Saya menilai perlu menyebar pamflet a'la Marxian ini: "Jomlo-Jomlo Kompasiana, Bersatulah! Alasannya cuma satu ini: Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh! Maksudnya teguh dengan kejomloan, sekalipun badai bully menerjang.Â
Sebab jika bercerai-berai, satu bully ringan, semacam pertanyaan "Kapan kawin?", sudah cukup membuat Si Jomlo meradang menerjang. "Gue udah pernah kawin, tauk!" semburnya. Lha, malah buka rahasia sudah kawin di luar nikah. Pilu.
Oh, ya, pamflet itu hanya berlaku untuk jomlo kadaluarsa, jomlo karatan yang masih ngotot mendamba pernikahan. Â Tidak berlaku untuk jomlo selibat, entah itu rohaniwan Katolik atau awam umum. Juga tidak berlaku untuk jomlo setuden, siswa dan mahasiswa yang dilarang nikah sebelum wisuda sarjana. Â Pun tidak berlaku untuk jomlo pisahan, entah karena cerai mati, cerai hidup, ataupun karena pasangan pergi tak kunjung pulang.
Indikator jomlo kadaluarsa itu simpel saja: usia di atas 20 tahun, bukan setuden, sudah punya pekerjaan tetap misalnya guru atau petani cengkeh, dan aktif menulis di Kompasiana. Indikator terakhir ini syarat mutlak untuk terakreditasi sebagai Jomlo Kompasiana. Â Nah, rekan-rekan Kompasianer yang kena perangkap indikator ini, siap-siaplah untuk bersatu.
Karena setiap persatuan harus produktif, maka Asosiasi Jomlo Kompasiana, bisa disingkat Asjoko, perlu punya program pembangunan kejomloan. Sebab jomlo itu potensi sosial, potensi bangsa, potensi pembangunan. Sebagai mantan jomlo yang berempati bagus, ijinkan saya merekomendasikan tiga program berikut.
Pertama, memperjuangkan hadirnya kanal Jomblosiana di Kompasiana. Ini akan menjadi kanal diskriminatif positif, khusus para jomlo Kompasiana. Ingat, ini kanal untuk komunikasi saling-menguatkan antarjomlo. Bukan kanal kontak jodoh para jomlo.Â
Jika sesama jomlo Kompasiana menikah, maka itu sebuah pengkhianatan besar terhadap staus jomlo karatan, walaupun itu terberkati. Sebab semboyan Jomblosiana adalah "Sekali jomlo tetap jomlo!"
Kedua, menyusun sebuah ensiklopedi jomlo yang bisa dijuduli Jomlopedia. Â Ini berisi artikel-artikel tentang sejarah jomlo, sosiologi jomlo, jomlonomics, politik jomlo, tokoh-tokoh jomlo nasional dan internasional, peristilahan jomlo, kiat-kiat jomlo sukses, opini-opini tentang jomlo, strategi dan teknik menangkal bully jomlo, Â teknik menghindari pernikahan, dan sebagainya. Jomlopedia ini sekaligus merangkap fungsi sebagai Handbook of Forever Jomlo.
Ketiga, membentuk Koalisi Aksi Jomlo Menyelamatkan Indonesia (KAJMI). Ini suatu jaringan jomblo skala nasional untuk mengatasi aneka masalah yang mengancam eksistensi warga dan bangsa.  Ingat, jomlo adalah entitas sosial yang paling mobil dan responsif.  Jika ada satu masalah di satu ranah atau tanah, maka KAJMI harus cepat hadir membawa solusi, sebelum KAMI sadar apa yang terjadi.
Saya pikir, dengan tiga program itu saja, jomlo-jomlo Kompasiana sudah bisa cepat mendunia. Terkenal seantero jagad. Lalu akan banyak yang termehek-mehek minta dinikahi. Tapi, permintaan seperti itu langsung tolak saja. Ingat, "Sekali jomlo tetap jomlo!"
Saudara-saudara sekalian, menjomlo serius itu berat, kamu tidak akan kuat, biar mereka saja. Pilihan kita menikah saja, sebab ini ternyata lebih berat. Nah, lo.(*)