Mohon tunggu...
M Saekan Muchith
M Saekan Muchith Mohon Tunggu... Dosen UIN Walisongo Semarang dan Peneliti Pada Yayasan Tasamuh Indonesia Mengabdi

Pemerhati Masalah Pendidikan, Sosial Agama dan Politik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Islam dan Kaum Marginal

29 Mei 2018   06:12 Diperbarui: 29 Mei 2018   08:43 495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.bintangmedia.id

Berbicara kaum marginal tidak bisa dilepaskan dari sistem kekuasaan atau kepemimpinan. Apa yang dialami oleh kaum yang disebut marginal disebabkan oleh sistem kekuasaan yang tidak atau kurang memberikan harapan bagi kelompok tersebut. Munculnya kaum marginal disebabkan oleh sistem kekuasaan yang menindas, otoriter dan dholim sehingga tidak bisa dijadikan sarana untuk mengembangkan potensi bagi masyarakat tertentu.

Setiap era kekuasaan selalu muncul kaum marginal dan melahirkan tokoh pembebas atau pejuang. Di zaman Romawi dan Persia lahir seorang tokoh besar yang bertujuan membebaskan kaum yang termarginalkan yaitu Nabi Musa dan Harun  yang bertujuan untuk membebaskan masyarakat dari kekejaman kekuasaan Raja Fir'aun. Di Zaman hadirnya Rasulullah Muhamamd saw disebabkan adanya sistem kehidupan yang sangat kejam dan tidak manusia sehingga disebut zaman jahiliyah. Tugas utama nabi Muhamamad saw adalah untuk membebaskan sistem kehidupan yang tidak beradab.

Islam memberikan perhatian kepada kelompok yang biasa di sebut kelompok marginal. Menurut Islam kelompok marginal disebut dengan istilah dho'if (kelompok lemah) dan mustadz'afin (kelompok yang dilemahkan). Artinya agama Islam membenarkan adanya akelompok yang lemah secara alamiah dan kelompok yang lemah karena diciptakan oleh sistem kekuasaan.

Pengertian dan jenis kelompok marginal

Kelompok marginal diartikan suatu kelompok atau komunitas yang tidak memiliki nasib baik seperti pada umumnya kelompok lainnya yang disebabkan ada sistem kekuasaan yang menjadikan kelompok tersebut tidak berdaya untuk mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya. Ketidak berdayaan kelompok tersebut disebabkan oleh adanya perubahan atau inovasi dalam bidang teknologi, ekonom, sosial budaya dan politik.

Ada yang mengatakan kelompok marginal dengan istilah subaltern yaitu kelompok atau kaum tertindas oleh sistem kehidupan yang disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal. Faktor internal lahirnya kelompok subaltern disebabkan hal hal yang dari dalam dirinya sendiri, sedangkan faktor eksternal adalah muncul dari luar dirinya.

Munculnya kaum marginal tidak serta merta atau tidak selalu disebabkan oleh faktor eksternal, sering juga disebabkan oleh faktor internal masyarakat itu sendiri. Faktor internal itu biasanya di dominasi atau diawali dari cara fikir atau cara pandang yang salah atau tidak tepat dalam melihat perubahan atau pembangunan. Artinya tidak mampu mengambil sisi sisi positif dari adanya perubahan yang terjadi dalam kehidupan.

Kelompok marginal menjelma menjadi beberapa jenis kelompok antara lain; Pertama, kaum terisolir yaitu komunitas yang hidupnya dipinggir dan tidak memperoleh hak hak yang layak seperti layaknya komuniats lainnya. Masyarakat Badui di Timur Tengah, masyarakat aborizin di Australia, masyarakat Samin di wilayah Jawa Tengah dan bahkan masyarakat suku Betawi di wilayah DKI Jakarta.

Kedua, masyarakat Miskin yaitu kelompok yang tidak mampu mengembangkan potensi dalam dirinya sehingga tidak mampu memperoleh hak hak ekonomi dalam kehidupan sosialnya. Kelompok miskin selalu ada sejak zaman dahulu sampai sekarang. Hal ini ditunjukkan dengan perhatian Islam terhadap masyarakat miskin dan juga bagaimana pentingnya mengentaskan kemiskinan. Syariat zakat fitrah, anjuran shodaqah merupakan bukti nyata bahwa Islam memberi perhatian lebih besar untuk mengentaskan kemiskinan.

Ketiga, anak yatim yaitu anak yang tidak mepunyai orang tua baik ibu atau bapak ataupun keduanya. Mengapa anak yatim masuk kategori marginal, karena secara psikologis anak yatim mengalami gangguan atau goncangan tersendiri sehingga memiliki perasaan yang berbeda dengan teman sebayanya. Antara miskin dan anak yatim juga diberi perhatian khusus oleh Islam, sehingga umat Islam haarus memiliki karakter untuk memihak atau memberi perhatian kepada anak yatim dan kaum miskin

Keempat, Pedagang asongan atau PKL, yaitu kelompok yang mencari kebutuhan ekonomi dengan cara jualan barang barang atau kebutuhan sehari hari dengan cara memanfaatkan fasilitas sederhana yang ada di pinggir jalan atau pinggir pusat kota yang dianggap mengagnggu kenyamanan dan keindahan wilayah kota.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun