilmu secara mendalam yang dijadikan rujukan atau panutan masyarakat dalam menyelesaikan persoalan masyarakat. Setiap harinya kiai ini lebih diposisikan sebagai pembuat fatwa bagi masyarakat yang tidak hanya semata-mata urusan ibadah (ritual) keagamaan, melainkan juga urusan di luar ritual keagamaan. 

Sosok kiai yang memiliki profil intelektual leader, di mata masyarakat adalah sosok kiai yang memiliki keahlian di bidang ilmu sangat mendalam. Kebesarannya benar-benar disebabkan karena penguasaan atau kemahiran dalam mengembangkan atau mendalami ilmu pengetahuan secara komprehensif. Kiai ini dikenal karena pengusaan ilmu tafsir, falak, hukum Islam, fiqh. 

Sosok kiai ini juga dikenal sebagai tokoh yang benar-benar mampu mengayomi masyarakat dari segala keresahan dan persoalan. Predikat profil intelllectual leader seorang kiai akan lebih sempurna, bukan hanya disebabkan karena kiai itu memiliki kemahiran atau keahlian dalam menguasai ilmu tertentu, tetapi juga didasarkan atas kualitas penguasaan ilmu pengetahuan mendalam, kalau masyarakat memiliki keraguan dalam integritas moralnya, maka sosok kiai itu akan sulit dikategorikan termasuk kiai yang berprofil intellectual leader.

Ketiga, kiai berprofil kepemimpinan rohani (spiritual leader), yaitu kiai yang kebesaran pribadi dan pesantrennnya lebih disebabkan karena sang kiai memliki kemampuan dalam urusan peribadatan (imam mushala/masjid), menjadi mursyid (guru) thariqah dan menjadi panutan moral keagamaan. Kiai ini sering memberi fatwa kepada masyarakat, tetapi lebih kepada fatwa yang bersifat murni ritual keagamaan yang bersifat personal, seperti ilmu hikmah. 

Sosok kiai seperti ini sering berkiprah dalam lahan privat kegamaan. Sosok kiai itu seringkali diposisikan sebagai pemimpin mushala, pemimpin hajatan, pemimpin doa dalam acara keluarga, serta dimintai fatwa dalam urusan mistii keagamaan, seperti mencari hari yang baik dalam pernikahan, hari yang tepat untuk melaksanakan kegiatan bagi masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun