Tatsuma Yoshida, tertawalah, jangan menangis lagi. -Felix Tani
Sejumlah penjelasan langsung berhamburan menyusul hasil seri 1-1 pada leg pertama laga semifinal antara Timnas Indonesia dan Tim Singapura.
Orang terheran-heran, bagaimana mungkin Singapura bisa menahan imbang Indonesia yang secara tim kecerdasannya lebih tinggi?
Saya mencatat lima penjelasan yang menggelikan. Kita boleh menyebutnya rahasia sukses yang tak masuk akal.
[1] Pemain masih lelah. Tim Singapura punya waktu istirahat lebih lama dibanding  Tim Indonesia. Energi pemain Indonesia terlalu terkuras waktu merontokkan Malaysia dalam laga sebelumnya.Â
Jelas itu bukan sebuah alasan yang valid. Dalam tubuh tim sudah ada dokter dan terapis yang sanfat paham cara memulihkan kebugaran pemain.
Jadi jangan pernah bilang "masih lelah". Nanti ada yang menawarkan obat kuat, lho.
[2] Wasit tidak adil. Katanya, wasit Kim Hee-gon mestinya memberi hadiah pinalti untuk Indonesia, menyusul tebasan Nasrul, pemain belakang Malaysia kepada Ricky Kambuaya. Ricky ditebas saat memasuki kotak pinalti Malaysia.
Itu alasan aneh. Sejak kapan ada wasit adil dalam sepakbola. Wasit juga manusia, punya rasa dan hati yang condong pada tuan rumah. Juga, nah ini yang terpenting, pelit memberi hadiah pinalti pada tim tamu. Manusiawi banget, kan?
[3] Merah-putih dilarang berkibar. Ini alasan konyol. Masa sih gara-gara pendukung Indonesia dilarang mengibarkan Bendera Merah-Putih di stadion, lalu Singapura sukses menahan imbang Indonesia. Di mana logikanya?