Mohon tunggu...
Muhammad Syaid Agustiar
Muhammad Syaid Agustiar Mohon Tunggu... Dosen - Low Profil

Hanya Manusia biasa yang terus belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Anakmu Bukanlah Milikmu, tapi...

25 Desember 2019   20:59 Diperbarui: 25 Desember 2019   21:12 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

SEORANG bapak mengeluh kepada saya karena anaknya berusia empat tahun tidak menyukai sepatu mahal pilihan bapaknya. Sebaliknya si anak malah memilih sepatu murah. Ada lagi seorang mahasiswi tidak begitu bergairah kuliah jurusan arsitektur karena bukan bidang diminatinya. Bidang yang ia ambil sekarang adalah kehendak pilihan orang tuanya.

Kasus di atas merupakan kasus fakta yang dialami oleh penulis. Sering kali orang tua menginginkan anaknya sesuai harapannya. Ketika anak mau sekolah, dipilihkan sekolahnya oleh orang tuanya. Ketika anak mau menikah, dijodohkan oleh orang tuanya. Ketika anak ingin membeli rumah, dipilihkan oleh orang tuanya. Ketika anak sudah berkeluarga, pun orang tua turut mencampuri urusan keluarganya.

Anak bukanlah sebuah robot atau remote kontrol yang bisa diarahkan atau dipencet keinginan selera user (pemakai). Izinkanlah, saya mewakili perasaan anak di seluruh dunia ini. Katanya anak merupakan titipan Allah SWT. Tapi mengapa para orang tua menghianati untuk terus -- menerus memaksakan pilihan sesuai harapan orang tuanya?.

Padahal setiap anak adalah unik. Artinya anak mempunyai pemikiran, potensi, motivasi dan hasratnya sendiri. Biarkanlah anak berkembang menjadi dirinya sendiri. Biarkanlah anak memutuskan dan menjalani hidupnya sendiri tanpa dihantui ketakutan bayangan orang tuanya.

Jika anak tidak bisa berkehendak bebas seperti apa yang ia pikirkan maka anak belum bisa menjadi manusia seutuhnya. Sebab itulah, menjadi manusia seutuhnya adalah manusia merdeka dan penuh kebahagiaan. "Manusia bisa bahagia bisa tidak adalah tergantung pilihannya sendiri," Demikian Kata Abraham Lincoln, Presiden keenam belas Amerika Serikat (AS). Anak bisa bahagia tergantung pilihannya sendiri.

Jadi, terserah anak mau bercita-cita menjadi apa. Selama anak itu tidak meninggalkan agama dan ilmu. Oleh karena itu, kebahagian anak adalah kebahagiaan orang tua, bukan sebaliknya.

Orang tua tidak perlu khawatir akan kesulitan anaknya di masa depan. Seorang Psikolog Stanford University, Carol Dweck menulis temuan eksperimennya bahwa "Hadiah terpenting dan terindah dari orangtua pada anak-anaknya adalah tantangan." Seberapa besar kesulitan yang dialami anak merupakan tantangan dan latihan bertahan hidup (survival) untuk mengeksplorasi pengalaman, mental, pemikiran, kreativitas dan kemandiriannya. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun