Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humor Artikel Utama

Humor Revolusi Mental #084: Mau Roti? Marahlah!

11 Mei 2015   14:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:09 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Kemarahan, jika disalurkan dengan cara yang benar, kepada orang yang tepat , dan pada saat dan tempat yang benar, bisa menghasilkan kebaikan.

Setidaknya begitulah terbukti dari pengalaman si Poltak dan keluarganya.

Suatu hari, dalam rangka liburan keluarga, Poltak bersama isteri dan kedua anak perempuannya menginap di sebuah hotel di Jogjakarta.

Berhubung check-in sudah agak malam, mereka lalu memutuskan untuk makan malam di restoran hotel saja.Maka, berempat mereka masuk ke restoran dan langsung memesan makan malam sesuai selera masing-masing.

Entah karena filisofi alon-alon asal kelakon atau soal lain, sampai 30 menit pesanan belum juga datang.Perut sudah nyaris lupa lapar, dan mulut Poltak sekeluarga mulai ngoceh protes.

“Mas, boleh saya minta tolong bicara pada Duty Manager?” Poltak minta seorang pelayan untuk dihubungkan dengan Duty Manager Restoran Hotel.

Tak berapa lama Duty Manager, seorang laki-laki rupawan, datang tergopoh-gopoh.Sepintas Poltak melirik papan namanya, tertulis “Susyhari”.

“Mas Susy,” kata Poltak dengan sopan, “kami sekeluarga datang ke restoran ini untuk makan malam, bukan untuk duduk-duduk.”

“Aduh, kami mohon maaf sebesar-besarnya atas keterlambatan pesanan Bapak sekeluarga.Segera disajikan, Pak. Mohon tunggu sebentar lagi,” jawab Duty Manager itu sangat sopan dan penuh penyesalan.Lalu mundur dan berbalik kea rah pantry.

Tapi, tak berapa lama kemudian, Duty Manager Susyhari datang ke meja Poltak sekeluarga dengan senampan aneka roti di tangannya.

“Sekali lagi mohon maaf atas keterlabatan ini, Pak.Sambil menunggu sebentar, sudilah menikmati sekadar penganan pembuka,” katanya sambil menyajikan snampan roti dengan kesantunan yang meluluhkan amarah.

Sudah pasti yang paling senang adalah kedua anak perempuan Poltak.Terutama si bungsu yang sangat takjub dan bangga pada bapaknya yang mampu mendatangkan roti hanya dengan sebuah kemarahan di saat lapar mendera.

Besok malamnya, Poltak sekeluarga memilih makan malam di sebuah rumah makan di Jogjakarta.Ndilalah, nasib serupa menimpa pula.Hampir 30 menit beralalu, pesanan belum keluar juga dari dapur.Keluarga Poltak mulai ngoceh lagi.

“Ayo, Pak.Marah lagi kayak kemarin.Biar kita dapat roti lagi,” tiba-tiba si bungsu memberi saran kepada Poltak.Rupanya kejadian malam sebelumnya sangat berkesan di hati si bungsu.

“Aduh, Nak. Gak bisa. Di sini Duty Managernya bukan Susyhari,” jawab Poltak sambil setengah mati menahan geli mendengar saran polos dari putri kesayangannya itu.(*)

#Moral revolusi mental-nya:“Meminta maaf karena telah menyebabkan kemarahan pada orang lain adalah tindakan bijak, tapi lebih bijak lagi mencegah kemarahan orang lain dengan bertindak benar.”

Komporsiana.com

Guyon-Guyu-Gawe

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun