Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Admin Kompasiana, Tolong Lebih Terbuka

12 Maret 2021   16:00 Diperbarui: 12 Maret 2021   18:02 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Foto:piqsels.com)

Ini bukan artikel kritik terhadap Admin K(ompasiana). Tapi artikel minta tolong. Tolong lebih terbuka.  Jadi, Admin K tolong jangan baper.  Ini bukan kritik. 

Secara khusus, artikel ini menanggapi agihan Admin K kemarin, "Bersama Kita Jaga Kompasiana Menjadi Rumah yang Sehat" (K.11.03.21).  Bukan membantah. Tapi menanggapi.  Perhatikan bedanya. Ini tanggapan supportif.  Kan, tak mungkin ada bantahan supportif. Ngawur itu.

Setuju kita harus jaga dan bangun bersama K menjadi rumah yang sehat. Tentu maksudnys  sehat secara sosial, dalam arti K bersih dari polusi sosial. Bersih dari penistaan -- dalam arti luas -- suku, agama, ras, dan antargolongan tertentu.  Dalam antargolongan itu termasuk gender, usia, status sosial, kelompok sosial, organisasi sosial, dan lain-lain.  Juga tak boleh ada penistaan individu. Sepakat.

Senang membaca bahwa Admin K telah berhasil menyaring dan menghapus sejumlah artikel kategori "penistaan" sepanjang tahun 2020. Artinya sistem kurasi atau moderasi K berjalan dengan benar.

Berjalan dengan benar?  Nah, itu asumsi saya. Bagaimana "benar" itu dalam kenyataan, saya tak pernah tahu. Kompasianer umumnya juga mungkin tak pernah tahu. Sebab sistem saringan artikel di K menggunakan indikator kata kunci. Itu hanya diketahui Admin K.

Indikator kata kunci itu adalah basis kekuasaan Admin K untuk meloloskan, mengucilkan (copot label), mengarantina, atau menghapus suatu artikel. Itu menjadi momok untuk Kompasianer yang terbiasa menulis artikel kritis dan keras.  

Kemarin saya diberitahu seorang rekan Kompasianer bahwa artikelnya masuk karantina Admin K. Katanya ada kata-kata atau frasa yang diindikasikan sistem K sebagai polusi sosial, sehingga artikel otomatis diturunkan dan masuk karantina.  

Selanjutnya, katanya, artikel akan diselidiki dulu. Apakah betul-betul melanggar ketentuan tentang "penistaan" atau tidak. Jika tidak, maka boleh tayang lagi.  Aih, janji manis.

Saya berbaik sangka.  Intensi Admin K, saya kira, melindungi Kompasianer dari kemungkinan somasi atau diperkarakan pihak-pihak tertentu yang merasa dirugikan oleh artikel itu.  Itu di satu sisi. 

Di sisi lain, Admin K juga harus menjaga agak K jangan menjadi ajang penistaan pihak-pihak tertentu. Sebab kalau sampai hal itu terjadi, K bukan lagi rumah yang sehat.

Tapi begini, Admin K yang selalu sungsang-sumbel. Kalau Admin K ingin kami, para Kompasianer, bersama menjaga K sebagai rumah yang sehat, maka tolonglah lebih demokratis.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun