Mohon tunggu...
m. sulhan saofi
m. sulhan saofi Mohon Tunggu... Penulis

tertarik pada dunia hukum, pendidikan, dan isu-isu sosial

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jika Pejabat Membaca, Mungkin Kebijakan Kita Tidak Semiskin Gagasan

26 September 2025   00:34 Diperbarui: 26 September 2025   08:29 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
4 Truly Terrifying Unsolved Murders On College Campuses (sumber: pinterest.com) 

Ada satu pertanyaan yang terlintas di alam pikir setelah membaca topik pilihan tentang darurat baca pejabat kita, yaitu kapan terakhir kali kita melihat pejabat kita memamerkan buku, bukan mobil mewah ataupun jas barunya? Pertanyaan ini sangat sederhana sebetulnya, yang menyimpan keresahan yang lebih dalam. Kita hidup di negeri yang menghadapi problem yang begitu kompleks, baik itu ekonomi, pendidikan, lingkungan, kesehatan, dan sering kali kita membaca berita ada kebijakan yang lahir terasa dangkal, seakan-akan itu dibuat tanpa ada landasan pemikiran yang kokoh.

Di titik inilah saya teringat pada buku. bagi sebagian orang, buku mungkin hanya tumpukan kertas yang berdebu di rak-rak. Akan tetapi, bagi seorang pemimpin, buku dapat menjadi jendela pengetahuan yang luas untuk melihat dunia, belajar dari sejarah, dan mendapatkan kebijaksanaan yang tidak pudar di makan zaman.

Membaca Bukan Sekedar Hobi, Tapi Modal Memimpin

Pejabat di pemerintahan adalah pengambil keputusan. Sehingga setiap kebijakan yang mereka tanda tangani akan berdampak terhadap kehidupan jutaan lapisan manusia. Bagaimana keputusan besar diambil dari kepala yang miskin bacaan? Membaca tidak hanya sekadar aktivitas pribadi, akan tetapi melatih critical thinking, menajamkan logika, melatih empati, dan menumbuhkan imajinasi.

Coba bayangkan saja ada seorang pejabat yang terbiasa membaca filsafat politik, ia akan lebih berhati-hati untuk merumuskan regulasi. Seorang pejabat yang membaca buku-buku sejarah, ia akan belajar menghindari kesalahan yang sudah terjadi di masa lalu. Bahkan pejabat yang membaca novel, akan terbiasa merasakan hidup dari sudut pandang orang lain.

Bung hatta dan Pemimpin yang Bersahabat Dengan Buku

Sebenarnya ada banyak tokoh teladan yang kita miliki di indonesia yang suka membaca buku, tapi saya sebutkan satu orang saja, yaitu Bung Hatta. Bung hatta seorang wakil presiden pertama yang begitu mencintai buku, sehingga ia rela menghemat uang jajajnnya untuk membeli buku bacaan. Ia membaca tidak hanya untuk dirinya, tapi juga untuk bangsa ini. Dari kebiasaan membaca yang dilakukan oleh Bung Hatta, lahirlah pandangan-pandangan besar tentang demokrasi, ekonomi kerakyatan, dan pendidikan.

Bandingkan dengan pejabat hari ini yang terkadang hanya sibuk membaca teks pidato yang ditulis staf. Bukankah itu suatu hal yang sangat ironis apabila kita lihai membaca angka-angka anggaran, akan tetapi tidak sanggup menyelesaikan satu buku saja dalam satu bulan?

Mungkin ini sebabnya kita sering menyaksikan kebijakan yang instan, yang cepat populer akan tetapi miskin gagasan. Pejabat yang jarang membaca akan terbiasa berpikir praktis, bukan visioner. Mereka mudah terseret arus opini sesaat, tidak berpijak pada pemahaman yang mendalam di dalam suatu persoalan.

Tapi saya tidak ingin menulis tulisan ini hanya sekedar menyampaikan darurat baca pejabat. Ada harapan yang ingin saya sampaikan, yaitu saya mencoba membayangkan apabila pejabat kita menjadikan buku sebagai sahabat. Bayangkan jika setiap rancangan kebijakan disusun dengan latar belakang bacaan yang kaya dengan pengetahuan. Mungkin bangsa ini akan melangkah lebih bijak, lebih manusiawi, dan lebih berkelanjutan. Sehingga pendidikan menjadi program prioritas pemerintahan untuk menuju SDM yang unggul dan menuju Indonesia emas 2045.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun