Mohon tunggu...
Benny Junaidy
Benny Junaidy Mohon Tunggu... Instructor

Selalu ada ruang untuk perbaikan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tesla Takedown: Pemberontakan Global Melawan Elon Musk

30 Maret 2025   04:22 Diperbarui: 30 Maret 2025   04:22 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hari ini, dunia menyaksikan eskalasi terbesar dari gerakan Tesla Takedown, sebuah kampanye global yang bertujuan untuk menggoyahkan imperium Elon Musk dengan cara yang paling menyakitkan baginya: menghantam Tesla. Ribuan orang turun ke jalan, menyerbu showroom, memenuhi stasiun pengisian daya, dan mengumumkan boikot besar-besaran terhadap perusahaan yang selama ini menjadi simbol dominasi Musk di industri teknologi. Tapi seiring dengan derasnya gelombang protes, muncul pertanyaan yang lebih besar---sejauh mana batas antara perlawanan damai dan aksi kekerasan bisa dijaga?

Awalnya, Tesla Takedown hanyalah kampanye boikot sederhana. Para aktivis menyerukan pemilik Tesla untuk menjual kendaraan mereka, investor melepas saham mereka, dan calon pembeli beralih ke merek lain. Namun, dalam hitungan hari, aksi ini berubah dari sekadar gerakan konsumen menjadi medan pertempuran politik dan sosial. Vandalisme terhadap fasilitas Tesla mulai bermunculan, dari coretan di dinding hingga aksi pelemparan bom molotov. Media pun berebut narasi: apakah ini bentuk kebebasan berpendapat atau awal dari anarki?

Pemerintah Amerika Serikat bereaksi dengan cepat. Presiden Donald Trump, dalam pidatonya, menyebut para perusuh sebagai "teroris domestik" dan berjanji akan menindak mereka dengan tangan besi. Jaksa Agung Pam Bondi bersumpah akan menelusuri siapa saja yang mendalangi gerakan ini, sementara Musk sendiri mengambil langkah lebih jauh: menuduh beberapa demonstran sebagai kriminal di platform X (sebelumnya Twitter), memicu gelombang perdebatan baru.

Bagi Elon Musk, Tesla bukan hanya sekadar perusahaan; itu adalah sumber utama kekayaannya, simbol kekuatan yang ia gunakan untuk membentuk realitas politik dan ekonomi global. Dengan kepemilikan saham Tesla yang bernilai lebih dari $100 miliar, setiap guncangan terhadap perusahaan ini berarti pukulan langsung terhadap dominasinya.

Para penggerak Tesla Takedown memahami hal ini. Mereka tidak hanya ingin melemahkan citra Tesla, tetapi juga menciptakan tekanan yang cukup untuk menurunkan harga sahamnya. "Jika kita bisa membuat investor ketakutan, kita bisa mengguncang Musk di titik paling rentannya," ujar seorang aktivis yang tidak ingin disebutkan namanya.

Aksi besar yang direncanakan pada 29 Maret menjadi ujian terbesar bagi Tesla Takedown. Dengan lebih dari 200 demonstrasi di berbagai belahan dunia, dari New York hingga Berlin, tekanan terhadap Tesla akan mencapai puncaknya. Namun, tantangan juga semakin besar. Dengan meningkatnya pengawasan dari aparat keamanan dan ancaman tindakan hukum dari pemerintah, para demonstran harus berhati-hati agar tidak terjebak dalam jebakan kriminalisasi yang kini mengintai mereka.

"Rezim otoriter selalu punya satu senjata utama: mengubah perlawanan damai menjadi ancaman bagi negara," kata seorang pemimpin protes di Texas. "Tapi kita tidak akan mundur. Ini bukan hanya tentang Tesla atau Musk. Ini adalah tentang siapa yang benar-benar memegang kendali atas masa depan kita."

Musk mungkin masih menjadi orang terkaya di dunia, tetapi hari ini, lebih dari sebelumnya, ia menghadapi tantangan nyata terhadap kekuasaannya. Dan Tesla Takedown baru saja dimulai.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun