Saya beri tahu, Bli Ketut Suweca adalah seorang dari banyak Kompasianer yang selalu menulis logis, etis dan estetis. Saya harus sebut namanya karena tidak ada lagi yang perlu dikatakan tentang Pebrianov, Leya Cattleya, Om Gege, dan Khrisna Pabichara.Â
Saya sudah kehabisan kata-kata di KUBI untuk mengata-ngatai empat tokoh tersebut terakhir.
Bli Ketut itu, khas Bali, santun, teramat santun. Sehingga sulitlah berharap dia untuk menuliskan barang selarik humor mbeling apalagi kenthir.
Padahal banyak isu yang potensil diangkat menjadi humor. Dulu misalnya ada anggota KPAI yang punya teori "kehamilan di kolam renang". Â Â
Katanya, seorang perempuan yang berenang satu kolam dengan seorang laki-laki bisa saja hamil. Syaratnya, ada satu super-sperma yang cerdas dari laki-laki itu berenang lalu menyelinap ke rahim perempuan tadi.
Sebenarnya, kalau tak keburu dirisak, teori "kehamilan di kolam renang" itu berpotensi meraih Hadiah Nobel. Teori itu bisa mematahkan teori "kehamilan di tempat tidur".
Baiklah. Barangkali ada yang bertanya-tanya, mengapa ada sebuah artikel yang isinya ngalor-ngidul seperti ini.Â
Tadi saya sudah bilang ini adalah Artkel nomor 909 dari Felix Tani. Dia adalah artikel perayaan, sehingga harus semarak, hilir-mudik ke sana ke mari, sapa Si Anu dan Si Ani. Â
Tak ada yang salah dengan itu. Kalau nulis pakai "teori gado-gado anarkis", ya, hasilnya pasti seperti ini. Coba saja sendiri, kalau tak percaya.
Para Sahabat, sebuah perayaan tentu ada ujungnya. Setelah semua keriuhan itu, lazimnya sebuah pernyataan penutup sangat diharapkan. Â Â
Saya tak hendak menabrak kelaziman  itu. Karena itu ijinkan saya menyatakan satu kalimat penutup yang santun: "Setelah artikel nomor 909 ini, suatu waktu nanti saya akan menulis artikel nomor 910".
Oh, ya, hampir kelupaan. Pesanlah sepiring gado-gado untuk merayakan Artikel Nomor 909 ini. (*)