Mohon tunggu...
Muchammad Nasrul Hamzah
Muchammad Nasrul Hamzah Mohon Tunggu... Penulis - Asli

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Robot 2.0", Bertabur Adegan Konyol Namun Pesannya Melestarikan Lingkungan

9 Desember 2019   08:44 Diperbarui: 9 Desember 2019   09:01 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster film 2.0| Foto: movieboo.com

Ia dalam film itu diceritakan sebagai pegiat lingkungan yang menolak pendirian menara seluler di dekat lokasi reservasi salah satu satwa.

Ia mencoba meyakinkan beberapa warga, jika menara seluler berdiri di dekat lokasi itu, maka akan menggangu sebagian spesies burung dan serangga lainnya.

Sinyal seluler, menurut Dr. Pakshijaran akan menggangu radar burung untuk mencari makan, dan imbasnya ia tidak bisa bertahan hidup. Namun sayang, apa yang disampaikan Dr. Pakshijaran tidak dihiraukan, baik dari masyarakat apalagi para politisi.

Lantas, Dr. Pakshijaran mengakhiri hidupnya di menara seluler itu dan kemudian menjelma menjadi kekuatan jahat yang menyedot gawai dari tangan orang, seperti yang saya gambarkan di atas.

Tujuannya, untuk membalas perilaku umat manusia yang tak lagi mau peduli dengan lingkungan dan makhluk hidup lainnya.

Kisah yang diangkat ini mengingatkan kita kepada penelitian pada tahun 2010 silam tentang bahaya sinyal elektromagnetik bagi burung dan serangga.

Sebagaimana diberitakan AFP, studi itu menyebut, radiasi elektromagnetik menyebabkan musim kawin dan musim bertelur  burung menjadi terganggu dan turut mengacaukan radiasi tanaman (Kompas.com). Apalagi, dalam waktu dekat akan ada peningkatan kekuatan sinyal dari 4G ke 5G. Tentu imbasnya bagi lingkungan akan lebih besar.

"Robot 2.0" mungkin adalah pesan yang disampaikan untuk antisipasi tentang dampak negatif lingkungan. Meningkatkan regulasi, agar menara seluler tidak berdiri di sembarang tempat.

Jika masih dilakukan, maka akan berdampak langsung kepada keseimbangan alam sebagaimana ditunjukkan oleh Dr. Pakhsijaran dalam film tersebut. Menurut saya sosoknya adalah gambaran alam itu sendiri. Awal mulanya, dalam film ditunjukkan bahwa ia bukan orang yang jahat. Ia penyayang satwa, cinta lingkungan.

Namun, manakala upaya-nya menjaga lingkungan dan satwa tak mendapatkan respon, ia berubah menjadi melawan umat manusia. Sama halnya, dengan alam. Ia akan berontak, ketika keseimbangan diacuhkan. Banjir, longsor, pohon tumbang, dan berbagai bencana lain, datang karena manusia terlalu serakah dan asik dengan dirinya sendiri.

Pun sama halnya dengan satwa. Mereka yang sudah hidup tenang di habitatnya, akan menjadi mengganggu umat manusia, ketika dunia mereka dirusak oleh nafsu serakah manusia. Artinya, gambaran Dr. Pakhsijaran yang jahat adalah gabungan antara alam dan satwa yang sedang memberontak sebagai imbas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun