Mohon tunggu...
Muammar Irsyad Kadir
Muammar Irsyad Kadir Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

(maha) siswa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ini Kata Mereka mengenai Pendidikan di Indonesia

19 April 2018   17:27 Diperbarui: 19 April 2018   17:31 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Salah satu tujuan nasional bangsa dan negara ini ialah tertuliskan  dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan merupakan salah satu langkah yang tepat untuk  digunakan sebagai cara untuk mewujudkan tujuan nasional bangsa ini. 

Pendidikan yang selama ini ditempuh untuk mewujudkan tujuan bangsa ini  ialah pendidikan formal, seperti di sekolah, dan pendidikan non-formal seperti di keluarga. Pendidikan di Indonesia saat ini telah mengalami  banyak peerubahan, jika kita membandingkannya dengan pendidikan pada masa penjajahan. Perjuangan keras yang dilalui untuk menciptakan  pendidikan yang selaras dan sesuai dengan bangsa ini terus diusahakan  oleh pemerintah. 

Namun, saat ini, pendidikan di Indonesia mengalami  pasang surut. Sistem pendidikan di Indonesia terkadang berada di  puncaknya dengan menghasilkan lulusan-lulusan yang terbaik, dan  terkadang begitu miris untuk melihatnya karena permasalahan-permasalahan  yang terjadi pada sistem pendidikan tidak kunjung berhenti. Usaha untuk  meningkatkan sistem pendidikan negara ini terus diusahakan, tapi  siapakah yang seharusnya bertanggung jawab atas sistem pendidikan di  Indonesia?

Inilah kata mereka mengenai sistem pendidikan di  Indonesia. Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia saat ini,  yaitu bapak Muhadjir Effendy yang menuliskan di akun twitter-nya "Kita  tidak dapat membentuk karakter siswa hanya di sekolah, tapi harus  terintegrasi dengan Keluarga dan Masyarakat", seperti yang dituliskan di  @muhadjir_ef (14/09/2017). 

Lalu lain halnya dengan yang dikatakan bapak  Anies Baswedan yang pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan  Kebudayaan Indonesia, dan yang saat ini menjabat sebagai Gubernur DKI  Jakarta, menuliskan melalui akun instagram-nya "PR kita adalah  menuntaskan pendidikan yang tujuannya adalah akhlakul karimah. Mulainya  dimana? Kandungan Ibu", seperti yang dituliskan di @aniesbaswedan  (11/01/2017). 

Hampir senada dengan apa yang dikatakan oleh bapak Anies  Baswedan, melalui akun twitter-nya bapak Joko Widodo menuliskan bahwa  "Ibu adalah sekolah pertama dan utama bagi anak-anak kita. Selamat  Harlah Muslimat NU ke-70 -- Jkw", seperti yang dituliskan di @jokowi  (26/03/2016).

Berdasarkan ketiga ucapan yang ada di atas, kita  dapat menarik sebuah garis besar yang saling berhubungan, yaitu  pendidikan dimulai dari keluarga (ayah dan ibu), dan masyarakat.  

Pendidikan yang dimulai dari keluarga dan masyarakat, berarti pendidikan  itu diajarkan melalui nilai-nilai kebudayaan. Kebudayaan yang dimaksud  bukanlah kebudayaan dalam arti sempit yang hanya terbatas pada kesenian,  tapi kebudayaan yang dimaksud ialah nilai-nilai yang diwariskan secara  turun-temurun dari keluarga dan masyarakat kepada seorang anak.  

Nilai-nilai kebudayaan yang diwariskan berupa nilai-nilai luhur,  kesopanan, cara beretika, bersosialisasi, dan mematuhi norma-norma yang  ada di masyarakat. Semakin majunya suatu kebudayaan yang ada di dalam  keluarga dan masyarakat, sehingga kebudayaan yang diwariskan kepada  seorang anak, diharapkan agar anak tersebut dapat meningkatkan sistem  pendidikan di Indonesia. 

Hal itu dikarenakan, kebudayaan yang semakin  maju dan semakin kompleks, yang berisikan dengan nilai-nilai luhur,  kesopanan, dan sebagainya dapat membantu bangsa ini untuk meningkatkan  mutu pendidikan di Indonesia. 

Sehingga permasalahan-permasalahan yang  ada pada sistem pendidikan di Indonesia dapat terselesaikan, karena  keluarga dan masyarakat telah mewariskan sebuah nilai-nilai kebudayaan  tersebut. Jadi, untuk meningkatkan pendidikan di negara ini harus  dilakukan bersama-sama, baik itu keluarga, masyarakat, dan pemerintah.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun